• Pengalaman Menata Taman, Menghias Ruang/Kelas, dan Ngurusi Class Meeting •
"Ustadz, curhat dong...!"
Lho, ada apa ini. Datang-datang ke kelas kok mau dicurhati. Hehehe...
Alamat motong jam pelajaran ini.
"Ada apa tho, nduk?"
Salah satu siswi mewakili cerita:
Begini, Ustadz...
Kami kan ada lomba merawat taman. Antar jurusan. Kami meminta bantuan anak laki-laki untuk membuatkan pagar. Karena ada pagarnya, taman kami nampak yang paling baik. Sementara yang lain tidak ada pagarnya.
Akhirnya kami diprotes. Peserta lain tidak terima. Karena pagar kami dibuatkan orang lain.
Gara-gara pagar, kami nyaris didiskualifikasi dari perlombaan. Sebagai solusi bersama, ada kebijakan dari pimpinan untuk pembuatan pagar bagi semua peserta. Biaya dari pimpinan. Sementara pagar kami dari biaya sendiri.
bla... bla... bla...
Saya hanya menyimak saja.
Belum mengerti duduk permasalahan secara detil.
Akhirnya, saya bilang saja.
Begini, lho...
Besok, kalau kalian sudah menikah, suami sampean itu hampir tidak akan sempat memikirkan taman di halaman rumah. Tak sempat mikir, mau menanam bunga apa. Pohon apa. Pot apa. Ditaruh di sebelah mana.
Apalagi jika punya suami pegawai kantor atau karyawan. Yang berangkat pagi pulang malam itu. Opo maneh punya suami macam "Armada" itu. Yang berangkat pagi, pulang pagi lagi.
Wesss... Gak sempat bellasss mikir taman.
Terus, siapa yang mikir?
Ya kalian ini. Calon ibu rumah tangga. Yang hampir tiap hari di rumah.
Habis masak. Habis nyuci baju. Sambil mengajak anak-anak bermain, ya mikir. Halaman rumah mau dikasih tanaman apa. Dihias model apa.
Nah, kalau sudah pengalaman menata dan merawat taman seperti di sekolah ini, insya Allah lebih mudah. Sudah gak "kagok" kabeh, saat dapat tugas menata taman di halaman rumah.
Sampean tinggal bilang saja ke suami,
"Mas, butuh pohon ini. Butuh nanam bunga ini."
Suami, tinggal mengiyakan saja. Kasih duit. Atau antar ke tukang jual tanaman. Belanja tanaman.
Jadi, kalau ada konflik soal lomba beginian, ya dinikmati saja. Protes, ya protes saja. Asal jangan sampai berkelahi. Jangan bikin mutung atau merusak tanaman yang sudah dirawat dengan baik--berbulan-bulan.
.
Atau
Gara-gara di pondok pernah pengalaman menghias ruang asrama. Atau ruang kelas, saat dilombakan. Sampean akan punya pengalaman saat menghias calon kamar untuk malam pertama. Punya inisiatif. Kamarnya dihias apa, dikasih apa. Bukan malah merepoti si Mbok.
"Diwehi nopo, Mbooook...? Bingung aku."
Tidak ada. Karena sudah pengalaman menghias kamar asrama atau ruangan kelas.
.
Gara-gara pengalaman di sekolah pernah jadi panitia Class Meeting, seorang santri saya jamin juga 'dunung' kalau disuruh ngurusi turnamen sepakbola, futsal, atau badminton. Padahal, sejak kecil mondok. Gak pernah kuliah jurusan olahraga di Unesa, misalnya. Tapi, tetap bisa. Karena pengalaman ngurusi Class Meeting.
"Saya itu, bareng teman-teman Ikbal Tabah, setiap tahun mengadakan turnamen futsal dan badminton antar alumni. Juga pernah ngadakan turnamen bola. Toh, dunung juga. Sukses juga. Ngerti, bagaimana bikin aturan. Bagaimana menggelar TM. Menyusun bagan/skema pertandingan, dll."
Semuanya karen pengalaman di sekolah ini.
Pernah jadi panitia class meeting. Di MTs Tabah dan MA Tabah.
Nikmati saja prosesnya. Hasilnya akan kalian nikmati sendiri. Kelak.
Warkop Bluri, 31 Agustus 2019
@mskholid
- Hasil dialog dengan murid di kelas pagi tadi.
- Pagi ini, pas ada class meeting di MTs Tabah.
"Ustadz, curhat dong...!"
Lho, ada apa ini. Datang-datang ke kelas kok mau dicurhati. Hehehe...
Alamat motong jam pelajaran ini.
"Ada apa tho, nduk?"
Salah satu siswi mewakili cerita:
Begini, Ustadz...
Kami kan ada lomba merawat taman. Antar jurusan. Kami meminta bantuan anak laki-laki untuk membuatkan pagar. Karena ada pagarnya, taman kami nampak yang paling baik. Sementara yang lain tidak ada pagarnya.
Akhirnya kami diprotes. Peserta lain tidak terima. Karena pagar kami dibuatkan orang lain.
Gara-gara pagar, kami nyaris didiskualifikasi dari perlombaan. Sebagai solusi bersama, ada kebijakan dari pimpinan untuk pembuatan pagar bagi semua peserta. Biaya dari pimpinan. Sementara pagar kami dari biaya sendiri.
bla... bla... bla...
Saya hanya menyimak saja.
Belum mengerti duduk permasalahan secara detil.
Akhirnya, saya bilang saja.
Begini, lho...
Besok, kalau kalian sudah menikah, suami sampean itu hampir tidak akan sempat memikirkan taman di halaman rumah. Tak sempat mikir, mau menanam bunga apa. Pohon apa. Pot apa. Ditaruh di sebelah mana.
Apalagi jika punya suami pegawai kantor atau karyawan. Yang berangkat pagi pulang malam itu. Opo maneh punya suami macam "Armada" itu. Yang berangkat pagi, pulang pagi lagi.
Wesss... Gak sempat bellasss mikir taman.
Terus, siapa yang mikir?
Ya kalian ini. Calon ibu rumah tangga. Yang hampir tiap hari di rumah.
Habis masak. Habis nyuci baju. Sambil mengajak anak-anak bermain, ya mikir. Halaman rumah mau dikasih tanaman apa. Dihias model apa.
Nah, kalau sudah pengalaman menata dan merawat taman seperti di sekolah ini, insya Allah lebih mudah. Sudah gak "kagok" kabeh, saat dapat tugas menata taman di halaman rumah.
Sampean tinggal bilang saja ke suami,
"Mas, butuh pohon ini. Butuh nanam bunga ini."
Suami, tinggal mengiyakan saja. Kasih duit. Atau antar ke tukang jual tanaman. Belanja tanaman.
Jadi, kalau ada konflik soal lomba beginian, ya dinikmati saja. Protes, ya protes saja. Asal jangan sampai berkelahi. Jangan bikin mutung atau merusak tanaman yang sudah dirawat dengan baik--berbulan-bulan.
.
Atau
Gara-gara di pondok pernah pengalaman menghias ruang asrama. Atau ruang kelas, saat dilombakan. Sampean akan punya pengalaman saat menghias calon kamar untuk malam pertama. Punya inisiatif. Kamarnya dihias apa, dikasih apa. Bukan malah merepoti si Mbok.
"Diwehi nopo, Mbooook...? Bingung aku."
Tidak ada. Karena sudah pengalaman menghias kamar asrama atau ruangan kelas.
.
Gara-gara pengalaman di sekolah pernah jadi panitia Class Meeting, seorang santri saya jamin juga 'dunung' kalau disuruh ngurusi turnamen sepakbola, futsal, atau badminton. Padahal, sejak kecil mondok. Gak pernah kuliah jurusan olahraga di Unesa, misalnya. Tapi, tetap bisa. Karena pengalaman ngurusi Class Meeting.
"Saya itu, bareng teman-teman Ikbal Tabah, setiap tahun mengadakan turnamen futsal dan badminton antar alumni. Juga pernah ngadakan turnamen bola. Toh, dunung juga. Sukses juga. Ngerti, bagaimana bikin aturan. Bagaimana menggelar TM. Menyusun bagan/skema pertandingan, dll."
Semuanya karen pengalaman di sekolah ini.
Pernah jadi panitia class meeting. Di MTs Tabah dan MA Tabah.
Nikmati saja prosesnya. Hasilnya akan kalian nikmati sendiri. Kelak.
Warkop Bluri, 31 Agustus 2019
@mskholid
- Hasil dialog dengan murid di kelas pagi tadi.
- Pagi ini, pas ada class meeting di MTs Tabah.
No comments:
Write komentar