• Beda Perang dan Pembunuhan •
Perang itu gentle.
Saling berhadapan antara dua pihak yang berseteru. Sama-sama bawa senjata. Bila musuh terjatuh senjatanya, maka pihak lawan tak akan segan meletakkan senjatanya. Lalu, tanding berhadap-hadapan.
Syariat perang pun diberlakukan pada objek tertentu. Jelas kriterianya.
Anda BOLEH memerangi orang yang MEMERANGI-mu.
Anda BOLEH mengusir orang yang MENGUSIR-mu.
Itu pun dengan catatan: ولا تعتدوا
"Jangan melampaui batas."
وقاتلوا في سبيل الله الذين يقاتلونكم ، ولا تعتدوا...
Sedangkan pembunuhan;
Orang lagi enak-enakan berjemur, dibom.
Orang lagi santai minum kopi, ditembak-i.
Orang lagi jalan berwisata, dipedang-i.
Perilaku ini sama saja menusuk dari belakang.
Tidak gentle.
Persis orang-orang Khawarij yang ngakunya paling beriman. Mereka sesungguhnya tidak berperang, tapi melakukan pembunuhan--meskipun ngakunya sedang jihad fi sabilillah.
Faktanya,
Khawarij tidak berani berhadapan langsung dengan 3 tokoh sentral konflik sesama umat di akhir periode khulafaur rasyidin.
Mereka merencanakan pembunuhan kepada Ali krw., Muawiyah, dan Amr bin Ash, dengan cara membacok dari belakang.*
Itu pun direncanakan saat ketiganya shalat Subuh. Saat gelap.
Sudah gitu, eksekusinya pas sujud pula.
*(Muawiyah mendadak meriang; tidak jadi imam Subuh.
Amr, terbacok bokongnya. Tidak meninggal.
Sayyidina Ali terbacok kepala, wafat).
Andai mereka gentle, dan sesuai standard syariat, pastinya bersedia menantang ketiga tokoh itu tanding secara langsung.
Persis Sayyidina Ali yang menantang duel satu-satu komandan lawan; Amr bin Ash. Tapi, meskipun hampir kalah, Amr tidak terbunuh. Menurut salah satu riwayat, Amr yg dikenal cerdik, berhasil memanfaatkan salah satu sisi kelemahan Ali.
Drajat, 21 Januari 2019
@mskholid
@ruanginstalasi
~ disarikan dari ngaji bareng Gus Baha', dengan beberapa penambahan dan penyesuaian.
Perang itu gentle.
Saling berhadapan antara dua pihak yang berseteru. Sama-sama bawa senjata. Bila musuh terjatuh senjatanya, maka pihak lawan tak akan segan meletakkan senjatanya. Lalu, tanding berhadap-hadapan.
Syariat perang pun diberlakukan pada objek tertentu. Jelas kriterianya.
Anda BOLEH memerangi orang yang MEMERANGI-mu.
Anda BOLEH mengusir orang yang MENGUSIR-mu.
Itu pun dengan catatan: ولا تعتدوا
"Jangan melampaui batas."
وقاتلوا في سبيل الله الذين يقاتلونكم ، ولا تعتدوا...
Sedangkan pembunuhan;
Orang lagi enak-enakan berjemur, dibom.
Orang lagi santai minum kopi, ditembak-i.
Orang lagi jalan berwisata, dipedang-i.
Perilaku ini sama saja menusuk dari belakang.
Tidak gentle.
Persis orang-orang Khawarij yang ngakunya paling beriman. Mereka sesungguhnya tidak berperang, tapi melakukan pembunuhan--meskipun ngakunya sedang jihad fi sabilillah.
Faktanya,
Khawarij tidak berani berhadapan langsung dengan 3 tokoh sentral konflik sesama umat di akhir periode khulafaur rasyidin.
Mereka merencanakan pembunuhan kepada Ali krw., Muawiyah, dan Amr bin Ash, dengan cara membacok dari belakang.*
Itu pun direncanakan saat ketiganya shalat Subuh. Saat gelap.
Sudah gitu, eksekusinya pas sujud pula.
*(Muawiyah mendadak meriang; tidak jadi imam Subuh.
Amr, terbacok bokongnya. Tidak meninggal.
Sayyidina Ali terbacok kepala, wafat).
Andai mereka gentle, dan sesuai standard syariat, pastinya bersedia menantang ketiga tokoh itu tanding secara langsung.
Persis Sayyidina Ali yang menantang duel satu-satu komandan lawan; Amr bin Ash. Tapi, meskipun hampir kalah, Amr tidak terbunuh. Menurut salah satu riwayat, Amr yg dikenal cerdik, berhasil memanfaatkan salah satu sisi kelemahan Ali.
Drajat, 21 Januari 2019
@mskholid
@ruanginstalasi
~ disarikan dari ngaji bareng Gus Baha', dengan beberapa penambahan dan penyesuaian.
No comments:
Write komentar