Dosen Killer, Ujian 40 Halaman •
Ketika kuliah di Mekah, saya punya dosen killer. Ditakuti semua mahasiswa selama bertahun-tahun. Ngajarnya pakai kitab الموافقات في أصول الشريعة karya Syekh Asy-Syatibi. (Saya cek di waqfeya, kitab ini versi pdf-nya setebal 936 halaman). Nama dosen saya itu Syekh Ahmad Fahmi--lulusan Al Azhar Mesir.
Beliau tergolong sudah lanjut usia. Ketika mengajar tidak pernah bawa kitab Muwafaqat. Beliau sudah hafal di luar kepala huruf per huruf. حرفا حرفا
Saat di kelas, semua mahasiswa tidak diperkenankan merekam--waktu itu alat rekamnya hanyalah tape recorder.
Penjelasan beliau amat luas dan mendalam. Bayangkan, baca 1 paragraf dari kitab, beliau lantas menjelaskannya selama 3 jam. Kami para mahasiswa, hanya bisa menyimak sambil mencatat. Berkejaran dengan penjelasan beliau. Coret-coret asal tulis saja. Nanti kalau sudah pulang, tinggal ditulis ulang dengan khat yang bagus dan rapi. Begitu yang kami lakukan setiap mata kuliah beliau.
Untuk mata kuliah beliau, hampir tak ada yang dapat nilai amat tinggi. Saking tingginya standard yang beliau tetapkan. Beliau ingin memberikan nilai yang benar-benar sesuai dengan kemampuan mahasiswanya. Banyak mahasiswa yang mesti mengulang mata kuliah beliau, jika tak lulus ujian.
Soal yang beliau berikan, jawabannya adalah seluruh apa yang beliau jelaskan saat di kelas. Jadi, emang harus benar-benar hafal.
Malam sebelum ujian, saya tidak tidur. Itikaf di depan Ka'bah. Membaca ulang dan menghafal tulisan saya dari penjelasan beliau. Sambil berharap dimudahkan menjawab soal-soal esok hari.
Benar saja.
Soal yang beliau berikan, jawabannya seabrek.
Saya bingung. Bukan karena tidak tahu jawabannya.
Tapi bingung karena memikirkan apa cukup waktu 4 jam ujian yang diberikan untuk menuliskan semua jawabannya.
Benar saja.
Jawaban soal beliau bisa menjadi satu buku. Jumlahnya 40 halaman. Saya bahkan memerlukan 4 - 5 polpen boxy yang saya bawa untuk menuliskan jawaban tersebut.
(Kiai Agil Munawwar ini, khat/tulisan arabnya baguuuusss banget. Kalau ngajar dan nulis di papan, laiknya khattat saja).
Usai ujian, saya ketemu beliau. Saya dipanggil.
"Ya Said Agil, kemarilah..."
"Bagaimana Syaikh, apa saya lulus?"
"Sabar dulu. Nanti dilihat."
"Owh, iya kamu lulus."
"Berapa nilainya, Syaikh?"
Beliau hanya tertawa.
"80?" saya penasaran.
"Tidak!"
"85?"
"Tidak!"
"Berapa Syaikh?"
"Kamu mendapat nilai 96," ujar beliau bangga.
Saya jawab, "Siapa dulu dong gurunya?" sambil tertawa.
(Ingat. Ini dosen killer saja ngasih nilai 96. Bagaimana dengan nilai dari dosen yang rahmatan lil alamin? 😂)
Beliau ikut tertawa, lalu berkata, "Selama bertahun-tahun, kamulah mahasiswa terbaik saya. Kok bisa menjawab selengkap dan sedetil itu."
Ya bisa. Wong saya berusaha; Belajar, membaca, menulis, dan menghafal.
Artinya apa?
Bahwa dosen killer itu bukan ancaman. Bukan sesuatu yang boleh kita takuti. Justru harus kita jadikan sebagai tantangan untuk memperoleh yang terbaik dan terbaik.
Melihat kealiman beliau, saya mencoba khidmah pada beliau. Mendatangi beliau di rumahnya; Asar hingga maghrib atau isyak. Pun ikut membantu beliau menyiapkan beberapa keperluannya. Itu saya lakukan setiap hari.
*seperti dijelaskan oleh KH Said Agil al-Munawwar dalam sebuah rekaman di youtube.
Babat, 2 Oktober 2019
@mskholid
- Saya menyimak ngaji beliau ini lewat audio di mobil. Macet jegrek sekitar 1 jam di Semlaran malam tadi, memberikah berkah bagi saya--bisa menyimak dengan detil dan rinci kata per kata Yai Agil.
- Yai Agil Munawwar ini dosen dan pembimbing tesis saya. Dikenal sebagai dosen murah hati saat memberi nilai. Semua mahasiswa dapat nilai minimal A. 😂
insert: saya temukan ini foto Syaikh Ahmad Fahmi via Google. Entah benar apa tidak. Mungkin ada yang bisa bantu.
Ketika kuliah di Mekah, saya punya dosen killer. Ditakuti semua mahasiswa selama bertahun-tahun. Ngajarnya pakai kitab الموافقات في أصول الشريعة karya Syekh Asy-Syatibi. (Saya cek di waqfeya, kitab ini versi pdf-nya setebal 936 halaman). Nama dosen saya itu Syekh Ahmad Fahmi--lulusan Al Azhar Mesir.
Beliau tergolong sudah lanjut usia. Ketika mengajar tidak pernah bawa kitab Muwafaqat. Beliau sudah hafal di luar kepala huruf per huruf. حرفا حرفا
Saat di kelas, semua mahasiswa tidak diperkenankan merekam--waktu itu alat rekamnya hanyalah tape recorder.
Penjelasan beliau amat luas dan mendalam. Bayangkan, baca 1 paragraf dari kitab, beliau lantas menjelaskannya selama 3 jam. Kami para mahasiswa, hanya bisa menyimak sambil mencatat. Berkejaran dengan penjelasan beliau. Coret-coret asal tulis saja. Nanti kalau sudah pulang, tinggal ditulis ulang dengan khat yang bagus dan rapi. Begitu yang kami lakukan setiap mata kuliah beliau.
Untuk mata kuliah beliau, hampir tak ada yang dapat nilai amat tinggi. Saking tingginya standard yang beliau tetapkan. Beliau ingin memberikan nilai yang benar-benar sesuai dengan kemampuan mahasiswanya. Banyak mahasiswa yang mesti mengulang mata kuliah beliau, jika tak lulus ujian.
Soal yang beliau berikan, jawabannya adalah seluruh apa yang beliau jelaskan saat di kelas. Jadi, emang harus benar-benar hafal.
Malam sebelum ujian, saya tidak tidur. Itikaf di depan Ka'bah. Membaca ulang dan menghafal tulisan saya dari penjelasan beliau. Sambil berharap dimudahkan menjawab soal-soal esok hari.
Benar saja.
Soal yang beliau berikan, jawabannya seabrek.
Saya bingung. Bukan karena tidak tahu jawabannya.
Tapi bingung karena memikirkan apa cukup waktu 4 jam ujian yang diberikan untuk menuliskan semua jawabannya.
Benar saja.
Jawaban soal beliau bisa menjadi satu buku. Jumlahnya 40 halaman. Saya bahkan memerlukan 4 - 5 polpen boxy yang saya bawa untuk menuliskan jawaban tersebut.
(Kiai Agil Munawwar ini, khat/tulisan arabnya baguuuusss banget. Kalau ngajar dan nulis di papan, laiknya khattat saja).
Usai ujian, saya ketemu beliau. Saya dipanggil.
"Ya Said Agil, kemarilah..."
"Bagaimana Syaikh, apa saya lulus?"
"Sabar dulu. Nanti dilihat."
"Owh, iya kamu lulus."
"Berapa nilainya, Syaikh?"
Beliau hanya tertawa.
"80?" saya penasaran.
"Tidak!"
"85?"
"Tidak!"
"Berapa Syaikh?"
"Kamu mendapat nilai 96," ujar beliau bangga.
Saya jawab, "Siapa dulu dong gurunya?" sambil tertawa.
(Ingat. Ini dosen killer saja ngasih nilai 96. Bagaimana dengan nilai dari dosen yang rahmatan lil alamin? 😂)
Beliau ikut tertawa, lalu berkata, "Selama bertahun-tahun, kamulah mahasiswa terbaik saya. Kok bisa menjawab selengkap dan sedetil itu."
Ya bisa. Wong saya berusaha; Belajar, membaca, menulis, dan menghafal.
Artinya apa?
Bahwa dosen killer itu bukan ancaman. Bukan sesuatu yang boleh kita takuti. Justru harus kita jadikan sebagai tantangan untuk memperoleh yang terbaik dan terbaik.
Melihat kealiman beliau, saya mencoba khidmah pada beliau. Mendatangi beliau di rumahnya; Asar hingga maghrib atau isyak. Pun ikut membantu beliau menyiapkan beberapa keperluannya. Itu saya lakukan setiap hari.
*seperti dijelaskan oleh KH Said Agil al-Munawwar dalam sebuah rekaman di youtube.
Babat, 2 Oktober 2019
@mskholid
- Saya menyimak ngaji beliau ini lewat audio di mobil. Macet jegrek sekitar 1 jam di Semlaran malam tadi, memberikah berkah bagi saya--bisa menyimak dengan detil dan rinci kata per kata Yai Agil.
- Yai Agil Munawwar ini dosen dan pembimbing tesis saya. Dikenal sebagai dosen murah hati saat memberi nilai. Semua mahasiswa dapat nilai minimal A. 😂
insert: saya temukan ini foto Syaikh Ahmad Fahmi via Google. Entah benar apa tidak. Mungkin ada yang bisa bantu.
No comments:
Write komentar