• Berburu Ridho Allah di Warung Kopi •
Pada pengajian bulan lalu, di Kantor LP Maarif PCNU BABAT, KH Ali Imron - PP Nurul Anwar menjelaskan tentang perbedaan orang yang mendapat ketetapan Masuk Surga dan Mendapat Ridho Allah.
Masuk Surga 》
Bisa jadi melewati serangkaian proses hisab dan perhitungan amal. Bisa lama, lama sekali, atau cepat. Bisa pula hasilnya menetapkan yang bersangkutan mampir dulu ke neraka--baru ke surga. Di neraka bisa lama, bisa luuuuama, bisa sebentar saja. Baru masuk surga.
Ridho Allah 》
Yang namanya sudah dapat ridho Allah, jelas saja langsung masuk surga.
Allah pastinya gak rela dong, orang yang diridhoi-Nya terkena siksaan.
Langsung masuk surga. Tanpa hisab. Tanpa perhitungan amal.
Bahkan bisa jadi melintasi siroth hanya sekejap--tanpa sempat melihat ngerinya neraka.
Nah,
Bagaimana mendapat ridho Allah?
Ada kebiasaan yang sangat mudah.
Beliau lantas menyebut sebuah hadits riwayat Imam Muslim:
عن أنس - رضي الله عنه - قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: ((إن الله ليَرضى عن العبد أن يأكل الأَكلة، فيَحمده عليها، أو يشرب الشَّربة، فيحمده عليها))؛ رواه مسلم.
رابط الموضوع: https://www.alukah.net/library/0/48911/#ixzz62hhrd3cK
"Allah benar-benar ridho pada seseorang yang saat makan suatu makanan (bisa suapan), lalu memuji Allah atas (nikmat) makan itu. Atau saat minum satu seruputan, lantas memuji Allah atas seruputan minum itu."
Syaratnya supaya dapat ridho dari makanan itu:
1. Baca bismillah sebelum makan
2. Pakai tangan kanan
3. Dapat 1 suapan atau 1 sruputan minum, resapi dan baca Alhamdulillah...
Begitu seterusnya, dilatih dan dilatih setiap hari.
Orang yang sering nongkrong di warung kopi, sepertinya cocok mempraktikkan metode dapat ridho Allah ini.
Setiap seruputan kopi, baca bismillah...
Selesai diseruput, masuk tenggorokan, baca Alhamdulillah...
Koyok-koyok e se nongkrong di warkop. Tapi, sejatinya sedang berjuang mencari ridho Allah. 😁😁😁
Maka, akan kita sadari betapa besarnya dan hebatnya nikmat bisa makan-minum ini.
------
Saya amat menyadari sepenuhnya betapa baiknya Allah memberikan kita nikmat BISA makan ini. Bukan soal nikmat punya makanan untuk dimakan, tapi nikmat untuk bisa makan ini.
Betapa saya sadari, seminggu ini saat sakit gigi. Mau makan apa-apa sulit.
Air terlalu dingin, teng...
Air panas sedikit, tueng...
Ngunyah terlalu keras, teng...
Ngunyah kena gigi yang sakit, teng...
Bahkan, minum aiummanis bergula kena gigi yang sakit, juga teng...
Pun mirip-mirip begitu pula, misalnya saat kena sariawan.
Begitu mudahnya Allah mencabut nikmat BISA makan ini.
Betapa tersiksanya kita. Makanan punya, tapi tak bisa makan. Atau tak enak makan.
Karena itu, saya mencoba meresapi doa sebelum makan,
اللهم بارك لنا فيما رزقتنا ...
"Ya Allah, berkahilah apa-apa yang telah Engkau rejekikan pada kami..."
Doa permohonan #barokah di sini, bisa jadi maksudnya (salah satunya) adalah nikmat bisa memakan rejeki yang telah Allah berikan pada kita.
Mungkin orang yang tidak bisa makan, karena tak punya sesuatu yang dimakan dia akan tersiksa dengan nasibnya.
Tapi, orang yang punya banyak sesuatu untuk dimakan, tapi gak bisa dimakan, bisa jadi lebih tersiksa (bisa jadi lho...).
Saya jadi teringat, dalam sebuah rekaman ngaji Gus Baha.
Ada seorang miskin yang curhat ke beliau.
Orang miskin ini sehari-hari sering kekurangan. Kadang bisa makan, kadang tidak.
Dia "protes" pada Gus Baha soal ketentuan puasa bagi seorang muslim.
Kira-kira begini kalimatnya:
"Puasa ini benar-benar menyiksa. Saya setiap hari sudah jarang makan, eh malah disuruh puasa pula. Gak adil. Mestinya orang kaya-kaya itu saja yang disuruh puasa, karena setiap hari sudah makan enak."
Gus Baha menimpali yang kira-kira begini (pakai bahasa saya--red):
Lho, mestinya Jenengan tidak tersiksa dengan ketentuan puasa. Wong sudah terbiasa tidak makan.
Justru mestinya yang lebih tersiksa adalah orang-orang kaya itu.
Mereka setiap hari terbiasa makan enak. Pagi ayam goreng. Jelang siang pesan pizza. Jam siang, makan sate dan gule. Nanti sore ganti makan nasi goreng atau mie ayam. Nanti malam, ganti menu lain yang tak kalah enaknya. Belum lagi camilan dan minuman di cafe. Lalu, tiba-tiba disuruh meninggalkan itu semua. Berpuasa. Apa gak lebih berat???!
Tuingggg...
Seketika orang miskin itu tersadar.
Benar juga, ya...
Suwun Gus, katanya ngeloyor...
Tritunggal, 18 Oktober 2019
@mskholid
insert: obat dari dokter gigi, alhamdulillah bisa nyeruput kopi.
Pada pengajian bulan lalu, di Kantor LP Maarif PCNU BABAT, KH Ali Imron - PP Nurul Anwar menjelaskan tentang perbedaan orang yang mendapat ketetapan Masuk Surga dan Mendapat Ridho Allah.
Masuk Surga 》
Bisa jadi melewati serangkaian proses hisab dan perhitungan amal. Bisa lama, lama sekali, atau cepat. Bisa pula hasilnya menetapkan yang bersangkutan mampir dulu ke neraka--baru ke surga. Di neraka bisa lama, bisa luuuuama, bisa sebentar saja. Baru masuk surga.
Ridho Allah 》
Yang namanya sudah dapat ridho Allah, jelas saja langsung masuk surga.
Allah pastinya gak rela dong, orang yang diridhoi-Nya terkena siksaan.
Langsung masuk surga. Tanpa hisab. Tanpa perhitungan amal.
Bahkan bisa jadi melintasi siroth hanya sekejap--tanpa sempat melihat ngerinya neraka.
Nah,
Bagaimana mendapat ridho Allah?
Ada kebiasaan yang sangat mudah.
Beliau lantas menyebut sebuah hadits riwayat Imam Muslim:
عن أنس - رضي الله عنه - قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: ((إن الله ليَرضى عن العبد أن يأكل الأَكلة، فيَحمده عليها، أو يشرب الشَّربة، فيحمده عليها))؛ رواه مسلم.
رابط الموضوع: https://www.alukah.net/library/0/48911/#ixzz62hhrd3cK
"Allah benar-benar ridho pada seseorang yang saat makan suatu makanan (bisa suapan), lalu memuji Allah atas (nikmat) makan itu. Atau saat minum satu seruputan, lantas memuji Allah atas seruputan minum itu."
Syaratnya supaya dapat ridho dari makanan itu:
1. Baca bismillah sebelum makan
2. Pakai tangan kanan
3. Dapat 1 suapan atau 1 sruputan minum, resapi dan baca Alhamdulillah...
Begitu seterusnya, dilatih dan dilatih setiap hari.
Orang yang sering nongkrong di warung kopi, sepertinya cocok mempraktikkan metode dapat ridho Allah ini.
Setiap seruputan kopi, baca bismillah...
Selesai diseruput, masuk tenggorokan, baca Alhamdulillah...
Koyok-koyok e se nongkrong di warkop. Tapi, sejatinya sedang berjuang mencari ridho Allah. 😁😁😁
Maka, akan kita sadari betapa besarnya dan hebatnya nikmat bisa makan-minum ini.
------
Saya amat menyadari sepenuhnya betapa baiknya Allah memberikan kita nikmat BISA makan ini. Bukan soal nikmat punya makanan untuk dimakan, tapi nikmat untuk bisa makan ini.
Betapa saya sadari, seminggu ini saat sakit gigi. Mau makan apa-apa sulit.
Air terlalu dingin, teng...
Air panas sedikit, tueng...
Ngunyah terlalu keras, teng...
Ngunyah kena gigi yang sakit, teng...
Bahkan, minum aiummanis bergula kena gigi yang sakit, juga teng...
Pun mirip-mirip begitu pula, misalnya saat kena sariawan.
Begitu mudahnya Allah mencabut nikmat BISA makan ini.
Betapa tersiksanya kita. Makanan punya, tapi tak bisa makan. Atau tak enak makan.
Karena itu, saya mencoba meresapi doa sebelum makan,
اللهم بارك لنا فيما رزقتنا ...
"Ya Allah, berkahilah apa-apa yang telah Engkau rejekikan pada kami..."
Doa permohonan #barokah di sini, bisa jadi maksudnya (salah satunya) adalah nikmat bisa memakan rejeki yang telah Allah berikan pada kita.
Mungkin orang yang tidak bisa makan, karena tak punya sesuatu yang dimakan dia akan tersiksa dengan nasibnya.
Tapi, orang yang punya banyak sesuatu untuk dimakan, tapi gak bisa dimakan, bisa jadi lebih tersiksa (bisa jadi lho...).
Saya jadi teringat, dalam sebuah rekaman ngaji Gus Baha.
Ada seorang miskin yang curhat ke beliau.
Orang miskin ini sehari-hari sering kekurangan. Kadang bisa makan, kadang tidak.
Dia "protes" pada Gus Baha soal ketentuan puasa bagi seorang muslim.
Kira-kira begini kalimatnya:
"Puasa ini benar-benar menyiksa. Saya setiap hari sudah jarang makan, eh malah disuruh puasa pula. Gak adil. Mestinya orang kaya-kaya itu saja yang disuruh puasa, karena setiap hari sudah makan enak."
Gus Baha menimpali yang kira-kira begini (pakai bahasa saya--red):
Lho, mestinya Jenengan tidak tersiksa dengan ketentuan puasa. Wong sudah terbiasa tidak makan.
Justru mestinya yang lebih tersiksa adalah orang-orang kaya itu.
Mereka setiap hari terbiasa makan enak. Pagi ayam goreng. Jelang siang pesan pizza. Jam siang, makan sate dan gule. Nanti sore ganti makan nasi goreng atau mie ayam. Nanti malam, ganti menu lain yang tak kalah enaknya. Belum lagi camilan dan minuman di cafe. Lalu, tiba-tiba disuruh meninggalkan itu semua. Berpuasa. Apa gak lebih berat???!
Tuingggg...
Seketika orang miskin itu tersadar.
Benar juga, ya...
Suwun Gus, katanya ngeloyor...
Tritunggal, 18 Oktober 2019
@mskholid
insert: obat dari dokter gigi, alhamdulillah bisa nyeruput kopi.
No comments:
Write komentar