KATADATA, a growing research and publication company that provides economic and business news, insight and analysis in Indonesia, is seeking young, creative, professional, talented and motivated individuals to be part of our team.
REPORTER
Responsibilities:
• Collect and disseminate the business, corporate and market news
• Write and investigate various business and corporate issues
• Develop uncovered business stories
• Interview people and reliable sources
• Meet the deadlines in creating stories
Diskusi itu terjadi sekitar setahun
lampau. Usai mengimami tarawih sebuah musholla kecil. Seseorang yang
jauh lebih senior menghampiri. Saya tahu, ia berasala dari ormas yang di
berbeda pandangan dalam beberapa masalah fikih. Tiba-tiba ia
melontarkan logika yang saya kira sangat aneh. Terkait jumlah rakaat
shalat tarawih.
“Emang mau ikut sopir apa ikut kondektur,” ujarnya. Saya paham ia
merujuk pada jumlah rakaat shalat malam Nabi SAW dan Umar bin Khattab.
Nabi disebutnya sebagai sopir dan Umar disebutnya kondektur. Logika
yang—menurut saya—benar, tapi membodohi dalam konteks pemahaman
beragama.
Dalam riwayat shahih yang kita terima, Rasulullah SAW shalat malam di
masjid Nabawi pada bulan Ramadhan. Para sahabat lalu berkumpul
mengikuti beliau. Jumlah sahabat yang ikut berjamaah semakin banyak dan
berlipat-lipat. Shalat jamaah itu berlangsung hingga malam kedua atau
ketiga. Berapa jumlah rakaatnya? Tidak ada penjelasan terkait jumlah
rakaatnya. Pada malam ketiga atau keempat, Rasulullah SAW tidak hadir ke
masjid. Para sahabat galau menunggu Rasulullah di masjid. Hingga tiba
azan Subuh, barulah Rasulullah keluar ke masjid.
Dalam beberapa versi hadis qudsi , disebutkan puasa sebagai ibadah spesial. Puasa satu-satunya ibadah yang nilai pahalanya langsung dibalas Allah SWT. Sesuai sifatnya yang tersembunyi, penilaiannya pun berbeda-beda. Puasa tidak hanya sekadar tidak makan-minum, tidak cuma menahan hawa nafsu hubungan suami istri, atau berbagai perbuatan-perbuatan makruh lainnya. Fungsi puasa ternyata jauh melebih sifat yang tampak.
Dengan tegas Allah SWT menyatakan, Dia-lah yang akan menentukan tiap balasan yang layak bagi orang yang berpuasa. Tentu saja kadar balasannya berdasarkan apa yang dilakukannya saat berpuasa atau sepanjang bulan Ramadhan. “Puasa untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya.” Begitulah, bunyi salah satu hadis qudsi sahih.
Prediksi sementara, awal Ramadhan 2013 ini kembali berbeda. Salah satu
ormas besar di Indonesia, Muhammadiyah, sudah jauh-jauh hari mengumumkan awal
Ramadhan bertepatan dengan Selasa, tanggal 9 Juli 2013. Sementara ormas besar
lainnya, NU dan pemerintah masih menunggu hasil rukyah pada hari Senin sore. Pemerintah
dan NU menyebar tim rukyah ke beberapa titik strategis untuk melihat keberadaan
bulan awal Ramadhan. Kepastian awal Ramadhan akan ditentukan setelah laporan
tim rukyah diterima.
Kemungkinan berbeda dalam penentuan awal Ramadhan 2013 amat besar. Ketua
tim lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama, KH A. Ghazalie Masroeri, memprediksi
awal Ramadhan bertepatan pada hari Rabu, 10 Juli 2013.
Ramadhan tinggal 2 hari lagi. Apa program andalan Anda saat memasuki bulan Ramadhan esok? Apa target Anda saat Ramadhan usai 30 hari mendatang? Saya kira tiap orang punya target dan ambisi pribadi dalam bulan Ramadhan. Tentu saja, intinya adalah menjadi lebih baik dan lebih taat beribadah kepada Allah SWT.
Salah satu ibadah andalan saat bulan Ramadhan adalah memperbanyak membaca Al-Quran. Mengapa membaca Al-Quran? Tak lain karena Ramadhan disebut juga sebagai bulan Al-Quran--bulan dimana Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW; biasa diperingati dengan Nuzulul Quran. Pada bulan ini pula, Rasulullah SAW mengkhatamkan bacaan Al-Quran, dengan Jibril sebagai penyimaknya.