Setidaknya ada empat karakter dasar yang melekat pada sosok Rasulullah SAW
sehingga menjadi pribadi yang fenomenal. Ada yang tidak setuju saya katakan
Rasulullah saw sebagai sosok fenomenal? Kalau ada, saya hendak menyebutkan
sedikitnya dua saja prestasi-prestasi gemilang beliau:
Pertama, beliau berhasil mengubah budaya masyarakat dalam waktu singkat. Semenjak
diangkat sebagai Rasul, usia 40 tahun hingga wafatnya (usia 63 tahun). Bayangkan
saja, masyarakat arab yang hidup bertahun-tahun gemar berperang antar suku
diubahnya perlahan menjadi bangsa pemenang dan saling menghormati. Kita masih
ingat, Rasulullah muda—tepatnya usia 15 tahun—juga ikut membantu sukunya dalam
perang Finjar sebagai pembawa perlengkapan perang.
Kedua, pada zaman itu, ada dua kiblat kekuatan dunia. Persia dan Romawi. Kalau
kita ibaratkan zaman sekarang adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet. Adakah
terpikir dalam benak kita, akan sanggup menundukkan Amerika atau Rusia secara
ekonomi, militer, dan budaya? Adakah yang bisa mengatakan kita bisa mengalahkan
Ameerika atau Rusia sekarang ini? Nah, itulah yang Rasulullah saw lakukan. Beliau
berhasil mengubah masyarakat Arab dari semula sekadar pedagang biasa yang lemah
jika dibandingkan Romawi dan Persia, menjadi bangsa yang berkuasa. Bahkan menjadikan
kedua negara adidaya tersebut di bawah kekuasaan mereka.
Kembali pada empat karakter dasar Rasulullah saw yang membuat beliau sukses
mewujudkan visi dan misi beliau.
Pertama, Shiddiq (jujur)
Saat masih muda, sebelum menjadi Nabi, Rasulullah saw sudah terkenal di
masyarakatnya sebagai orang yang jujur dan terpercaya. Bukankah salah satu
julukan beliau adalah al-Amin (yang terpercaya). Itulah salah satu sebab
yang menjadikan beliau diberi tugas oleh para ketua suku Arab untuk meletakkan
batu hitam (hajar aswad) di Ka’bah. Beliau pun tidak pernah mengkhianati
para sahabatnya. Walau para sahabatnya yang kaya raya (Abu Bakar, Umar, Usman,
Thalhah, Abdurrahman bin Auf) telah menyerahkan sepenuhnya harta mereka,
Rasulullah tidak pernah sedikit pun mengambil komisi sebagai pengelolanya.
Seperti itu pulalah seharusnya seorang karyawan. Baik di bagian keuangan,
GA, maupun bagian operasional lapangan. Tak pernah berpikir untuk mengambil
keuntungan atas tugas yang diembannya.
Kedua, fathanah (cerdas)
Walaupun tidak bisa membaca dan menulis, Rasulullah saw yang cerdas dalam
banyak hal. Baik dalam hal memahami psikologi para sahabatnya ataupun dalam konteks
strategi peperangan. Dalam riwayat2 hadis disebutkan; ketika ditanya oleh para
sahabat tentang apa amalan terbaik manusia, apa jawaban Rasulullah? Ternyata
jawaban beliau itu berbeda-beda. Beda orang beda jawaban. Ada yang dijawab
dengan berbakti kepada orang tua, ada yang diberi jawaban shalat disiplin pada
waktunya, ada pula yang dijawab dengan sedekah di saat sulit maupun saat
lapang. Beliau memberikan jawaban dengan terlebih dahulu melihat latar belakang
sahabat yang bertanya. Saya kira, kecerdasan seperti itu pulalah yang harus
dimiliki seorang HRD saat mendapati karyawan yang molor, bolos, atau
malas-malasan bekerja.
Kecerdasan beliau juga tampak saat menyusun strategi dalam perang Uhud. Ketika
itu, jumlah armada muslimin kalah jauh dari pasukan Quraish. Maka beliau
membagi pasukannya dalam beberapa tim. Ada tim pemanah yang beliau minta tetap
berjaga dari atas bukit. Ada tim berkuda dan ada pula pasukan yang membawa
pedang. Formasi itu terbukti bisa memukul mundur Khalid bin Walid, panglima
perang terhebat saat itu. Namun, akhirnya kaum muslimin terpaksa mundur karena
kecerobohan pasukan panah yang terburu-buru menuruni bukit karena merasa sudah
menang perang.
Ketiga, amanah (tepercaya)
Kita masih ingat bagaimana beliau di usia yang sangat muda. Sebelum 25
tahun, beliau sudah diberikan amanah untuk memimpin ekspedisi dagang ke Syam (Syiria)
yang amat besar dari salah seorang hartawan Arab ketika itu; Khadijah ra. Misi
perdagangan itu sukses besar dan menghasilkan keuntungan yang luar biasa.
Di sini ada yang usianya belum 25 tahun? Ya, ibaratnya sampean di usia muda
sekarang ini sudah diberi amanah oleh Pak Afify atau Pak Totok untuk menjadi PM
di salah satu site tambang. Pastinya sampean bukan orang main-main, bukan?
Itulah yang terjadi pada Rasulullah.
Keempat, Tabligh (menyampaikan)
Secara khusus, sifat tabligh ini berlaku bagi beliau sebagai Nabi
utusan Allah. Di mana beliau harus menyampaikan segala mandat dari Allah swt. Ajaran
yang disampaikan itu banyak yang gak enak. Bagaimana tidak? Hampir
semuanya bertentangan dengan keyakinan dan tradisi yang telah melekat pada kaum
Arab Mekah saat itu. Apalagi mayoritas para pembesar Quraisy adalah keluarga
sendiri; paman-paman beliau. Tapi, Rasulullah saw menyampaikan semuanya tanpa
gentar sedikit pun. Bahkan harus menerima kenyataan diejek, diludahi, ditimpuk
dengan kotoran unta, atau dijebak dengan ranjau lubang di tengah jalannya.
Seorang yang karyawan/pimpinan yang hebat pun akan melakukan hal yang sama.
Ia tidak segan-segan menegur karyawan lain yang bersalah walaupun dia masih
keluarganya sendiri atau teman dekatnya.
Bapak-ibu yang saya hormati,
Itulah empat karakter dasar kunci keberhasilan Rasulullah saw dalam
mewujudkan visi dan misinya di muka bumi. Semoga bermanfaat...
Sekian terima kasih...
Embalut, 7 Mei 2013
No comments:
Write komentar