• "Mengubah" Ciptaan Allah •
Salah satu pesan yang disampaikan Alquran ialah jangan mengubah kodrat ciptaan Allah.
Salah satu sebabnya ialah dapat merugikan manusia itu sendiri dalam jangka panjang. Yang itu kadang tidak disadari manusia.
Misalnya,
Kalau menuruti kodrat ciptaan Tuhan, benih yang ditanam akan menghasilkan panen berlipat sepuluh. Kemudian, biji hasil panen itu pun bisa ditanam ulang dan menghasilkan panen yang sama besarnya. Tentu saja lewat pengelolaan yang sama bagusnya.
Manusia kurang puas.
Maka,
Demi mendapatkan hasil panen yang bagus, manusia mulai mengadakan rekayasa genetika pada beberapa jenis tumbuhan. 1 biji yang dulunya, misalnya, ditanam menghasilkan 1 kg, lewat ilmu rekayasa genetika modern, bisa menghasilkan berkali-kali lipat panennya dibanding pakai benih biasa.
Manusia senang (sementara) dengan laba yang berlipat ganda.
Namun,
Ternyata biji hasil panen lewat rekayasa genetika itu tidak bisa ditanam ulang untuk menghasilkan panen yang sama. Bisa jadi cuma menghasilkan pohonnya, tanpa ada buah yang bisa dipanen.
Akibatnya, petani tidak bisa nandur--kecuali lewat membeli bibit di perusahaan pembuat benih--lewat rekayasa genetika.
Dalam jangka panjang,
Karena sudah tidak punya biji yang bisa ditanam, mau gak mau petani harus beli benih di perusahaan itu. Di sinilah kemudian tiba saatnya pemilik perusahaan benih mengambil untung sebesar-besarnya. Benih tanaman itu dijual dengan harga sekehendak mereka--sebagai pemilik karya intelektual.
Dan, mau gak mau, petani harus beli dengan harga mahal. Mau gak mau pula, masyarakat akan beli buah/hasil tanaman itu dengan harga mahal.
Seperti halnya rekayasa genetika pada manusia.
Sains memang memberi harapan bagi manusia untuk "dipilihkan" benih sperma berkualitas terbaik yang akan ditemukan dengan sel telur. Menurut sains, anak hasil pemilihan itu akan punya kualitas seperti yang diinginkan.
Tapi, sains tidak berani menjamin si anak "pilihan" juga akan menghasilkan anak-anak yang sama kualitasnya. Kemungkinannya malah tidak bisa menghasilkan anak yang normal.
Drajat, 17 Juli 2018
@mskholid
》disarikan dari Ngaji bareng Gus Bahauddin Nursalim - Tafsir Jalalain, dengan berbagai modifikasi dan penyesuaian.
https://m.caping.co.id/news/detail/1918863
Salah satu pesan yang disampaikan Alquran ialah jangan mengubah kodrat ciptaan Allah.
Salah satu sebabnya ialah dapat merugikan manusia itu sendiri dalam jangka panjang. Yang itu kadang tidak disadari manusia.
Misalnya,
Kalau menuruti kodrat ciptaan Tuhan, benih yang ditanam akan menghasilkan panen berlipat sepuluh. Kemudian, biji hasil panen itu pun bisa ditanam ulang dan menghasilkan panen yang sama besarnya. Tentu saja lewat pengelolaan yang sama bagusnya.
Manusia kurang puas.
Maka,
Demi mendapatkan hasil panen yang bagus, manusia mulai mengadakan rekayasa genetika pada beberapa jenis tumbuhan. 1 biji yang dulunya, misalnya, ditanam menghasilkan 1 kg, lewat ilmu rekayasa genetika modern, bisa menghasilkan berkali-kali lipat panennya dibanding pakai benih biasa.
Manusia senang (sementara) dengan laba yang berlipat ganda.
Namun,
Ternyata biji hasil panen lewat rekayasa genetika itu tidak bisa ditanam ulang untuk menghasilkan panen yang sama. Bisa jadi cuma menghasilkan pohonnya, tanpa ada buah yang bisa dipanen.
Akibatnya, petani tidak bisa nandur--kecuali lewat membeli bibit di perusahaan pembuat benih--lewat rekayasa genetika.
Dalam jangka panjang,
Karena sudah tidak punya biji yang bisa ditanam, mau gak mau petani harus beli benih di perusahaan itu. Di sinilah kemudian tiba saatnya pemilik perusahaan benih mengambil untung sebesar-besarnya. Benih tanaman itu dijual dengan harga sekehendak mereka--sebagai pemilik karya intelektual.
Dan, mau gak mau, petani harus beli dengan harga mahal. Mau gak mau pula, masyarakat akan beli buah/hasil tanaman itu dengan harga mahal.
Seperti halnya rekayasa genetika pada manusia.
Sains memang memberi harapan bagi manusia untuk "dipilihkan" benih sperma berkualitas terbaik yang akan ditemukan dengan sel telur. Menurut sains, anak hasil pemilihan itu akan punya kualitas seperti yang diinginkan.
Tapi, sains tidak berani menjamin si anak "pilihan" juga akan menghasilkan anak-anak yang sama kualitasnya. Kemungkinannya malah tidak bisa menghasilkan anak yang normal.
Drajat, 17 Juli 2018
@mskholid
》disarikan dari Ngaji bareng Gus Bahauddin Nursalim - Tafsir Jalalain, dengan berbagai modifikasi dan penyesuaian.
https://m.caping.co.id/news/detail/1918863
No comments:
Write komentar