Lewat status fb-nya, seorang teman membedakan salah satu alasan
kenapa Kartini lebih terkenal daripada Cut Nyak Dien. Padahal, secara
amalan (jasa bagi bangsa), Cut Nyak Dien jauh lebih hebat daripada
Kartini.
Salah satu rahasianya, karena Kartini MENULIS.
Sementara, Cut Nyak Dien TIDAK MENULIS.
Jadi ingat status salah seorang teman yang selalu promosi untuk giat menulis, pemilik blog MengaisEmbun; ustadz Masyhari.
Jika kita mati kelak, yang tersisa di dunia ini hanyalah tulisan kita.
#Wawancara Imaginer tentang Munculnya Kartini Baru#
Wartawan (W) : Bapak Kholid, bagaimana pendapat Anda tentang peringatan Hari Kartini yang marak di Indonesia?
Kholid (K) : Baik. Tidak bid’ah.
W : Apa Anda berharap akan muncul kartini-kartini baru di Indonesia?
K : Tidak sama sekali. (dengan mimik serius)
W : (Penasaran) Lho, kenapa?
K
: Karena saya justru berharap muncul Khadijah-khadijah baru di
Indonesia. Saya akan amat senang andaikan ada wanita-wanita kaya raya
yang memilih suami karena akhlaknya, budi pekertinya, karena ilmu dan
integritasnya. Laki-laki shalih yang akan menjadi sosok muslih di sisi
perempuan itu.
Selama ini, kita kerapkali digerojokin dengan propaganda:
“Ngapain sih ngobrolin masalah khilafiyah terus…? Gak ada manfaatnya tau!!!”
Propaganda itu menyesatkan.
Membuat kita terlena untuk memberi penjelasan yang benar tentang
berbagai masalah dalam agama. Khususnya yang kecil-kecil dan khilafiyah
seperti itu.
Kenapa?
Ternyata di sisi lain, ada juga pihak yang memanfaatkan propaganda
tersebut. (Bisa jadi ia termasuk pihak yang menyebarkan propaganda itu).
Pihak itu terus-terusan menulis dan menyebarkan wacana tentang masalah
khilafiyah tersebut. Tentu saja dari sudut pandang dirinya. Tidak secara
fair menyebutkan semua pendapat para ulama salafus shalih.
Jadi, jangan mentang2 Anda pernah baca di Google bahwa puasa bulan Rajab bid'ah dan munkar, lalu anda berani bilang kaum muslimin yang sedang puasa itu sesat. Naudzu billah...
Coba bayangkan, orang yang berpuasa lalu dikatakan sedang melakukan bid'ah. Saya bayangkan aja gak berani. Apalagi sampai mengatakannya.
Tapi, terkait BC yang banyak beredar di BBM dan status-status facebook, soal keutamaan (fadhilahnya) yang demikian luar biasa, saya tidak berani membenarkannya.
Adapun tentang keutamaan-keutamaan puasa Rajab secara khusus, saya banyak baca bahwa riwayatnya dhaif. Tapi, tentu saja tidak serta merta karena dhaif, lalu ditolak. Ada kaidah dalam ilmu musthalah hadis bahwa dalil dhaif di wilayah fadhailul a'mal, boleh diamalkan.
Semoga kita lebih disibukkan dengan meningkatkan kualitas dan ibadah diri. Dengan meningkatkan usaha agar hati lebih bersih, amalan lebih ikhlas.
Daripada sibuk meneliti kesalahan orang lain. Sibuk menggerutu karena orang lain beribadah sunnah dengan dalil2 dhaif. Sibuk mengkritisi kenapa tidak ibadah sunnah dengan dalil Shahih yg dilakukan.
Padahal, bisa jadi orang tersebut uda amat terbiasa dengan ibadah sunnah (dalil Shahih). Lalu, karena semangat nya ingin mendapat kedudukan yang mulia sisi Allah, ia terus beribadah dan beribadah (walau dengan dalil hadis dhaif, misalnya).
Bukankah kaidah pengamalan dalil dhaif juga ada? Jadi, tidak asal dhaif lalu kita salahkan pelakunya. Kita tuduh perbuatannya gak bener, dan seterusnya.
Saya juga tidak yakin, ustad zaman sekarang (yang berteriak mengatakan perawi A itu dhaif) kualitasnya lebih baik di sisi Allah, atau bahkan di sisi manusia lainnya.
Bahkan, bisa jadi ia akan dinilai dhaif kuadrat andai imam Ibnu Hatim, An-Nasai, Adz-Dzahabi, Al-Bukhari, Ibnu Ma'in, dan lain-lainnya hidup di zaman ini. Dan melihat tingkahnya. [21/04/2015]