Showing posts with label Hadits. Show all posts
Showing posts with label Hadits. Show all posts

Tuesday, December 7, 2021

Hadits 2: Keutamaan Kalimat Tauhid: Lubabul Hadits

 Hadits 2:

Keutamaan Kalimat Tauhid:
مَنْ قَالَ كُلَّ يَوْمٍ لاَ اِلَهَ إلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ مِائَةَ مَرَّة جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ.
“Siapa yang setiap hari membaca laa ilaaha illa Allah Muhammad rasulullah seratus kali, maka di hari Kiamat wajahnya seperti rembulan di malam purnama.”
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menyebutkan; seandainya orang-orang yang sudah mati dikubur itu dihidupkan.
Lalu ditanya, "Sampean pengen apa?"
Jawab mereka hanya satu, "Saya ingin mengucapkan La ilāha illallāh secara ikhlas dari lubuk hati terdalam."
Kenapa begitu,
Karena kalimat Tauhid yang diucapkan dengan ikhlas inilah yang abadi. Bisa menjadi penolong dan pelindung kita di alam kubur--hingga akhirat.
Kalimat Tauhid ini harus menjadi dasar hidup dan mati kita. Kalimatu haqqin alaiha nahya wa alaiha namut.
Bahkan, kalimat yang nampak sederhana ini menjadi tembok pemisah antara kufur dan iman. Menjadi pengalih status seseorang haram darahnya, haram hartanya, dan haram kehormatannya.
Tepatlah kemudian ketika di sebuah syair disebutkan bahwa:
مفتاح الجنة لا إله إلا الله
Kuncinya surga adalah Lailaha illallah...
Ini jelas sekali disebutkan dalam hadits lainnya:
: {مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَالِصًا مُخْلِصًا دَخَلَ الجَنَّةَ}.
"Siapa yang mengucapkan La Ilaha Illallah secara ikhlas dan memurnikan (dari faktor lain) maka ia (berhak) masuk surga."
Sebagian orang protes.
Kok enteng bener orang bisa masuk surga hanya dengan kalimat tauhid itu.
Jawabannya:
Kalimat itu adalah kenyataan yang haq, yang menunjukkan bahwa orang yang menyatakan kalimat ini bisa diakui sebagai orang normal. Nah, surga itu saya kira hanya berhak dimiliki orang-orang normal itu.
Ibarat orang mau masuk ke stadion, nonton sepak bola. Asalkan dia bawa tiketnya, dan dia mengakui bahwa stadion itu adalah tempat pertandingan bola (bukan sabung ayam), milik klub Persela (misalnya), maka ia akan diterima masuk ke stadion.
Yang tidak boleh masuk stadion itu tentu saja, dia yang gak punya tiket.
Sudah gitu nggak ngakuin kalau itu stadion bola. Malahan nyebut itu tempat judi sabung ayam. Parahnya, ngatain stadion itu tidak nyata. Hanya ilusi dunia maya--mirip metaverse saja.
Orang model begini jelas tidak diperbolehkan masuk stadion.
Nah,
Seperti halnya masuk stadion, ada yang masuk duluan ada yang masuk terlambat. Begitu pula tiap orang yang sudah mengikrarkan kalimat Tauhid. Ada yang berhasil masuk surga lebih cepat, ada pula yang telat masuk. Bahkan bisa bertahun-tahun baru bisa masuk.
Kenapa?
Karena dia mampir dulu ke neraka.
Kan surga itu tempat yang suci, bersih, wangi. Hanya boleh dimasuki orang-orang yang seperti itu pula.
Sayangnya, gegara dosa yang dilakuin di dunia, orang menjadi kurang bersih di akhirat. Sehingga dia perlu dicuci dulu. Disterilkan dari kuman dan virus. Nah, tempat sterilisasinya itu ada di neraka.
Setelah bersih, suci, dan steril, barulah orang itu boleh masuk surga.
Telat sekali.
Tapi, tetap boleh. Karena dia sudah bawa tiketnya. 😃
Wallahu a'lam
*Lubabul Hadits (hadits ke-2)

#1 Keutamaan Orang Berilmu > Lubabul Hadits

فضل العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب
Gambaran ini menunjukkan betapa bernilainya seorang yang berilmu dibanding orang ahli ibadah.
"Laksana bulan purnama dibandingkan bintang-bintang di angkasa"
Lha, bagaimana jika dibandingkan dengan orang biasa. Sudah tidak alim, tidak pula ahli ibadah. Tentu saja, jaaaaaauh lebih tidak sebanding.
Lihat bagaimana manfaat bulan purnama bagi penerangan dunia?
Amat besar sekali.
Terutama jika hadits ini disesuaikan dengan konteks zaman dahulu. Zaman ketika Rasulullah saw mengatakan hal ini.
Zaman yang masih gelap gulita. Belum ada listrik atau lampu pijar. Alat penerangan andalan hanyalah menggunakan obor atau lilin yang diambilkan dari sarang lebah.
Kok zaman Nabi.
Zamannya Bapak² atau Kakek² Sampean semua (tahun 80-an atau 90-an) bisa jadi listrik belum masuk ke desanya.
Lampu andalannya hanyalah lampu uplik (berbahan bakar minyak tanah) atau lampu petromax (bahan spertus).
Kenapa orang alim (yang sholeh) bisa diibaratkan bulan purnama?
Sebab, dia bisa menjadi contoh bagi orang-orang awam lainnya. Sebagai orang berilmu, maka setiap tindak tanduk dan lelakunya akan selalu didasarkan pada ilmu. Tidak asal-asalan, tidak pula berdasarkan angan-angan dan asumsi pikiran sendiri.
Dengan demikian, perilaku itu layak diikuti. Karena berdasarkan ilmu.
Laksana bulan purnama.
Ia mudah dijadikan sumber petunjuk bagi orang awam. Adanya cahaya purnama menjadikan setiap orang (baik yang mengerti ilmu astronomi atau tidak) mengerti arah utara dan selatan. Kegelapan yang menyelimutinya menjadi terbuka dan terang benderang.
Sementara abid (ahli ibadah) berbeda.
Ibadah yang dilakukan (sekalipun terkadang buanyak) tidak selalu berdasarkan ilmu yang dimiliki. Sehingga, kadang hanya berdasarkan asumsi dan angan-angan pribadi. Berdasarkan cocokmologi untuk dirinya sendiri. Model ibadah yang seperti ini tidak bisa asal diikuti oleh sembarang orang. Yang bisa mengikuti dan menilai ibadah itu ya orang alim--yang mengerti ilmunya.
Sama dengan bintang-bintang di langit. Dia buanyak dan bertebaran di angkasa. Tapi, belum tentu bisa menjadi petunjuk bagi sembarang orang.
Dia hanya bisa diikuti oleh orang-orang tertentu yang mengerti ilmu perbintangan (astronomi).
الأحاديث المختارة
لطلبة المدرسة المتوسطة الحكومية
إسلاميك بورديغ سخول
Sumber:
- Lubabul Hadits (hadits No 1)

Friday, January 25, 2019

Gadis atau Janda (2)



Cerita Nabi saw menyarankan sahabatnya menikah dengan gadis dialami oleh Sahabat Jabir ra.

Ketika Baginda menanyakan alasannya, dengan kalem Jabir menjawab,
"Ya Rasul, saya itu punya banyak saudara perempuan. Jika istri saya gadis, saya kuatir dia akan menimbulkan masalah antara saya dengan mereka."

Artinya,
Dengan memilih seorang janda, Sahabat Jabir berharap karakter seorang istri yang dewasa, berumur, dan bisa membimbing adik-adik perempuan Jabir.

Sebaliknya,
Jika istrinya perempuan muda (gadis) yang masih labil dan belum punya karakter kuat, bukannya membimbing saudara perempuannya, bisa jadi malah ikut-ikut tren anak muda.

Dan,
Rasulullah saw tidak lagi menyalahkan Sahabat Jabir ra.

Tuesday, January 22, 2019

Menikah, dengan Gadis atau Janda?

• Gadis atau Janda •

------

هلا تلاعبك، وتلاعبها
Menikahlah dengan perawan
Dia akan bermain-main denganmu
Kamu akan bermain-main dengannya.

Pesan yang hendak disampaikan oleh Nabi saw bagi yang hendak menikah ialah supaya bisa bermain-main dengan pasangannya.

Sunday, January 20, 2019

Hadits Fadhilah Tarawih itu Palsu

Ilmu hadits itu unik.

Sekalipun yang kita katakan benar.
Atau diniatkan untuk kebaikan.
Atau terbukti menjadi pemicu orang semakin baik nan shalih, tetap saja kita dilarang mengatasnamakan Nabi saw. Atau menyebut: ini hadits dari Rasulullah saw.

Pelaku model begini sama saja telah memesan tempat duduk di neraka.

Friday, June 16, 2017

Doa Berbuka Puasa adalah Jawaban Hamba

اللهم لك صمت ...
Adalah jawaban seorang hamba kepada Rab-nya.
Di mana Allah SWT telah berfirman,

" يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : الصَّوْمُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي،

Sebuah pernyataan tegas akan ketaatan seorang hamba pada Tuhannya
Itu ibarat pernyataan seorang budak kepada rajanya yang meminta ambilkan air minum
"Air minum itu untukku..."

Sang budak menghaturkan air minum dengan pernyatan tegas pula,
"Sendiko dhawuh. Semua ini persembahan hanya untuk Engkau."

Maka,
Akan sangat hebatlah seorang hamba yang saat berbuka, lalu membaca doa tersebut, sambil meresapi maknanya sedalam-dalamnya...


Tuesday, January 31, 2017

Laksana Hati Burung

Hati Burung

"Akan masuk surga, sekelompok kaum yang hatinya seperti hati burung."
HR Muslim

Burung, punya tekat yang kuat
Hati yang luar biasa tawakal

Walau bukan karyawan
Walau bukan PNS
Meski bukan pengusaha
Burung selalu yakin dengan rejeki yang disiapkan Allah

Tak ada janji gaji bulanan bagi burung (dan anak-anaknya), laksana pegawai
Tak ada potensi laba besar laksana pebisnis
Tak ada tempat yang pasti setiap hari dia bisa menemukan rejekinya
Namun, burung selalu terbang setiap hari
Menjemput setiap kemungkinan rejeki

Ia serahkan semuanya pada Allah
Ia titipkan rejeki untuk anak bayinya kepada Dzat yang menciptakan mereka
Mereka lah burung
Hati dengan tekat kuat dan tawakal kelas berat

Maka, Allah janjikan surga atas manusia-manusia yang punya hati laksana hati burung.

Babat, 31 Januari 2017
IG & Twitter @mskholid



@mskholid @ruanginstalasi Blogger | Wirausaha

Monday, October 31, 2016

Tidak Semua Hadits Bisa Diamalkan Mentah-mentahan

Kisah ini amat masyhur.
Suatu ketika, seorang Arab pedalaman datang ke kota Madinah.
Tiba di masjid, ia langsung kencing di sudut masjid.
Sahabat Nabi langsung bereaksi
Ada yang hendak menghunus pedang
Bunuh saja, orang arab yang dianggap perusak kesucian masjid itu
Tapi, Baginda yang mulia mencegah para sahabatnya
Beliau meminta para sahabat menunggu si arab pedalaman itu selesai kencing
Bisa jadi, kebiasaan di kampungnya memang seperti itu
(Bisa jadi) kencing di sudut rumah adalah hal biasa dalam masyarakatnya
Setelah si arab badui tuntas menyelesaikan hajatnya,
Barulah Rasulullah saw yang mulia bertindak
Lalu, apa tindakan yang disarankan Rasulullah saw menyikapi perbuatan seorang Arab pedalaman yang dinilai melanggar aturan itu.
Rasulullah saw hanya menyuruh sahabat untuk menyiram bekas kencing tersebut. Tidak marah, pun tidak menghukum pelaku.
Secara ushul fiqih, apa yang bisa kita simpulkan dari peristiwa ini?
Bahwa tidak semua perbuatan Rasulullah saw bisa kita tiru apa adanya
Belum bisa kita tiru mentah-mentahan,
Di sinilah peran ilmu ushul fiqih dalam memahami teks dan riwayat yang kita terima dari Baginda mulia. Supaya tidak salah aplikasi.
Apa jadinya andai terjadi di zaman sekarang; seseorang tiba-tiba kencing di masjid. Apakah kita langsung menyiram tempat bekas kencing itu, sambil ngotot berdalil hadits Rasulullah saw di atas.
Dan, menyatakan dengan tegas sikap Rasul yang seperti itu?
Tidak kan!!!???
Justru bisa kacau kondisinya jika kita tiru mentah-mentahan apa yang termaktub dalam hadits tersebut.
Najisnya bekas kencing itu akan menyebar kemana-mana, memenuhi ruangan masjid.
Sementara zaman Baginda Rasulullah saw., alas masjid terbuat dari tanah atau pasir. Bukan berlantai marmer atau keramik macam sekarang.
Karena itu, jika kita ingin konsisten dengan slogan kembali pada Al-Qur'an dan hadits, maka tidak cukup sekadar paham bahasa arab atau baca terjemah saja.
Perlu perangkat pendamping agar apa yang kita pahami dari kedua sumber utama hukum Islam itu bisa benar dan sesuai dengan semangat yang hendak dicapainya.
Semangat yang hendak dicapai ini, dalam ushul fiqih juga punya istilah tersendiri.
Wallahu a'lam
Babat, 31 Oktober 2016

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)