• Mengubah Sudut Pandang •
Salah satu keahlian setan (dalam bentuk manusia atau jin---شياطين الانس والجن) ialah mengubah sudut pandang. Mengubah hakikat sesuatu lewat "mbolak-balik" kalimat sehingga sekilas nampak indah.
Sesuatu yang dalam ajaran agama Islam disebut kebaikan dan berpahala, lewat logika setan bisa berubah jadi kesalahan yang merugikan. Dan hebatnya, setan-setan itu saling kerjasama, berbagi ide dan cara meruntuhkan argumen tiyang mukmin.
Alquran menyatakan:
(وَكَذَ ٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِیٍّ عَدُوࣰّا شَیَـٰطِینَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ یُوحِی بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضࣲ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورࣰاۚ وَلَوۡ شَاۤءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا یَفۡتَرُونَ)
[Surat Al-An'am 112]
"Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan."
Misalnya,
Anak-anak merawat orangtua mereka yang sudah tua. Sakit sakitan. Bolak-balik pulang pergi rumah sakit. Berobat. Habis uang banyak. Puluhan juta. Bahkan, bisa jadi menjual sebagian petak sawah yang dimiliki demi pengobatan orangtua.
Dalam sudut pandang agama, perbuatan tersebut adalah kebaikan. Nilai pahalanya besar. Menjanjikan masuk surga.
Tapi, dalam sudut pandang setan, kebaikan pada orangtua itu bisa dikatakan pemborosan. Habis-habisin uang. Orang sudah tua saja, ngapain pakai dirawat segala hingga menghabiskan banyak biaya. Dibiarkan saja paling juga akan mati-mati sendiri.
Mending uangnya dipakai untuk keperluan lainnya.
Sudut pandang setan ini, sekilas nampak benar. Bahkan mulai diikuti sebagian kalangan zaman sekarang. Tapi, sesungguhnya kurang ajar.
Contoh lagi,
Sedekah pada orang miskin. Dalam sudut pandang agama, ialah kebaikan yang bernilai pahala dan menjanjikan surga.
Namun,
Dengan bersilat lidah ala setan, pandangan manusia bisa berubah.
Kok enak dia. Wong yang capek kerja keras itu saya sendiri, begitu saya kaya; dapat uang kok dibagi ke orang lain. Padahal, dia sama sekali tidak ada peran bantu kerja saya.
Sekilas ini kelihatan benar, tapi salah dalam pandangan agama.
Atau dalam kasus perjalanan umroh, yang bernilai ibadah dan pahala besar.
Lewat sudut pandang setan, bisa diubah 180 derajat.
Ngapain juga jauh-jauh habis duit banyak hanya untuk melihat batu kotak saja. Pakai ribet dan sesak-sesakan pula.
Hanya menguntungkan Kerajaan Saudi saja.
Mending duitnya buat kebutuhan lainnya.
Logika-logika yang kelihatan "cerdas" seperti di atas, akan terus bermunculan dari mulut-mulut setan. Itu sudah ada sejak dulu. Sejak zaman Nabi Muhammad saw.
(یُرِیدُونَ لِیُطۡفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَ ٰهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ)
[Surat Ash-Shaf 8]
"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya."
Dalam Surah Yasin, Allah SWT menyebutkan tingkah perilaku ala setan itu. Ketika Rasulullah saw menyuruh mereka berinfaq--memberikan makanan pada orang tak mampu.
Mereka bersilat lidah. Argumen mereka;
Ya Muhammad, kemarin kamu bilang bahwa semua di dunia ini adalah ketetapan Allah.
Lha, ini pas ada orang melarat, gak bisa makan, kok malah kamu suruh kami (sedekah) memberinya makan?
Bukankah itu menentang ketetapan Allah?
(وَإِذَا قِیلَ لَهُمۡ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ قَالَ ٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ لِلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَنُطۡعِمُ مَن لَّوۡ یَشَاۤءُ ٱللَّهُ أَطۡعَمَهُۥۤ إِنۡ أَنتُمۡ إِلَّا فِی ضَلَـٰلࣲ مُّبِینࣲ)
[Surat Ya-Sin 47]
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Ngopi @Kersikan, 24 April 2019
@mskholid
》inspirasi dari ngaji bareng Gus Baha'.
Salah satu keahlian setan (dalam bentuk manusia atau jin---شياطين الانس والجن) ialah mengubah sudut pandang. Mengubah hakikat sesuatu lewat "mbolak-balik" kalimat sehingga sekilas nampak indah.
Sesuatu yang dalam ajaran agama Islam disebut kebaikan dan berpahala, lewat logika setan bisa berubah jadi kesalahan yang merugikan. Dan hebatnya, setan-setan itu saling kerjasama, berbagi ide dan cara meruntuhkan argumen tiyang mukmin.
Alquran menyatakan:
(وَكَذَ ٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِیٍّ عَدُوࣰّا شَیَـٰطِینَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ یُوحِی بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضࣲ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورࣰاۚ وَلَوۡ شَاۤءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا یَفۡتَرُونَ)
[Surat Al-An'am 112]
"Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan."
Misalnya,
Anak-anak merawat orangtua mereka yang sudah tua. Sakit sakitan. Bolak-balik pulang pergi rumah sakit. Berobat. Habis uang banyak. Puluhan juta. Bahkan, bisa jadi menjual sebagian petak sawah yang dimiliki demi pengobatan orangtua.
Dalam sudut pandang agama, perbuatan tersebut adalah kebaikan. Nilai pahalanya besar. Menjanjikan masuk surga.
Tapi, dalam sudut pandang setan, kebaikan pada orangtua itu bisa dikatakan pemborosan. Habis-habisin uang. Orang sudah tua saja, ngapain pakai dirawat segala hingga menghabiskan banyak biaya. Dibiarkan saja paling juga akan mati-mati sendiri.
Mending uangnya dipakai untuk keperluan lainnya.
Sudut pandang setan ini, sekilas nampak benar. Bahkan mulai diikuti sebagian kalangan zaman sekarang. Tapi, sesungguhnya kurang ajar.
Contoh lagi,
Sedekah pada orang miskin. Dalam sudut pandang agama, ialah kebaikan yang bernilai pahala dan menjanjikan surga.
Namun,
Dengan bersilat lidah ala setan, pandangan manusia bisa berubah.
Kok enak dia. Wong yang capek kerja keras itu saya sendiri, begitu saya kaya; dapat uang kok dibagi ke orang lain. Padahal, dia sama sekali tidak ada peran bantu kerja saya.
Sekilas ini kelihatan benar, tapi salah dalam pandangan agama.
Atau dalam kasus perjalanan umroh, yang bernilai ibadah dan pahala besar.
Lewat sudut pandang setan, bisa diubah 180 derajat.
Ngapain juga jauh-jauh habis duit banyak hanya untuk melihat batu kotak saja. Pakai ribet dan sesak-sesakan pula.
Hanya menguntungkan Kerajaan Saudi saja.
Mending duitnya buat kebutuhan lainnya.
Logika-logika yang kelihatan "cerdas" seperti di atas, akan terus bermunculan dari mulut-mulut setan. Itu sudah ada sejak dulu. Sejak zaman Nabi Muhammad saw.
(یُرِیدُونَ لِیُطۡفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَ ٰهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ)
[Surat Ash-Shaf 8]
"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya."
Dalam Surah Yasin, Allah SWT menyebutkan tingkah perilaku ala setan itu. Ketika Rasulullah saw menyuruh mereka berinfaq--memberikan makanan pada orang tak mampu.
Mereka bersilat lidah. Argumen mereka;
Ya Muhammad, kemarin kamu bilang bahwa semua di dunia ini adalah ketetapan Allah.
Lha, ini pas ada orang melarat, gak bisa makan, kok malah kamu suruh kami (sedekah) memberinya makan?
Bukankah itu menentang ketetapan Allah?
(وَإِذَا قِیلَ لَهُمۡ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ قَالَ ٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ لِلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَنُطۡعِمُ مَن لَّوۡ یَشَاۤءُ ٱللَّهُ أَطۡعَمَهُۥۤ إِنۡ أَنتُمۡ إِلَّا فِی ضَلَـٰلࣲ مُّبِینࣲ)
[Surat Ya-Sin 47]
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Ngopi @Kersikan, 24 April 2019
@mskholid
》inspirasi dari ngaji bareng Gus Baha'.
No comments:
Write komentar