Monday, November 30, 2015

Fun Mathematic Training

Pastikan Anda terdaftar di Fun Mathematic Training
Cara Belajar Matematika Super Menyenangkan!

Kapan?
Sabtu, 5 Desember 2015

Tempat?
Gedung Diklat KPI
Jl. Gayungsari IV No 33 Surabaya

Fasilitas yg didapat?
1) Handout
2) Lunch & Coffe Break
3) 15 SET KARTU PINTAR MATEMATIKA senilai Rp. 500.000

Materi?
1) Paradigma pembelajaran Matematika
2) Tahapan pembelajaran Matematika
3) Permainan Matematika

Investasi?
Rp 400.000

Info Pendaftaran?
0815 7895 6314 (Gunawan)
031-8272282 (Norma)

Segera daftarkan diri Anda
TEMPAT TERBATAS!

Wednesday, November 25, 2015

Perbedaan Antar itu Lumrah

Sayyidah Aisyah ra bisa jadi benar ketika bersama rombongan hendak menemui Khalifah Ali ra utk meminta penjelasan.

Khalifah Ali ra pun bisa jadi benar ketika harus pula bersiap menghadapi kemungkinan perang melawan Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah ra.

Bahkan, kedua kelompok sempat terlibat perang.

Dua orang yang sama2 shalih, sama2 mulia di sisi makhluk paling mulia. Namun, bisa terjadi perang. Kira2 apa sebabnya?
Itulah yang perlu kita teliti. Kita pelajari. Agar jangan sejarah kelam terulang lagi.

Begitu pula dalam kasus Ali ra dan Muawiyah ra. Dua orang sahabat utama. Ulama Sunni banyak yg tawaqquf soal ini. Tidak mau menghukumi.

Namun, untuk kasus berikutnya antara Husein ra dan Yazid, saya berani yakin dengan membela Husein ra dan para Ahli Bait.

Kisah sejarah seperti ini yang harus dibaca. Tentu saja, dengan melihat konteks pada zaman dahulu. Ketika sebuah informasi tidak bisa langsung diterima seketika.

Butuh berhari2 atau minggu2 agar kabar dari Kufah (Ibukota tempat Ali ra) bisa sampai di Madinah (tempat tinggal Sayyidah Aisyah ra).

Sementara konteks zaman sekarang berkebalikan 180 derajat. Dalam hitungan detik pun, kita bisa langsung tahu kejadian di belanjaan bumi lainnya.

Bahkan, dalam hitungan detik pula, kita mungkin awalnya mendukung Paris yang terkena bom, bisa berubah dukungan.

Hitungan detik pula, awalnya membela Turki, beralih membela Rusia, sebab kabar atau tulisan berbeda yang terbaca di medsos atau media daring.

Maka, kita kudu cerdas lah...
Gunakan otak dan hati nurani.
Berdoa :
ربنا لا تجعل في قلوبنا غلا للذين أمنوا

Tugas Para Ulama dan Kiai

Dulu,
Guru-guru, ustadz, dan kiai kita sibuk melawan doktrin
"Tuhan Telah Mati."

Kemudian, sibuk mengajak orang2 meninggalkan sesaji dan keyakinan pohon2 besar, makam keramat, laut, dan lain sebagainya.

Lalu,
Sibuk menjauhkan orang2 dari "MOLIMO" yang merusak tatanan masyarakat dan keluarga.

Lalu, ketika beliau2 masih sibuk mengajak orang memperbanyak amal shalih. Mengingat mati dan menyadarkan ada kehidupan setelah kubur. Memperbanyak sedekah dan kebaikan.

Konsentrasi terpecah.
Harus pula menjawab berbagai tuduhan bidah, syirik, kafir, sesat, ghuluw, thoghut, dan sebagainya.

Menjawab Fatihah tidak sampai.
Tahlilan warisan tradisi Budha.
Shalat subuh gak pakai qunut.
Bismillah Fatihah dibaca sirr.
Ziarah kubur syirik.
Mengangkat tangan saat doa ...
Ahhhhh...

Padahal, tugas belum paripurna.
Generasi remaja.

Saya hanya berharap, semoga para guru dan kiai itu diberi kesabaran. Diberi Allah kekuatan dan kesehatan. Agar tetap bisa istiqomah berjuang dan mengajarkan warisan Rasulullah saw.

Alfatihah Lana wa Lahum...

Babat, 22 Nopember 2015

@mskholid

Nuduh Syiah, Tapi Minta Bantuan

Dulu, saya teringat ketika masih kerja di Jakarta.

Seorang guru, kepala sekolah malahan, membisik pada saya,

"Hati-hati lho Ustadz Kholid, Pak A Itu orang Syiah."

"Emang kenapa, Ustadz," tanya saya.

"Saya pernah bertamu di rumah beliau. Ada banyak buku tentang kecintaan pada Hasan, Husen, dan Ahlul Bait," ujar pak ustadz ini mantab.

Ketika itu, saya cuma bisa merenung. Kok bisa ya orang yang baca buku tentang kecintaan pada pribadi2 mulia dituduh Syiah. Siapa sih sebenarnya Syiah itu, gumam saya dalam hati.

Saat itu, saya termasuk orang yang amat alergi dengan kata Syiah. Sama seperti alergi saya terhadap Wahabi (sebelum masuk Lipia).

Saya tak berani membantah ucapannya. Beliau guru senior.
Saya cuma berniat meningkatkan "kewaspadaan"

~~~

Beberapa waktu kemudian, Bapak kepala sekolah itu datang menemui saya. Meminta bantuan untuk menghubungkan dengan Si Bapak A.

"Ustadz Kholid kan dekat dengan Bapak A. Bisa dong dibantu memasukkan proposal. Saya sedang proses membangun gedung TPQ sendiri. Alhamdulillah, ada tanah wakaf dari masyarakat."

Wah, wah, wah....
Ini jelas gak benar.
Beberapa waktu lalu, bisik2 menuduh syiah, kok sekarang malah minta bantuan.
Apa sih maksud orang ini?

Saya menolaknya halus.
"Ustadz kan lebih kenal dengan beliau. Kenal beliau lebih dulu dibanding saya. Jadi, ya langsung saja menghadap beliau."

Sambil senyum2, bapak ini agak ngotot butuh bantuan saya. Tetap saja, dengan berbagai dalih, saya tolak permintaan itu.

~~~

Beberapa waktu kemudian,
Saya mendengar pak ustadz itu sudah tidak jadi kepala sekolah lagi. Entah pindah atau bagaimana. Dan, itu terjadi di pertengahan tahun ajaran sekolah.

Wallahu a'lam....

Babat, 25 Nopember 2015

Sunday, November 22, 2015

Shalawat Ya Nabi Salam Alaika, Bidah?

Gara-gara Dhamir Mukhatab, Shalawat Jadi Syirik?
Ada yang bilang;
Bacaan shalawat Nabi:
"Ya Nabi, salam Alaika...
Ya Rasul, salam Alaika..."
Itu shalawat syirik.

Alasannya,
Karena disana ada dhomir mukhathab-nya (kata ganti orang kedua). Yaitu dalam bentuk "ka".
Dhamir mukhatab ini, dalam tata bahasa Arab, digunakan untuk orang yg masih hidup dan ada di hadapan kita.
Sementara, dalam pemahaman (salah) beberapa orang orang, Rasul itu sudah mati. Gak bisa dengar apa yg kita ucapkan. Gak bisa dipanggil dengan kata ganti orang kedua (ka). Harus pakai kata ganti orang ketiga (hu, hi).

Sebab, bila pakai kata ganti orang kedua, sama saja memanggil2 orang yang sudah mati. Dan, itu syirik menurut pemahaman sedikit orang itu.
Padahal, jelas sekali dalam Alquran Al-Baqarah 154:

"Jangan kau kira orang2 yang meninggal di jalan Allah itu mati. Mereka itu hidup, hanya saja kalian tidak merasa."
Ayat ini jelas menyatakan mereka yang meninggal di jalan Allah, itu tetap hidup di alam kubur.
Hanya kita yg tidak mengerti.
Itu orang biasa yg meninggal di jalan Allah!
Apalagi Kanjeng Nabi Muhammad saw.
Makhluk terbaik Allah.
Malah lebih hidup lagi dong.

Logikanya kan begitu.
Bahkan, tak sedikit hadis yg menyatakan Rasulullah saw bisa membalas shalawat kita.
Hebatnya lagi,

Shalawat ssekali dibalas oleh beliau 10 kali.
Wong balas shalawat saja bisa, apalagi mendengar bacaan shalawat yg kita baca.
Masak yang bisa balas shalawat begitu dibilang sudah mati???!!!
Kan aneh logikanya!!!???

~~~

Menyambung statusnya Pak Agus Nizami.

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)