Tak selamanya bersuami polisi itu membanggakan.
Lihatlah, berita Jawa Pos Minggu kemarin. Seorang brimob menembak istrinya di depan anak sendiri. Lalu, tewas bunuh diri dengan pistolnya sendiri.
Polisi itu bersenjata. Pakai api lagi. Amat berbahaya. Sekali tekan langsung meletus dan kemungkinan besar nyawa melayang.
Maka, yang terpenting, cari pasangan itu yang mentalnya baik. Yang akhlaknya baik. Walau bawa bom sekalipun, ia tak akan gunakan sembarangan.
Kata Pak Guru, ukuran minimal, seorang suami itu:
Jika ia tak bisa membahagiakanmu, minimal ia tidak menyakitimu.
Maka, jangan nyari suami itu karena tumpak'ane.
Karena bawa CRV atau BMW
Karena naiknya Ninja atau Vespa.
Karena rumahnya tingkat sepuluh.
Jangan...!!!
Bisa-bisa kalau lagi marah, dilempar kau dari lantai sepuluh.
Maka, sekali lagi, cari yang mentalnya baik. Yang akhlaknya menawan. Yang menghormati wanita seperti ia menghormati ibundanya.
#MocoKoranWingi
#NgawasiUjian
14032016
BIRMINGHAM, KOMPAS.COM — Malala Yousafzai, gadis sekolah Pakistan yang ditembak tepat di kepalanya oleh militan Taliban karena mengampanyekan hak perempuan atas pendidikan, mengatakan, buku merupakan ”senjata untuk mengalahkan terorisme”. Dia mengemukakan hal itu, Selasa (3/9/2013), saat membuka sebuah perpustakaan baru di kota yang kini mengadopsinya di Inggris.
Gadis 16 tahun itu memberikan pidato sebelum meluncurkan sebuah plakat stainless steel untuk menandai pembukaan perpustakaan umum terbesar di Eropa, Library of Birmingham.
Yousafzai, yang diterbangkan ke kota di Inggris tengah itu guna menjalani operasi pada Oktober lalu setelah menjadi sasaran seorang pria bersenjata ketika dia berangkat ke sekolah di Pakistan, mengatakan, dia menantang dirinya sendiri, yaitu ”bahwa saya akan membaca ribuan buku dan saya akan membekali diri dengan pengetahuan. Pena dan buku adalah senjata yang mengalahkan terorisme”.
Innocence of Muslims,
sebelumnya berjudul Innocence
of Bin Laden (judul
produksi: Desert
Warrior, judul di YouTube: The Real
Life of Muhammad and Muhammad Movie Trailer) adalah sebuah film amatir anti-Islam produksi Amerika Serikat tahun 2012 yang disutradarai dan diproduseri oleh Nakoula Basseley Nakoula.[1] Sebulan setelah pemutaran perdananya
(sekaligus satu-satunya) di Hollywood Theater, dua trailer film dirilis di YouTube pada bulan Juli 2012. Trailer film ini di
alih-suarakan ke dalam bahasa Arab, dan
kemudian disebarkan oleh seorang blogger Koptikketurunan Mesir-Amerika bernama Morris Sadek.[2]
Pada tanggal 8 September 2012, cuplikan sepanjang dua menit dari
film ini ditayangkan di Al-Nas TV, sebuah stasiun televisi Islami di Mesir.[3]Protes keras,
diduga atas penayangan film ini, pecah pada tanggal 11 September 2012,
bertepatan dengan peringatan 11 tahun serangan 11 September 2001.
Protes ini kemudian menyebar ke Libya, Yaman dan negara-negara Arab lainnya selama
hari-hari berikutnya, termasuk serangan terhadap Kedutaan Besar
Amerika Serikat di Benghazi, Libya,
yang menewaskan 14 orang, termasuk Duta Besar Amerika Serikat, Christopher Stevens, dan tiga warga AS lainnya.[3] Film ini juga telah memicu berbagai aksi
protes di seluruh dunia.
Hari ini, Rabu (6/6) SUKABUKU melaunching logo baru untuknya. Selain itu, juga melaunching page SukaBuku di laman facebook. Jadi, mulai hari ini tiap update berita dan informasi di blog SukaBuku bisa langsung pula dilihat di page facebook SukaBuku. Cekidot. di-LIKE ya....
PAGE SUKABUKU
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan 1.000 beasiswa unggulan untuk mahasiswa program sarjana, pascasarjana, dan doktoral di seluruh Indonesia dengan anggaran sebesar Rp 94 miliar. Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Musa Yosef mengatakan, 1.000 beasiswa itu terbuka bagi mahasiswa perguruan tinggi negeri maupun swasta.
"Seribu beasiswa unggulan itu dialokasikan untuk mahasiswa, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta," kata Musa, di sela peluncuran beasiswa unggulan, Kamis (5/1/2012), di Yogyakarta.
Anggaran Rp 94 miliar itu tidak hanya dialokasikan bagi penerima beasiswa yang baru, tetapi juga mahasiswa lama tahun ajaran 2010/2011.
JAKARTA, KOMPAS.com — Para pemeran film ”Laskar Pelangi” mendapat beasiswa dari Pertamina Foundation untuk meneruskan pendidikan ke jenjang S-1. Beasiswa diberikan sebagai penghargaan dan komitmen terhadap anak-anak berpotensi untuk bisa meraih cita-cita mereka.
Direktur Eksekutif Pertamina Foundation Nina Nurlina Pramono saat menemui pemain ”Laskar Pelangi” di Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Selasa (17/1/2012), mengemukakan bahwa beasiswa yang diberikan meliputi biaya pendidikan dan biaya hidup selama delapan semester atau sekitar empat tahun di perguruan tinggi negeri atau swasta yang beakreditasi A.