Judul: Winter in Tokyo
Penulis: Ilana Tan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Hal: 320 halaman
Kategori: Metropop
Harga: Rp 40.000,-
Winter in Tokyo, artinya musim dingin di Tokyo. Melihat covernya sekilas, saya sudah berasa hawa-hawa dinginnya. Dari sanalah saya tergerak untuk mulai membolak-balik halaman demi halaman novel ini.
Ishida Keiko atau yang biasa dipanggil Keiko Chan adalah gadis berusia 25 tahun, blasteran indo jepang. Dia tinggal di sebuah apartemen mungil No. 202 dan bekerja di perpustakaan. Saat ini Keiko belum memutuskan untuk jatuh cinta lagi, karena hatinya masih terpaut kepada Kitano Akira, cinta pertamanya.
Sampai suatu hari ada fotografer profesional dari New York yang datang dan memutuskan untuk pindah ke Tokyo. Nishimura Kazuto kembali ke Tokyo untuk mencari suasana baru sekaligus mengemban misi untuk melupakan Yuri, wanita yang pernah di cintainya. Kazuto tinggal di apartemen No. 201, tepat berseberangan dengan apartemen Keiko.
Pertemuan Keiko dan Kazuto di awali pada musim dingin. Makin kesini hubungan mereka semakin dekat. Mulai dari belanja bersama, makan bersama sampai menghabiskan malam Natal bersama. Kata orang Jawa, witing tresno jalaran kulino. Yup, kedekatan mereka ternyata menimbulkan benih-benih cinta di hati Kazuto.
Sementara Keiko, gadis polos itu hanya menganggap Kazuto sebagai tetangga yang paling baik sedunia. Apalagi dia bertemu kembali dengan cinta pertamanya. Cinta lama bersemi kembali, itulah yang dirasakan Keiko. Sejak pertemuannya dengan Akira, Keiko lebih memusatkan perhatiannya kepada dokter cinta itu. Sudah jelas menimbulkan kecemburuan sosial kan yah?
Hingga maut itu terjadi. Kazuto mengalami insiden yang menyebabkan amnesia a.k.a lupa ingetan. Kazuto sama sekali nggak mengenali Keiko, bahkan lupa akan perasaannya terhadap Keiko. Disinilah Keiko mulai merasa kehilangan sosok yang selama ini mengisi hari-harinya. Mereka kembali dekat, dan Kazuto kembali jatuh cinta pada Keiko untuk kedua kalinya.
Kekuatan cinta yang akhirnya membangkitkan ingatan Kazuto, sekaligus mempesatukan cinta mereka. Happy ending love story!
Tokoh:
Novel ini mempunyai banyak tokoh, namun cerita hanya di pusatkan kepada tokoh utama yaitu Keiko dan Kazuto. Yang saya suka dari novel ini, Mbak Ilana Tan mengemas kedua tokoh tersebut lengkap dengan perasaannya masing-masing. Jadi kita pembaca bisa ikut terhanyut dan terbawa emosi, kapan tokoh itu senang, sedih, marah, cemburu dll. Nilai plus!
Setting:
Tidak di ragukan lagi, sebagai penggemar drama saya paling suka novel-novel bertema luar negeri. Dan mbak Ilana Tan berhasil menghipnotis saya untuk ikut hijrah ke Jepang. Maksudnya gini, saya bisa merasakan suasana disana, tempat2 romantis disana dan tentu menggigilnya Tokyo saat hujan salju.
Gaya Penulisan:
Ini juga point yang saya suka dari novel ini. Mbak Ilana Tan menggunakan bahasa Indonesia baku. Beda dengan novel-novel remaja yang lebih interest menggunakan bahasa gaul. Berasa lembut dan ngga ada yang berlebihan, namun berhasil menyentuh emosi pembacanya.
Alur Cerita:
Sebenernya cerita novel ini simple. Bisa di bilang pasaran dan kayak sinetron hehe.. Mulai dari jatuh cinta karena kebiasaan, hilang ingetan, inget lagi setelah tragedi kedua dll. Endingnya mudah untuk ditebak. Tapi ngga tau kenapa ya, asik aja bacanya. Nggak ada kisah percintaan yang berjalan mulus kan yah? Dan itulah salah satu yang membuat saya penasaran, kira2 sandungan dan konflik apa lagi yah? Meskipun agaiiiin, endingnya sudah bisa ditebak
Favorit Scene:
Paling suka adegan di stasiun kereta api. Waktu itu Kazuto nganterin Keiko pada hari Natal. Sebenernya Kazuto ingin mengungkapkan perasaannya disana namun kereta keburu dateng. Akhirnya mereka cuman bisa berpandangan lamaaaa sekali (dengan pikirannya masing-masing) sampai jarak bener2 memisahkan. So sweetnya...
Favorit Quote:
“Bisakah kau melupakannya dan mulai benar-benar... benar-benar melihatku?”
Ini di ucapkan Kazuto waktu di stasiun kereta api saat Natal.
“Aku menyukaimu, Ishida Keiko. Tidak. Kurasa yang benar adalah aku mencintaimu. Apa yang harus kulakukan agar kau bisa melihatku?”
Kalimat ini di ucapkan Kazuto sewaktu pameran, mengulang pertanyaannya di stasiun yang belum terjawab. Saat itu Kazuto berada dalam kebimbangan, karena mengira Keiko lebih memilih Akira.
Pesan Moral:
Kata bang haji, kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga. We just never know what we've got til its gone.. and when we realized it, its just too late. Hargai dan jaga apa yang kita miliki sekarang. Jangan sampai lepas dan ketika kita sadar, semuanya sudah terlambat dan tak bisa di ulang lagi.
Over all.. this is a good novel. Rugi kalo sampai ngga baca. Believe me!
Rate: 4/5
Thanks to: vitawulandari Seraper Kaskus
No comments:
Write komentar