Salah satu lokasi
andalan wisata Kepulauan Derawan adalah Pulau Kakaban. Letaknya sekitar 1 jam
perjalanan naik speed boat dari Pulau Derawan. Hati-hati bagi yang takut dengan
laut. Terkadang ombaknya cukup besar. Sehingga kita kan berulangkali
loncat-loncat di atas laut, terguncang ombak. Lumayan ngeri juga—apalagi bagi
saya yang tidak bisa berenang.
Setelah sekitar sejam menerjang ombak, sampailah kita di Pulau Kakaban. Ada jembatan kayu panjang yang akan menghantarkan kita ke tepian. Maklum, speed boat harus tetap ada di tengah air agar tidak kandas. Repot juga nanti dorongnya, kan?
Terhampar pasir putih yang amat bersih. Tampak alami sekali. Maklum, tak ada penghuni di pulau itu. Selain penjaga yang biasanya Cuma datang siang hari. Itu pun bertugas sebagai penarik tiket masuk dan bersih-bersih sampah. Bayarnya 10 ribuan tiap orang.
Setelah membayar tiket, kita akan melewati jembatan dari kayu yang menembus semacam hutan. Jembatan kayu ini naik turun cukup curam. Bagi saya yang tidak terbiasa berolahraga, butuh bernafas ekstra. Huff...Hufffhh...
Tibalah di danau yang membentang biru. Jernih sekali. Ada beberaapa orang bule yang lebih dulu snorkeling di sana. Juga beberapa wisatawan lokal yang mendahului kami. Saya dan teman-teman lainnya bersiap. Pasang pelampung, kacamata, dan alat snorkeling. Tak boleh pakai kaki katak di sini. Kuatir mengenai ubur-ubur dan membuatnya mati.
Di pinggiran danau kita bisa menemukan banyak ubur-ubur berkeliaran. Bisa juga kita pegang. Gak beracun kok. Beda dengan ubur-ubur lain yang kita kenal—biasanya beracun. Konon, di dunia ini hanya ada dua tempat yang ubur-uburnya tidak beracun. Di Pulau Kakaban ini dan di suatua tempat di Filipina.
Tapi awas, jangan diangkat ke udara. Ubur-ubur bisa mati. Saya pikir, itulah yang membuat populasi ubur-ubur di sini makin sedikit. Banyak wisatawan yang mengangkat ubur-ubur ke atas air untuk poto-poto. Membuatnya mati dan populasiya berkurang. Amat disayangkan.
Setelah sekitar sejam menerjang ombak, sampailah kita di Pulau Kakaban. Ada jembatan kayu panjang yang akan menghantarkan kita ke tepian. Maklum, speed boat harus tetap ada di tengah air agar tidak kandas. Repot juga nanti dorongnya, kan?
Terhampar pasir putih yang amat bersih. Tampak alami sekali. Maklum, tak ada penghuni di pulau itu. Selain penjaga yang biasanya Cuma datang siang hari. Itu pun bertugas sebagai penarik tiket masuk dan bersih-bersih sampah. Bayarnya 10 ribuan tiap orang.
Setelah membayar tiket, kita akan melewati jembatan dari kayu yang menembus semacam hutan. Jembatan kayu ini naik turun cukup curam. Bagi saya yang tidak terbiasa berolahraga, butuh bernafas ekstra. Huff...Hufffhh...
Tibalah di danau yang membentang biru. Jernih sekali. Ada beberaapa orang bule yang lebih dulu snorkeling di sana. Juga beberapa wisatawan lokal yang mendahului kami. Saya dan teman-teman lainnya bersiap. Pasang pelampung, kacamata, dan alat snorkeling. Tak boleh pakai kaki katak di sini. Kuatir mengenai ubur-ubur dan membuatnya mati.
Di pinggiran danau kita bisa menemukan banyak ubur-ubur berkeliaran. Bisa juga kita pegang. Gak beracun kok. Beda dengan ubur-ubur lain yang kita kenal—biasanya beracun. Konon, di dunia ini hanya ada dua tempat yang ubur-uburnya tidak beracun. Di Pulau Kakaban ini dan di suatua tempat di Filipina.
Tapi awas, jangan diangkat ke udara. Ubur-ubur bisa mati. Saya pikir, itulah yang membuat populasi ubur-ubur di sini makin sedikit. Banyak wisatawan yang mengangkat ubur-ubur ke atas air untuk poto-poto. Membuatnya mati dan populasiya berkurang. Amat disayangkan.
No comments:
Write komentar