Saturday, November 15, 2025

UFC322: Jack Della vs Islam Makachev

Harap-harap cemas menantikan perebutan gelar antara juara bertahan:

Jack Madalena (Aussie) vs Islam Makachev (Rusia).

Makachev memang pegulat terbaik di MMA saat ini, tapi melawan Jack yang jago boxing, punya defense gulat bagus (terbukti saat lawan Belal--sebelumnya), dan keunggulan berat badan (bertarung di kelas aslinya), bikin H2C.

Makachev harus naik berat badan supaya bisa bertarung melawan JDM dan memperebutkan doble champ.

Semoga Khabib bisa bantu adeknya merebut gelar yang belum pernah didapat Khabib ini. 🔥🔥🔥

Cara Nangkap Tuyul


• Cara Nangkap Tuyul •

"Sampean dewe gelem nyekel, ta?" tanya guru saya menawarkan ilmu cara menangkapnya.

"Mboten usah, Mbah... Jenengan mawon," jawab saya.

"Nek gelem, yo tak ulangi kene," ujar beliau. 

Saya paham risiko-risiko, kalau misalkan nanti kondang jadi tukang tangkap tuyul atau pembuat pagar ghaib. Pasti lebih banyak menyusahkan diri sendiri. Apalagi berperan di wilayah abu-abu begini. 

Apalagi beliau juga berpesan;

"Gak boleh narik biaya dari pasien. Dan gak boleh menerima uang jasa dari pasien!"

Tambah abot. 😵‍💫

Lha,

Kita disuruh wiridan. Melek-an tengah malam. Puasa dan tirakat. Itu semua abot-abot. Dan, seeeeemuanya hanya demi visi-misi orang lain.

Saya yakin, itu memang bermanfaat. Dan saya tidak lupa dengan hadits Nabi saw:

خير الناس أنفعهم للناس

Cuma, saya lebih cocok memilih jalur lain--yang berbeda. Bukan jalur seperti itu. 

Seperti jalur ngajar dan menjadi musyrif di asrama Pesantren begini. Terkadang, ada wali santri yang salam tempel amplop ke saya. Biasanya tetap saya terima. Namun, tidak saya makan untuk kebutuhan pribadi. Saya setorkan lagi untuk jariyah pembangunan asrama/pondok. Pahalanya balik lagi kan ke beliau yang nyalamin tempel.

PP Cahaya Quran, 15 November 2025

M. Shorih Kholid 

(Ketua Pembina Asrama PP Cahaya Quran Babat)

Doa untuk yang Mau Kawin

• Doa Mustajab • 

Sekitar 1 tahun lalu, saya membeli durian di pinggir jalan. Seorang pemuda usia 30an tahun yang melayani saya. Wajahnya terlihat kusam--mungkin karena sering terkena debu dan asap kendaraan di jalanan.

Entah gimana mulanya, usai memasukkan keranjang durian ke mobil, dia berbisik ke saya;

"Gus, kulo nyuwun tolong nggeh," ujarnya. Ini panggilan yang tidak lazim bagi saya dan telinga saya. Sodok keri wae. Wong bapakku lho, ora kiai. Beda sama yang gus-gus beneran. 😅

"Wonten nopo nggeh?"

"Kulo pengen rabi, Gus," ujarnya lebih lanjut. Saya tersenyum lebar.

"Lha, pun wonten calon tho?"

"Ngge dereng!"

Jedyaaaar...!!! 😅

"Terus?"

"Kulo seneng kale cewek. Tapi, dereng wonten respon-é."

"Terus...?" saya menyelidik. Maksud e njaluk opo iki. 

"Nyuwun tolong diwiridno Gus. Kersane purun kaleh kulo," dia memohon.

Sejurus dia masuk ke stand (toko buah). Membawa secarik kertas. Bertuliskan namanya beserta bin ayahnya. Juga nama si perempuan beserta bintinya.

Tak lupa, menunjukkan selembar poto.

"Tolong ngge, Gus..." dia memohon lagi.

Wong model ngene iki, ora tahu gelem wiridan dewe. Kok mau membebani orang lain disuruh wiridan--demi visi dan misinya. 🤭

"Yowes, gini aja. Sampean setiap habis sholat 5 waktu kudu istiqomah baca Surah Fatihah 7x. Setiap selesai ayat : إياك نعبد وإياك نستعين

Sampean berhenti sejak. Niatkan dalam hati keinginan sampean. Baru lanjutkan baca Fatihah. Siap nopo mboten?"

"Siap, Gus. Matur suwun," ujarnya tersenyum.

Mboh, ape dilakoni opo ora. 

Beberapa hari yang lalu, saya beli durian di tempat yang hampir sama (hanya berjarak beberapa meter dari stand 1 tahun lalu).

Saya kaget. Ternyata yang jualan dia orang yang sama. Tapi, penampilannya sudah jauh berbeda... 

Saya bertanya,

"Piye, wes oleh bojo po ra?" 

....

Bersambung... 

(Banyak yang ngelike, cerita akan disambungkan). 🤗

Saturday, October 25, 2025

Hook untuk Kultum Santri

 


• Hook Kultum • 

Saat kultum di santri, saya biasanya mengawali dengan hook yang memancing perhatian. Misalnya, ketika menasihati santri-santri untuk tertib menyiram bekas kencing atau beraknya; saya mengawali dengan kalimat: 

"Anak-anak bayangkan, kalau ada teman ngising. Terus habis ngising, dia minta dicebokin. Jijik nggak?" tanya saya.

"Jijik...! Huwek-huwek...!" pasti begitu jawaban mereka.

"Naaaaah, orang yang begitu, seperti orang yang habis kencing, habis berak, tapi gak disiram. Masih ada bau pesingnya, masih kelihatan pokemonnya..." lanjut saya memberikan nasihat. 

Dan seterusnya ...

=== 

Kasus lainnya.

Suatu maghrib, saya merasakan lantai musholla licin. Ini pasti kebanyakan superpell yang dipakai di lantai. Berarti yang piket nggak Tuntas. Batin saya.

Habis jamaah maghrib, saya kasih kultum. Untuk mengawali kultum, saya memancing dengan hook yang menarik perhatian mereka.

"Anak-anak, mau nggak digaji 250.000 sehari?" tanya saya.

"Mau...!" pasti anak-anak tertarik dan menjawab dengan semangat.

"Ini ada pekerjaan gajinya 250.000. Bukan per hari.  Tapi per jam! Ada yang mau nggak???"

"Mauuuu...!" pasti jawabnya lebih semangat.

"Gaji 250.000 per jam itu gaji orang kerja di Australia," lanjut saya. "Dan kalian tahu, apa pekerjaannya?"

Hening...

Tak ada yang menjawab.

"Itu gaji tukang pel. Tukang bersih-bersih lantai dan toilet!" lanjut saya. "Tapi, bersihkannya harus tuntas. Tidak boleh licin seperti lantai musholla begini."

"Kalian bisa dipecat kalau bersih lantainya gak tuntas begini!‼️ 

Selanjutnya, 

Baru masuk ke materi kultum...

Friday, October 17, 2025

Kiai Kok Nerima Amplop? ‼️

 • Kiai Kok Nerima Amplop? ‼️

Dalam sebuah rekaman ngaji Mbah Moen Zubeir (Sarang) beliau bercerita bahwa beliau menyiapkan beberapa laci untuk menyimpan uang. 

#1

Ada laci khusus untuk menyimpan uang hasil panen sawah. Uang dari laci inilah yang beliau gunakan untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga. Mulai makan, sekolah, mondok, hingga kuliah, atau kebutuhan pribadi lainnya. 

Uang di laci ini tidak boleh tercampur dengan uang yang bersumber dari hal lainnya. 

#2

Laci khusus menyimpan uang hasil kantin keluarga yang ada di pondok. Biasanya digunakan untuk memberi beasiswa, nyangoni santri ndalem, atau sewaktu-waktu digunakan membantu kebutuhan pondok dan santri. 

#3

Ada pula laci khusus untuk menyimpan amplop pemberian tamu, wali santri, atau alumni.

Laci ini tidak sekalipun diambil untuk kebutuhan pribadi kiai maupun keluarganya. Bahkan, memberi beasiswa santri ndalem pun tidak diambilkan dari laci amplop ini.

Biasanya uang dari laci ini digunakan untuk membantu beli kebutuhan material pondok; semen, batu, pasir, besi, dan kebutuhan lainnya di pondok. 

Terkadang, digunakan pula untuk ngasih amplop ke wali santri yang datang dengan keluhan tertentu atau membantu alumni lainnya. 

Begitulah, cara kiai mengatur amplop pemberian orang lain.

Thursday, October 16, 2025

Kiai Kok Sarungnya BHS? ‼️

 • Kiai Kok Sarungnya BHS? ‼️

Sarung merk BHS adalah simbol kemewahan untuk kalangan bersarung. Harganya memang rata-rata jutaan. Tapi, itu dulu--zaman sebelum negara api menyerang. 

Hari ini sudah tidak lagi. 

Sejak negara api runtuh, BHS mengubah strategi bisnisnya. Dia mulai bikin produk sarung bermerk BHS dengan harga-harga terjangkau. Ada yang kisaran 300 ribu, 500 ribu, dan 700 ribu. Yang jutaan masih tetap ada. Diversifikasi pasar.

Tentu saja kualitasnya berbeda jauh dengan yang di atas 1 juta. Bahkan, bisa dibilang BHS yang harganya 500 ribuan itu kualitasnya di bawah Sarung merk lainnya dengan harga lebih rendah. Tapi, dia kan jual merk, jual gengsi. Apalagi desain sarungnya disesuaikan untuk mendukung gengsi itu.

Misalnya, dengan memasang merk tulisan BHS di bagian depan Sarung. Tujuannya, supaya merk sarung itu langsung kelihatan (terbaca jelas) dari depan tulisan BHS-nya. Saat bertemu orang, maupun saat berpoto bersama. 😅

Kiai Bisa Pakai BHS?

Sependek pengamatan saya, yang biasanya pakai sarung merk BHS mahal itu santri (alumni pesantren) yang sudah sukses jadi pengusaha. Dia kaya, punya duit banyak. Jadinya, beli sarung juga yang nyaman dan awet dipakai. 

Sebagai santri,

Biasanya merasa berhutang budi pada gurunya, pada kiainya. Karena sudah dididik, ditempa bertahun-tahun sehingga menjadi sosok tangguh seperti sekarang. Dia merasa harus sedikit membalas budi gurunya (kiainya). 

"Mosok aku sarungan BHS, kiai-ku cuma sarungan W*****r. Kan gak layak," begitu biasanya yang ada di pikiran santri sukses itu.

Maka, belilah dia sarung BHS sejenis yang dia pakai. Yang harganya mahal-mahal itu. Atau bahkan, dibelikannya yang lebih baik dan mahal. Sebab, dia merasa kesuksesannya hari ini tidak lepas dari jasa didikan dan doa dari gurunya/kiainya.

Dari situlah, timbul rasa bangga dan bahagia bagi santri--sekadar sedikit mampu memberikan kenangan untuk gurunya (kiainya). 

Kalau disuruh milih, pakai uang pribadi, antara;

• Beli BHS yang harganya jutaan, atau 

• Beli sarung ratusan ribu dengan kenyamanan yang sama, 

Saya kira semua kiai akan memilih yang kedua. Karena seorang kiai sudah selesai dengan dirinya; tidak butuh penghormatan, tidak gila gengsi dan pengakuan dari orang lain. Sarung apapun yang dipakai, sama sekali tidak mengurangi derajatnya.

Kranji, 16 Oktober 2025

@mskholid

Wednesday, October 15, 2025

Kiai Kok Naiknya Mobil?

 Kiai Kok Naiknya Mobil?

Suatu ketika, saya tanya ke senior kepala sekolah swasta di Lamongan. (Maklum, kami sekolah baru).

"Pak Ji, kalau ada pengawas datang ke sekolah, apa kita ngasih amplop?"

"Yo pantes-é gitu lah..." jawab beliau. 

"Berapa kisarannya, Pak Haji?" tanya saya.

"Lihat-lihat. Kalau bawa mobil, ya sekitar xxx.... ribulah. Tapi, kalau bawa motor, ya Jenengan sesuaikan," jawab beliau. 😊

=== 

Begitu pula sudut pandang kita--saat mengundang pengajian kiai dan menimbang nominal isi amplop. Karena, hampir tidak ditemukan kiai yang memasang tarif amplop berapa.

Parameter kita, sebagai pengundang adalah jarak domisili beliau dan kendaraan yang digunakan. Jika mobilnya biasa, mungkin amplopnya juga standard. Jika mobilnya Alphard, Velvire, atau Pajero, mungkin standard amplopnya juga lebih tinggi. Karena pengundang menyesuaikan kebutuhan bensin yang diperlukan. 

Sebaliknya,

Jika penceramah berkendara motor saja, atau bahkan naik ojek, bisa-bisa standard isinya juga merosot. Amplop yang sebelumnya sudah dikretek lemnya, akan disobek lagi dan dikurangi nominal isinya. 😅


Begitulah kita. 

Kiai Kaya & Kiai Melarat

 Kiai Kaya & Kiai Melarat ‼️


Jadi kiai melarat, dirasani wong.


"Kiai kok melarat? Berarti gak dekat sama Allah." 

Mestinya, kalau kiai sungguhan, kan dekat sama Allah. Tinggal minta Allah dijadikan kaya. Dijadikan punya banyak harta. Biar bisa bangun pondok tanpa sumbangan masyarakat. Biar bisa menggratiskan santri yang mondok.


》Begitu kira-kira pandangan orang lain.


Jadi kiai kaya juga dirasani orang.

Katanya kiai kok hidupnya mewah. Gak bisa dijadikan teladan masyarakat. Mestinya, kiai itu zuhud, hidupnya sederhana. Harusnya pakaiannya juga seadanya. Kendaraannya juga biasa aja. Bila perlu gak usah punya mobil. Gak boleh pegang HP. Kalaupun pegang HP, cukup yang jadul saja. Gak usah ada aplikasi macam-macam. 


》Begitu pula kira-kira pandangan sebagian yang lain.


Padahal,

Kiai juga manusia. Nabi juga manusia. 

Macam-macam kehidupannya. 

Kekayaan yang dimiliki bukan tanda Keistimewaan di sisi Allah 

Kelimpahan harta beliau, bukan tanda beliau lebih dekat kepada Allah.


Sebaliknya,

Hidup melarat pun bukan tanda bahwa beliau jauh dari Allah.

Keterbatasan harta juga bukan tanda beliau tidak disayang Allah.


Sebab, Nabi saw bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَا إِلَى أَجْسَادِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ.

(رواه مسلم)

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan tidak pula kepada tubuh kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian dan amal perbuatan kalian.”

(HR. Muslim)

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)