Dua orang mahasiswa baru, berbincang di halaman kampus.
“Kamu lulusan sekolah mana,” tanya yang
satu.
“Aku dari SMU 212 Jakarta,” jawab yang
kedua.
“Oooh, sekolah penghasil jeruk santang
itu, ya?”
“Iya, doong. Kamu dari sekolah mana?”
“SMU 121 Bandung.”
“Aku tahu. Itu sekolah penghasil jambu yang
terkenal manis dan enak!”
***
Indonesia adalah pasar sangat menggiurkan dunia. Beraneka barang diimpor ke
dalam negeri. Mulai barang elektronik, pecah belah, otomotif, konveksi, hingga
buah-buahan. Di supermarket, bahkan pasar-pasar tradisional mudah sekali
ditemukan buah-buahan impor. Salah satu
sebabnya, tak ada pasokan buah yang kualitas dan kuantitasnya terjamin—hal yang bisa terpenuhi dari barang impor.
Kita pun seakan kelimpungan menghadapi serbuan buah impor.
Di sisi lain, institusi pendidikan—dalam hal ini sekolah—punya potensi
besar yang belum termanfaatkan. Banyak sekolah tak sanggup memberikan
pendidikan maksimal. Tak bisa mengadakan berbagai pelatihan pengembangan SDM
sekolah. Tak mampu memberikan kesejahteraan yang cukup bagi gurunya. Tak sanggup
menyiapkan perpustakaan yang representatif untuk siswanya. Kendala klasiknya,
biaya.
Tambulampot (tanaman buah dalam pot) adalah metode alternatif para penduduk
kota untuk menikmati pemandangan hijaunya daun, di rumah/di sekolah. Keterbatasan
halaman/ruang terbuka yang dimiliki rumah/sekolah mengakibatkan sulitnya menanam
pohon buah langsung di tanah halaman rumah/sekolah. Suasana kota yang semakin
panas, ditambah polusi asap yang tidak diimbangi pepohonan hijau, memerlukan
ide kreatif agar udara tetap segar dan lingkungan nyaman. Tak cukup dengan
pepohonan hijau, tambulampot juga memberikan benefit lain bagi sekolah dan
siswa.
Ide berjudul “Satu Siswa, Satu Tambulampot” ini mencoba memberikan solusi
terhadap salah satu permasalahan yang membelit bangsa ini. Memenuhi kebutuhan
buah dalam negeri lewat sekolah dan memenuhi kebutuhan internal sekolah dari
sisi ekonomi.
B. Tujuan Kegiatan
Kegiatan menanam tambulampot (tanaman buah dalam pot) di sekolah ini bertujuan:
-
Mengurangi ketergantungan dari buah-buahan impor
-
Memenuhi kebutuhan buah-buahan yang sehat dan
alami dari dalam negeri
-
Menciptakan lingkungan hijau yang sehat, segar, dan
alami
-
Menjadikan sekolah sebagai basis pembangunan lewat
produksi buah-buahan
-
Meningkatkan ekonomi lembaga pendidikan (sekolah)
-
Sebagai media praktik ilmu alam yang diperoleh di
bangku sekolah
-
Memberikan tambahan uang saku bagi siswa
C. Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini berbentuk penanaman tambulampot di sekolah-sekolah. Tambulampot
dijejer rapi di halaman sekolah dan bisa berfungsi sebagai penghias. Setiap siswa diberikan tanggung
jawab untuk menanam minimal 1 (satu) pohon buah sesuai keinginan masing-masing.
Siswa dipersilakan memilih buah yang lazim dan mudah untuk dipelihara dalam
tambulampot; seperti jeruk, belimbing, jambu air, atau yang lainnya. Atau misalnya
diseragamkan sesuai tingkatan kelas; siswa kelas 1 (jeruk), kelas 2 (jambu air),
dan kelas 3 (belimbing), dan lain semisalnya.
Sekolah (lewat program Social Innovation Challenge) menyediakan pot
dan bibit buah. Tiap 10 (sepuluh) siswa didampingi oleh satu orang guru yang
bertindak sebagai pendamping. Setiap hari, mereka merawat dan mencatat
perkembangan tanaman masing-masing. Guru memberikan bimbingan cara membuat
pupuk kompos dari sampah organik. Bahan pembuatan pupuk organik dikumpulkan siswa
dari sampah rumah masing-masing.
Saat panen, pihak sekolah bisa mengadakan bazaar buah yang dibuka untuk para
wali murid dan masyarakat umum. Bila
hasil buahnya melimpah, bisa disalurkan ke supermarket atau pasar induk. Keuntungan hasil panen, dibagi
prosentasi untuk siswa dan sekolah—sesuai kebijakan di sekolah masing-masing. Ini
bisa menambah penghasilan bagi siswa dan memperbaiki ekonomi sekolah tanpa
harus menunggu uluran bantuan dari pemerintah.
Ketika siswa lulus, tanaman bisa
diwariskan kepada angkatan berikutnya, atau dihibahkan ke sekolah lain yang
membutuhkan. Untuk tahap lanjut, siswa dan guru bisa mempraktikkan ilmu
tambulampot ini di rumah masing-masing, lalu berbagi wawasannya itu kepada
masyarakat sekitar rumahnya.
D. Peserta
Peserta kegiatan ini adalah
seluruh siswa yang dianggap mampu. Misalnya, untuk tingkat SD/MI siswa yang kira-kira
bisa diberi tanggungjawab adalah kelas 5-6. Untuk kelas di bawahnya, bisa
dimulai dengan pot plastik (polybag) dan menanam cabe atau tomat. Tiap
guru juga diharapkan ikut berperan aktif dalam program ini.
E. Kebutuhan
Untuk menyukseskan program ini,
kebutuhan yang diperlukan antara lain:
- - Pembimbing (penyuluh) yang
memahami dengan baik tambulampot, pupuk organik, dan hal-hal yang berkaitan
dengan tumbuhan.
-
- Pot ukuran sedang (bisa
diganti dengan kaleng atau ember bekas)
- -
Bibit cangkokan buah yang
berkualitas; bisa bekerjasama dengan Kementerian Pertanian dan Perikanan atau
Institut Pertanian Bogor
F. Penutup
Sangat simpel, dan mudah ide ini
diterapkan. Yang menentukan adalah kemauan kita untuk memulai. Hal kecil dan
sederhana ini bisa mengubah masa depan bangsa. Insya Allah…
Salam Sukses Mulia,
No comments:
Write komentar