Pagi itu, saya berkunjung ke Pondok Sunan Drajat. Ada event besar hari itu. Tingkat Nasional pula. Melibatkan banyak pesantren se Indonesia. Ribuan santri se-Nusantara.
Ratusan kiai, profesor, dan guru besar bidang keislaman juga turut hadir. Mereka didapuk sebagai dewan juri.
Musabaqoh Qiroatil Kutub tingkat Nasional 2023. Itulah acara yang sedang berlangsung.
Untuk memeriahkan, panitia juga mengadakan bazar dan expo. Pesertanya, perwakilan pesantren dan organisasi-organisasi kepesantrenan.
Ke arah Expo itulah siang itu saja berjalan.
Dari jarak sekitar 10 meter, saya lihat seorang santri saya (sekarang sudah alumni). Dia sedang berjaga di salah satu stand Expo.
Saya melihatnya, dan dia melihat saya. Kami belum sempat berbalas senyum. Saya kuatir dia bukan santri di pondok saya dulu. Tapi sekilas melihat perawakan dan wajahnya, saya agak yakin dialah orangnya.
Semakin dekat dengan stand expo tempat santri saya berjaga. Saya sengaja tidak mampir. Hanya melirik dirinya dari dekat. Memastikan, apa benar. Ternyata benar. Apalagi setelah membaca stand mana yang dia jaga.
Saya berlalu saja. Tidak menyapa dia. Santri itu pun tidak sekalipun menyapa saya.
Yaudah, batin saya.
Santri ini bisa dibilang bintang pelajar. Selalu rangking 1 di kelas saya. Saya pernah jadi wali kelasnya. Bahkan nilainya juga tertinggi di ujian akhir semester dibandingkan semua siswa kelas 1, 2, dan 3. Beberapa kali, dia dikirim mengikuti olimpiade dan lomba baca kitab. Kerap pula dia memenanginya.
Ya sudahlah...
Saya berlalu. Berkunjung melihat stand expo lainnya.
Di malam harinya, saat gelap-gelap saya duduk bersama seorang teman. Menyaksikan pembukaan MQK malam itu.
Tiba-tiba dari samping terdengar ucapan salam,
"Assalamualaikum Ustadz..." Ada 3 remaja lelaki yang dulu santri saya pula. Sudah lulus 2 tahun lalu.
"Waalaikumsalam... Lho, kok di sini? Ikut lomba ta?" saya bergurau.
"Tidak, Ustadz. Mau lihat-lihat saja," jawab mereka.
Lalu terjadi perbincangan sebentar. Hingga mereka pamit untuk lihat-lihat expo.
Saya tertegun.
Mengingat peristiwa pagi tadi. Satu orang santri yang hebat (ketika masih di sekolah), namun kurang tata krama setelah lulus.
Namun, 3 orang santri lainnya, yang dulu saya kenal mereka ini sering tidur di kelas. Ditanya pelajaran gak bisa jawab. Kadang-kadang bolos sekolah.
Ketika di luar sekolah, setelah lulus, justru masih ingat dengan baik gurunya. Bahkan tanpa ragu menyapa dan bertanya kabar.
No comments:
Write komentar