Showing posts with label Politik. Show all posts
Showing posts with label Politik. Show all posts

Friday, December 22, 2023

Yang Harus Diperhatikan dari Proyek Makan Siang dan Susu Gratis


• Proposal Proyek 1 Triliun/Hari • 

Hal-hal yang perlu dicermati kelak saat program makan gratis dan minum susu gratis dilaksanakan.

》Sasaran:

- Siswa PAUD, SD/MI, SMP/MTs, MA, SMA, SMK

- Santri Pesantren 

- Ibu Hamil 

- Anak jalanan? 

》Penyedia Catering Makan:

- Pihak sekolah/yayasan 

- Warung di Desa setempat 

- BUMDES 

- PKK Desa setempat 

- Catering di wilayah Kecamatan setempat 

- Siswa Bawa Sendiri (dapat uang) 

- Perusahaan rekanan Pemkab/Pemkot 

》Sistem Kontrak Suplier:

- Penunjukan langsung 

- Lelang 

- lainnya 


》Suplier Susu:

- Indomaret 

- Alfamart 

- Langsung Perusahaan Produsen Susu [Ultrajaya, Cimory, Indofood, Wings, Unilever, atau lainnya)

- Susu murni peternak setempat 

- Sales berbadan usaha 

Semua ini akan jadi tugas DPR--sebagai pembuat regulasi. Yang perlu diwaspadai ialah penetapan pemenang lelang proyek. Bisa jadi ada fee/komisi dibaliknya. 

Akibatnya, makan siang yang mestinya menu telur ayam, berubah jadi telur puyuh. 🀣

Peluang Bisnis Catering dan Suplier Susu


• Makan Siang dan Susu Gratis • 

Prospek Bisnis Pengusaha Catering dan Suplier Susu

Ini program yang luar biasa menarik. Bagi para pemilik suara--terutama grass root, janji makan siang dan susu gratis ini tentu menjadi magnet yang kuat.

Tak hanya bagi pemilik suara, tapi juga perusahaan pemasok susu dan jatah makan harian. Ini akan jadi peluang bisnis yang menggiurkan. 

Saya coba analisa sederhana.

Menurut website: dataindonesia.id, jumlah siswa se Indonesia: 53,14 juta. Mulai tingkat PAUD hingga SMA. 

Ditambah santri pesantren: 5 juta. 

Maka, total jumlah seluruh sasaran programnya: 58,14 juta. 

Anggaran yang Dibutuhkan:

- Makan siang : 58,14 juta x @10.000 = 581.4 miliar 

- Susu : 58,14 juta x @5.000 = 290.700.000.000

Total Anggaran per Hari : 872.1 MILIAR 

Anggaran per bulan : 872,1 M x 26 hari= 226,674 TRILIUN 

Anggaran 1 tahun = 272,1 Triliun

Anggaran sebesar itu tentu menarik para pengusaha juga. Mulai proyek pengadaan susu, hingga jaminan proyek catering harian yang menggiurkan.

Ambil contoh,

Jika sebuah perusahaan bisa pegang pengadaan catering makan siang dan susu di Kabupaten Lamongan.

Jumlahnya pelajar di Lamongan (data di Dapodik--belum EMIS) sebanyak: 183.868 siswa.

Maka : 183.868 siswa x @15.000 = 2.758.020.000 [2,758 MILIAR) per HARI.

Omset yang luar biasa. 

Perusahaan besar ini, wong omsetnya aja hampir 3 miliar per hari.

Dalam sebulan, omsetnya mencapai 71,7 miliar. 😘😘😘

Ini sudah setara perusahaan besar macam: Sidomuncul, Summarecon Agung, ACE Hardware, atau sedikit di bawa JAPFA Comfeed. 


Ini baru siswa di bawah naungan Kemendikbud. Belum Kemenag, lho. Jika jumlahnya tak jauh beda, maka omsetnya tinggal dikalikan dua. Daging bener. πŸ–πŸ–πŸ–

Monday, December 4, 2023

Dinasti Politik


• Politik Dinasti atau Dinasti Politik • 

Ada banyak alasan dinasti politik dilarang. Para pembuat undang-undang dan kebijakan, tidak asal usul bikin aturan. Keberadaan keluarga di pimpinan pemerintahan punya pengaruh besar bagi posisi anggota keluarga lainnya. 

Jadi,

Tidak bisa terus dijawab:

"Biar rakyat yang menilai."

"Biar masyarakat yang menentukan pilihannya."

"Kalau nggak suka, gak usah pilih."

Tidak semudah itu pada praktiknya.

Sebab,

Politik adalah seni meraih kemenangan dan mengalahkan lawan. Daaaan, keberadaan anggota keluarga yang pejabat, bisa menjadi salah satu peluru meraih kemenangan.

Saya ambil contoh di Lamongan. 

Hasil Pileg 2019 lalu. Saat Pak Bupati Fadeli (alm) menjabat. Ada 7 anggota keluarga beliau yang BERHASIL tembus jadi anggota dewan. Menang lewat pemilihan legislatif.

M. Arif Anshori, Sanditia Devis Saputra, Nor Fathonah (keponakan), Yanuar Yudha Prasetya, Nahdliyah Kartika (keponakan) dan Retno Wardhani (menantu).

Ditambah 1 lagi, anak bupati yang lolos ke DPR RI; Debby Kurniawan. Total 7 orang. Di periode sebelumnya, ada 1 lagi anak Pak Bupati; Betty Nurfi--yang kemudian mengundurkan diri karena ikut suaminya tugas ke Amerika.

Itulah contoh kecil dinasti politik/politik dinasti. Contoh lain, bisa kita cermati di Banten, Tangsel, dll. Bahkan ada seorang bupati yang selesai purna 2 periode. Di Pilkada berikutnya, dua orang calon bupatinya adalah istri yang bupati. Karena istrinya dua orang. Sama-sama maju di pilkada. πŸ˜…

Nah, 

Apa yang terjadi hari ini ketika Pak Fadeli sudah tidak menjabat bupati? 

Saya mencoba menelusuri Pengurus Demokrat Lamongan dan daftar caleg di Pemilu 2024 mendatang.

1. Ganti Ketua DPC PD Lamongan 

Sebelumnya, ketua DPC Partai Demokrat Lamongan adalah Pak Debby Kurniawan, sang anak bupati. Juli tahun lalu, beliau kalah saing dengan Pak Sugeng. 

DK yang menjabat ketua Demokrat 2 periode dianggap cukup sukses. Terbukti, dengan keberhasilan partai Bersambung mercy ini meraih 9 kursi. Menempati posisi 2 di bawah PKB, dan mengungguli partai senior; PDIP. 

Pencapaian ini luar biasa. Namun, apakah bisa bertahan dengan pergantian nahkoda? Kita lihat saja di Pileg 2024.

2. DK Geser Nomor Urut 2 

Sebagai ketua DPC, DK selalu menempati nomor urut 1 di daftar caleg Demokrat untuk DPR RI. Ternyata, di Pileg mendatang hanya menempati urutan 2.

Posisi nomor urut 1 ditempati Jemmy Kurniawan, caleg kelahiran Bali yang domisili di Malang. Di Pileg edisi sebelumnya, ada di nomor urut 2. Saya melihat banner beliau cukup banyak dan besar di pinggiran jalan raya Lamongan-Gresik. 

3. Hilangnya Daftar Nama Beken

Dalam daftar DCT Pileg 2024 yang dirilis KPU, nama-nama beken Demokrat yang sebelumnya menjadi anggota DPRD Lamongan, kini tak ada lagi. 

Yang tersisa hanya dua nama: Sanditia Devis Saputra (Bendahara Demokrat Lamongan), nomor urut 1 dan Yanuar Yudha Prasetya yang tergeser jadi nomor urut 2. Yang lain hilang dari DCT. 

4. Dipindah ke Caleg Provinsi/Pusat

Nor Fatonah (keponakan), misalnya. Untuk pileg 2024 mendatang dipindah ke DPR RI Pusat nomor urut 4. Sementara Retno Wardhani, dipindah ke DPRD Jatim no. urut 3. 


Tentu saja, perpindahan ini menjadikan peluang terpilihnya amat berat. Apalagi pesaingnya sudah incumbent dan sudah pengalaman bertahun-tahun tarung di tingkat provinsi. Ibaratnya, sudah niat "disingkirkan" dari lingkaran legislatif.

Thursday, November 30, 2023

"Kolam" Pak Jokowi

 


• "Kolam" Pak Jokowi


Ada satu pengamat politik yang selalu bilang (arti selalu: di beberapa kesempatan undangan layar televisi) bahwa pertarungan pilpres adalah pertarungan memperebutkan "kolamnya Jokowi".


Menurut beliau;

80% rakyat PUAS dengan kinerja Jokowi.

20% rakyat tidak puas dengan kinerja Jokowi. 

Nah, yang 20% itulah suaranya Anies. Suara mereka solid, yang penting tidak Jokowi dan PDIP. Tapi, ya gitu; naik turun ya segitu-gitu aja. 


Delapan puluh persen tingkat kepuasan masyarakat itulah, yang diperebutkan pasangan Prabowo vs Ganjar. 


Nah, kalau dulu skor keduanya masih seimbang. Sekarang skornya sudah njomplang--karena Jokowi (hampir) "resmi" mendukung Prabowo-Gibran.


Itu menurut beliau.


Kalau menurut pengamatan saya. 

Pasca pelanggaran etik berat atas putusan MK nomor 90, ternyata banyak tokoh non partai yang dulu mendukung Jokowi--menjadi berbalik arah. Mereka merasa tidak mengenal Jokowi selama ini.


Padahal, belum tentu juga Pak Jokowi yang melakukan intervensi. Jadinya cuma suudhon. Bisa jadi kan; ada pihak tertentu yang sedang cari muka di hadapan Pak Jokowi.


 Terus, yang bener gimana?

- Biar masyarakat yang menilai 

- Saya tidak tahu 

- Waktu akan menjawab.


Catatan pribadi #PolitikDamai 

Part #3


===


Belakangan, saya baru tahu. 

Pengamat itulah yang mengusulkan pertama kali secara terbuka untuk Jokowi 3 periode. 😍

Memilih Pemimpin Terbaik, atau yang Paling Menarik?


Memilih Pemimpin Terbaik, atau yang Paling Menarik? 

[Catatan Pribadi bag. 2]

DCT Pemilu 2024, sebanyak 204.8 juta sekian pemilih. Mayoritas, pemilih muda yang kurang peduli literasi politik. Mayoritas, pemilih yang tingkat pendidikannya SMP ke bawah.

Artinya, dasar penentuan pilihan amat tergantung pada perasaan si pemilih. Menguntungkan apa tidak untuk dirinya.

Bukan lagi soal kapasitas calon presiden-cawapres, ataupun visi misinya.

Berapa sih jumlah penduduk yang mau berjam-jam menyimak debat kandidat?

Berapa puluh juta sih pemilih yang peduli dengan dialog program kandidat yang digelar PP Muhammadiyah, Mata Najwa, Forum Kiai Kampung, atau lembaga kredibel lainnya? 

Minimalis sekali; prosentasenya dibanding jumlah DCT. 


Dengan profil pemilih yang mayoritas seperti itu, maka pasangan capres-cawapres perlu menyesuaikan materi kampanye dengan target suara.


Bagi masyarakat akar rumput (pemilik suara mayoritas) pertimbangan terpenting soal capres-cawapres bukan soal penegakan hukum, Indonesia jadi negara super power, mandiri ekonomi, teknologi, kemandirian pangan, ekonomi liberal/kerakyatan, atau keberpihakan terhadap anak bangsa.


Tapi, pertimbangan utamanya:

1. Apakah presiden ini menjanjikan BLT jika jadi?

2. Apakah PKH masih dilanjutkan ke depan?

3. Apakah BBM GRATIS atau subsidi besar?

4. Apakah UMR naik?

5. Apakah sekolah bisa gratis? 

6. Apakah maish dapat beras dari Pak RT, jika presidennya ganti?

Dan seterusnya, seterusnya...


Maka, ketika saya melihat paslon lain berbusa-busa menjelaskan visi misi dan program²nya, saya tertawa saja.

Ketika membandingkan di sisi sebelah, paslon sudah mengkampanyekan yang enak-enak.


Program-program semacam ini, amat disukai:

1. Makan Siang gratis 

2. Susu gratis seminggu 3x 

3. Makan telur seminggu 2x 

4. Peningkatan Transfer Dana Desa 

5. Perpanjangan masa jabatan Kades (mungkin seumur hidup) πŸ˜…

6. BBM Gratis untuk angkot dan ojek online 

Dan sejenisnya.

Wong yang diskon GEDE aja langsung jatuh cinta kok! 😍 Apalagi yang gratis-gratis, hati jadi susah move on. 😜

Jika kualitas kampanyenya seperti itu, lantas pemilu kita ini sedang memilih calon terbaik, atau calon yang paling menarik voters?

Silakan jawab di komentar. 

Sebuah catatan pribadi.

Part #2

#PemiluDamai 

πŸ“· Kapan maneh, iso ngaku dulur. Terus wonge seng diaku, yo seneng.

Nek gak tahun 2024 iki. πŸ˜…


*Proyek kaos capres-cawapres pesanan .

Mengapa Prabowo Pilih Gibran?


Mengapa Prabowo Pilih Gibran?

1. Faktor Jokowi 

Diakui atau tidak, tingkat kepuasan masyarakat terhadap Presiden Jokowi cukup besar. Saya menyimak hasil survei kepuasan publik terhadap jokowi. Rata-rata di atas 70%.

Artinya, 

Jika Prabowo mendapatkan dukungan Jokowi, kemungkinan akan dapat "limpahan" suara pendukung Jokowi. Adanya Gibran di posisi cawapres, menjadi garansi Pak Jokowi akan mendukungnya.

2. Menggerus Suara PDIP

Pak Jokowi "netral" saja, itu sudah merugikan PDIP. Apalagi jika memutuskan mendukung salah satu pasangan.

Saat salah satu cawapres yang maju adalah anaknya, hampir bisa dipastikan Pak Jokowi akan beralih mendukung anaknya.

Sekali dayung, dua pulau terlampaui.

Selain bisa mendongkrak suara Prabowo, di sisi lain bisa menggerus suara pesaingnya. 

3. Jalan Tengah

Dulu, sebelum cawapres Gibran ditetapkan, semua partai koalisi Indonesia Maju mengajukan calonnya masing-masing. PAN (Erick Tohir), Golkar (Airlangga), PD (AHY), dan PBB (Yusril). Semuanya ingin mengajukan jagonya sebagai cawapres.

Dengan dipilihnya Gibran, seakan menjadi jalan tengah bagi mereka semua. Tentu saja dengan berbagai dinamikanya di balik layar.

4. Gibran Sosok Muda 

Mayoritas pemilih di Pemilu 2024 adalah Gen Z. Sekitar 60% jumlahnya. Itu jumlah yang wowww. Tentu saja dibutuhkan pendekatan ala anak muda untuk menarik simpati mereka dan memutuskan memilih pasangan Prabowo-Gibran.

Apalagi,

Mayoritas Gen-Z literasi politiknya sangat minim. Tentu saja ini bikin mereka mudah terpesona dengan berbagai gimmick kampanye. Yang dicermati bukan visi-misi, program, dan kapasitas sang calon.

Sebuah catatan pribadi.

#PemiluDamai2024

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)