Monday, May 5, 2008

Lowongan di Penerbit

Mediakita, penerbit buku komputer dan teknologi digital, membutuhkan
beberapa tenaga freelancer (by project) untuk posisi berikut:

Reporter Freelance

� Usia 20-25 tahun
� Berdomisili di Jakarta
� Minimum D3 untuk semua jurusan
� Mobile, semangat, gigih, dan mau belajar
� Lebih disukai yang menguasai bahasa inggris
� Mengirimkan contoh tulisan karya sendiri

Editor Freelance

� Berpengalaman mengedit buku non-fiksi (sebutkan apa saja!)
� Dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal
� Mengirimkan contoh tulisan yang sudah diedit

Setter Freelance

� Berpengalaman menyetting buku non-fiksi (sebutkan apa saja!)
� Dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal
� Mengirimkan contoh hasil layout/setting

Cover Desainer Freelance

� Berpengalaman mendesain cover buku non-fiksi (sebutkan apa saja!)
� Dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal
� Mengirimkan contoh hasil desain

Kirimkan CV dan sisipkan karya yang telah dihasilkan ke e-mail:
agus@mediakita.comThis e-mail address is being protected from spam
bots, you need JavaScript enabled to view it

100 Tokoh Berpengaruh tahun 2008 versi Majalah TIME

1. Dalai Lama
2. Vladimir Putin
3. Barack Obama
4. Hillary Clinton
5. John McCain
6. Hu Jintao
7. George W. Bush
8. Jacob Zuma
9. Anwar Ibrahim
10. Kevin Rudd
11. Bartholomew I
12. Ben Bernanke
13. Muqtada al-Sadr
14. Robert Gates
15. Michelle Bachelet
16. Sonia Gandhi
17. Baitullah Mehsud
18. Evo Morales
19. Ma Yeng Jeou
20. Ashfaq Kayani
21. Brad Pitt & Angelina Jolie
22. Oprah Winfrey
23. Oscar Pistorius
24. Mia Farrow
25. Andre Agassi
26. Lance Armstrong
27. Bob and Suzanne Wright
28. Peter Gabriel
29. Kaka
30. Sheik Mohammed al-Maktoum
31. Yoani Sánchez
32. Madeeha Hasan Odhaib
33. Randy Pausch
34. Lorena Ochoa
35. Tony Blair
36. Alexis Sinduhije
37. Aung San Suu Kyi
38. George Mitchell
39. Michael Bloomberg
40. Craig Venter
41. Jill Bolte Taylor
42. Larry Brilliant
43. Jeff Han
44. Mehmet Oz
45. Nancy Brinker
46. Harold McGee
47. Peter Pronovost
48. Eric Chivian & Richard Cizik
49. Mary Lou Jepsen
50. Paul Allen
51. Nicholas Schiff
52. Mark Zuckerberg
53. Wendy Kopp
54. Shinya Yamanaka & James Thomson
55. Michael Griffin
56. Susan Solomon
57. Isaac Berzin
58. Lorne Michaels
59. Miley Cyrus
60. Robert Downey Jr.
61. Herbie Hancock
62. Joel & Ethan Coen
63. Bruce Springsteen
64. Peter Gelb
65. Mariah Carey
66. Khaled Hosseini
67. Elizabeth Gilbert
68. Rem Koolhaas
69. Judd Apatow
70. Alex Rigopulos & Eran Egozy
71. George Clooney
72. Tim Russert
73. Suze Orman
74. Stephenie Meyer
75. Tyler Perry
76. Tom Stoppard
77. Chris Rock
78. Takashi Murakami
79. Indra Nooyi
80. Ali al-Naimi
81. Rupert Murdoch
82. Steve Jobs
83. Radiohead
84. John Chambers
85. Jeff Bezos
86. Jay Adelson
87. Steve Ballmer
88. Jamie Dimon
89. Prince Alwaleed bin Talal
90. Lou Jiwei
91. Neelie Kroes
92. Jeffrey Immelt
93. Karl Lagerfeld
94. Lloyd Blankfein
95. Carlos Slim
96. Mo Ibrahim
97. Ratan Tata
98. Cynthia Carroll
99. Carine Roitfeld
100. Michael Arrington

semoga bermanfaat
salam

Friday, May 2, 2008

Contoh Form Kelayakan Naskah

Buat yang mau belajar bikin penerbit, nich... ada contoh form penilaian kelayakan naskah untuk diterbitkan atau tidak diterbitkan.
semoga berguna.

KRITERIA KELAYAKAN NASKAH

Judul :
Penulis :
Penerjemah :
Kategori : Fiksi/Nonfiksi/Faksi
Tema :

No Kriteria Check
1 Naskah sesuai dengan visi dan misi Penerbit
2 Naskah sesuai dengan tema yang sedang digarap Penerbit
3 Naskah disusun secara sistematis
4 Naskah mengandung ide yang orisinal
5 Materi runtut dan tuntas
6 Materi inovatif, unik, dan menarik
7 Pembahasan tidak bertele-tele
8 Bahasanya tidak rumit dan enak dibaca
9 Kesalahan kebahasaan relatif sedikit
10 Ketebalan cukup (tidak terlalu tipis, tidak terlalu tebal)
11 Segmentasi pembaca jelas
12 Substansi materi sesuai dengan pembaca sasaran
13 Naskah memiliki nilai tertentu yang layak jual
14 Pangsa pasar jelas dan luas
15 Ada sinopsis
16 Ada biodata singkat penulis
17 Penulis pernah menulis buku dan sudah diterbitkan
18 Naskah diketik dua spasi dengan Microsoft Word

Kesimpulan:
 Naskah tidak layak diterbitkan
 Naskah layak diterbitkan
 Naskah layak diterbitkaan dengan syarat:
1. ______________________________________________________________________
2. ______________________________________________________________________
3. ______________________________________________________________________


Jakarta, __________________






Head of Editing & Production Acquiring & Development Copy Editor Editor

TIPS MENGIKUTI SELEKSI EDITOR

Tips ini ditulis oleh Ketua Forum Editor Indonesia, Bambang Trim. Saya mengutipnya di sini. Semoga bermanfaat!
------------------------------------------

Memang sudah musimnya editor lagi banyak dicari karena pertumbuhan penerbit sedang baik. Makhluk bernama editor menjadi sebuah kebutuhan karena diperlukan untuk mendorong sukses sebuah buku. Jika kebetulan Anda berminat menjadi editor, Anda memang tidak bisa sim salabim dalam satu malam seolah pantas menjadi editor. Namun, ada dasar-dasar yang bisa menjadi bekal Anda untuk dapat lolos dalam seleksi editor.

1. Kegilaan atau minat baca Anda yang di atas rata-rata akan sangat diperhitungkan. Namun, jangan lupa Anda paling tidak bisa menyebutkan buku-buku apa saja yang telah Anda baca dalam tiga bulan terakhir. Lebih baik lagi jika Anda bisa menyebutkan judul, penulis, dan penerbitnya.

2. Kemampuan Anda menulis menjadi nilai tambah dan jangan pernah melamar kalau Anda tidak bisa menulis sama sekali.. Berikan portofolio karya tulis Anda yang sudah pernah dipublikasikan.

3. Wawasan Anda tentang perbukuan sangat dibutuhkan. Untuk itu, cepat-cepatlah cari majalah MATABACA, Bukune, di Gramedia. Atau Anda juga bisa membuka website RUANG BACA Tempo di internet.

4. Jadilah anggota milist perbukuan yang populer, seperti pasarbuku@yahoogroups.com dan milist ini.

5. Kuasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mulai dengan membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tesaurus Indonesia.

6. Baca buku-buku yang berkenaan dengan dunia tulis-menulis serta dunia perbukuan.

7. Kunjungi toko buku besar semacam Gramedia dan Gunung Agung dan catatlah beberapa buku-buku best seller di rak pajang agar Anda punya bahan untuk wawancara.

8. Kuasai penggunaan tanda-tanda koreksi standar. Anda bisa mendapatkannya di buku-buku penerbitan ataupun mencari di internet dalam tajuk correction mark atau tanda-tanda koreksi.

Akhirnya, selamat mengikuti tes. Sebaiknya memang Anda bisa mengikuti beberapa kursus editing yang kini juga banyak diselenggarakan.

Teknik Membuat Resensi Buku

Oleh
Yon’s Revolta

~dan...kebahagiaan akan berlipat ganda
jika dibagi dengan orang lain~

(Paulo Coelho dalam novel “Di Tepi Sungai Piedra”)

Beruntung orang yang suka membaca buku. Mereka yang gemar membaca buku akan
erbuka wawasannya, tidak kuper dan cupet pandangan. Mereka juga akan mengerti
informasi selain yang dipikirkannya selama ini, referensi dan pengetahuannya
akan bertambah luas. Dan inilah sebenarnya investasi berharga sebagai modal
untuk mengarungi kehidupannya. Orang yang menyukai aktivitas membaca, hasilnya,
mereka tidak akan berpikir sempit ketika menghadapi problem-problem penting yang
terjadi di dunia. Serta punya potensi dan kecenderungan yang bijak dalam
mensikapi kejadian-kejadian keseharian di sekitarnya.

Tapi, bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada orang
lain, membaca saja tak cukup. Mereka perlu memiliki keterampilan lagi yaitu
ketrampilan meresensi buku. Sebelum melangkah kepada teknik ringkas meresensi
buku, ada beberapa hal penting mengapa resensi perlu dibuat. Tujuannya,
diantaranya sebagai berikut,

Membantu pembaca (publik) yang belum berkesempatan membaca buku yang
dimaksud atau membantu mereka yang memang tidak punya waktu membaca buku.
Dengan adanya resensi, pembaca setidaknya bisa mengetahui gambaran dan
penilaian umum terhadap buku tertentu. Setidaknya, bisa dijadikan bahan
obrolan yang bermanfaat dari pada menggosip yang tidak jelas juntrungnya.

Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan begitu,
pembaca bisa belajar bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu.
Memang, peresensi bisa saja sangat subjektif dalam menilai buku. Tapi,
bagaimanapun juga tetap akan punya manfaat (terutama kalau dipublikasikan
di media cetak, karena telah melewati seleksi redaktur).

Mengetahui latarbelakang dan alasan buku tersebut diterbitkan. Sisi
Undercovernya. Kalaupun tidak bisa mendapkan informasi yang demikian,
peresensi juga tetap bisa mengandalkan misalnya mengacu pada halaman
pengantar atau prolog yang biasanya terdapat dalam sebuah buku. Kalau
tidak, informasi dari pemberitaan media tak jadi soal.

Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama
atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam
terbang” tinggi, biasanya tidak melulu melulu mengulas isi buku apa adanya.
Biasanya, mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah
ditulis oleh pengarang buku tersebut, kalau tidak, biasanya juga
menghadirkan buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan
lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.

Bagi penulis buku yang diresensi, bisa sebagai masukan berharga bagi
proses kreatif kepenulisan selanjutnya karena tak jarang peresensi
memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara dan gaya
kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya. Sedangkan, bagi penerbit bisa
dijadikan wahana koreksi karena biasanya peresensi juga menyoroti soal font
(jenis huruf) mutu cetakan dsb.

Nah, untuk bisa meresensi buku, sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan
sebagian orang. Ada beberapa langkah umum yang bisa dilakukan siapa saja yang
akan membuat resensi buku. Diantaranya;

Tahap Persiapan

Memilih jenis buku : Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat
tertentu pada sebuah buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau
kita fokus untuk meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau
sesuai dengan latarbelakang pendidikan kita. (hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang
sekaligus). Ini terkait dengan ” otoritas ilmiah”. Hal ini tidak
berarti membatasi tau melarang-larang orang untuk meresensi buku. Tapi,
hanya soal siapa berbicara apa. Seorang guru tentu lebih paham bagaimana
cara mengajar siswa dibandingkan seorang tukang sayur.

Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media
cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat
karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak yang membacanya
sehingga tidak mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama (yang
diniatkan sekedar untuk berbagi ilmu) tetap bisa diresensi dan
dipublikasikan misalnya lewat blog (jurnal personal).

Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan
diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;

Judul Karya Resensi

Judul Buku :
Penulis :
Penerbit :
Harga :
Tebal :

Tahap Pengerjaan

Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan
antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa
sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi,
mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku
secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa
penting yang terdapat dalam buku tersebut.

Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud.
Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;

Informasi awal buku (seperti format diatas).
Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”
Membuat ulasan singkat buku. Diskripsi garis besar isi buku.
Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan
cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya
fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa
membantu publik menilai sebuah buku.
Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan
buku lainnya.
Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
Mengkoreksi karya resensi. Mengkoreksi kelengkapan karya, EYD dan
sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting
tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap penilaian peresensi terhadap
buku tersebut.

Tahap Publikasi

Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi.
Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah
halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman bagi
peresensi.
Menyertakan cover halaman depan buku.
Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah
diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis
apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk
menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.

Demikian ulasan sekilas mengenai teknik sederhana meresensi buku. Pada
intinya, persoalan meresensi buku adalah soal berbagi (ilmu). Setelah membaca
buku, biasanya kita bahagia karena memperoleh wawasan baru. Dengan begitu urusan
meresensi buku juga bisa berarti kita berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
Sungguh mulia bukan!

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)