Friday, January 5, 2018

Merk Berbeda dan Strategi Pemasaran Palstik Kemasan

● Plastik Murah dan Strategi Pemasaran Perusahaan ●

"Kok beli di sana lebih murah, yo?"
Barangkali ada yang pernah komentar begitu saat beli plastik kiloan kemasan seperti ini.

Bagi yang belum tahu, dan gak terbiasa bergelut dengan plastik-plastik, mungkin tidak mengerti perbedaan antara plastik yang merk A, B, C...
Kok yang satu bisa lebih mahal, yang lain lebih murah
Kok di toko ini lebih murah, di toko lainnya lebih mahal

Eittt...
Tenang dulu
Coba lihat merk di kemasannya

Biasanya, plastik jenis kiloan ini (bening) di pasaran ada 3 jenis merk:
1. Logo Ikan dengan tulisan DK
2. Logo gentong dengan tulisan DK, dan
3. Logo tulisan DK (saja)

Saya curiga, ketiga merk ini memang diterbitkan oleh satu perusahaan yang sama (DK)
Pertimbangan marketing dan penyesuaian kebutuhan konsumen, mungkin jadi alasan perusahaan DK untuk membuat 3 merk berbeda

Hasil pemerhatian sekilas, kayaknya jenis plastiknya sama
Ukurannya (panjang lebarnya) juga sama
Tapi, harganya berbeda

Yang membedakan hanyalah (ini saya juga dikasih ngerti bakul plastiknya):
JUMLAH ISI PLASTIK di dalamnya

Logo ikan DK 》isinya 70 pcs
Logo Gentong DK 》isinya 80 pcs
Logo DK (saja) 》isinya 100 pcs

Orang "baru" pasti tidak mengerti ini
Sebab, di kemasannya tidak tertulis jumlah berapa pcs plastik dalam 1 bungkus itu
Yang ada tulisan jumlahnya, hanya pada kemasan merk DK
Di sana tertulis : 100 lembar

Sementara,
Pada dua merk lainnya, tidak tertulis jumlah pcs plastik
(Kebetulan, saya cuma punya gambar merk ikan dan gentong DK)

Soal harga bagaimana?
Jika dihitung-hitung, harga ketiga merk itu hampir sama kok
Selisihnya gak jauh beda
Paling sekitar 5 - 8 rupiah per lembar

Mau tau yang paling murah?
Berdasarkan pengalaman saya beli langsung di grosiran plastik,
Yang paling murah itu kemasan merk Gentong DK (isi 80 lembar).

Demikian cerita sore
Biar gak bahas Air Kencing Onta dan Sorban Bersanad mulu....
hehheehe....

-----

Tritunggal, 5 Januari 2018
@mskholid
@ruanginstalasi
http://wjlkonveksi.blogspot.com

Friday, December 29, 2017

Kolaborasi Ala Tupperware

 ● KOLABORASI ●

Sulit sekali menemukan (kalau tidak mau mengatakan tidak ada) orang yang menguasai seluruh bidang pekerjaan--termasuk dalam bisnis, dengan sama baiknya.
Kalaupun ada, waktu dan pikirannya yang tak kuat menjalankannya bersamaan.
Ini yang terjadi dalam proses berkembang dan mendunianya merk #Tupperware.

Pendiri Tupperware, Earl Silas Tupper, adalah seorang hebat yang telah menemukan wadah makanan plastik yang revolusioner. Ia sosok perfeksionis, yang tak mau mengeluarkan produk asal-asalan.
Hanya saja, ia lemah dalam hal marketing.
Ia tak tau bagaimana cara menjual produk hebatnya itu.

Bagaimana tidak?
Pak Silas Tupper yang gemar menyendiri ini, mengaku bisa berkeringat dingin dan gemetaran jika mendapati dirinya berada di tengah kerumunan para wanita. Mana mungkin bisa laku, khan?
Lha wong produk macam tupperware ini konsumennya mayoritas perempuan.

Sejak berdiri tahun 1946, produk Tupperware tidak mampu meraih penjualan yang bagus. Bahkan cenderung tak laku. Pak Silas Tupper menjualnya dengan menitipkan di toko-toko ritel tradisional.

Lalu, bertemulah Pak Silas dengan seorang ibu muda yang energik, Brownie Wise. Wanita periang dengan senyum manis asal Georgia. Dia terkesima dengan produk Tupperware. Lalu, membuat terobosan untuk menjualnya lewat pesta rumah Tupperware.
Menurut Bu Wise, kehebatan wadah-wadah manis nan brilian dari Tupperware harus dijelaskan dan ditunjukkan langsung kepada para wanita.
Ia pun lebih sering mendemonstrasikan si "brup" (bunyi khas tupperware saat ditutup) ke rumah-rumah.

Wise menjadi kepala bagian penjualan penjualan rumahan sejak 1951.
Ia mulai membangun armada wanita penjual tupperware.

Hasil adalah jawabannya.
Tahun 1954, penjualan tahunan Tupperware sudah bisa menembus 25 juta dolas AS.
Dan, Brownie Wise menjadi wanita pertama yang wajahnya terpampang di cover Majalah Business Week. Pak Silas Tupper memberinya hadiah sebuah Cadillac merah jambu dan sebuah mansion mewah di Florida.

Kini,
Dengan strategi armada wanitanya, Tupperware sudah menembus penjualan senilai 1,7 miliar dolar AS per tahun.

Jadi,
Temukan bakatmu dan kolaborasikan dengan teman, pacar, dan istri/suamimu...

Babat, 29 Desember 2017
@mskholid

*disadur dari "100 Great Business Ideas"

Friday, December 22, 2017

Beli yang Ada Bonus Piring atau Gelasnya



● Cari yang Ada Bonus Piringnya ●

Add caption
Sejak masih bujangan, tiap kali beli sabun dan kebutuhan harian lain, saya memilih produk yang memberi bonus alat rumah tangga. Misal piring, gelas, mangkuk, atau sendok. Waktu itu, pikir saya, lumayalah untuk nyicil nanti kalau sudah berumahtangga.
Alhamdulillah, di kontrakan saya di Bekasi dulu, banyak piring, mangkuk, dan gelas, rata-rata diperoleh dari bonus beli sabun.

Tapi, saat boyongan ke kampung
Semua barang itu saya tinggal di kontrakan
Dan saya hibahkan ke pemilik kontrakan--seorang kristen taat yang baik dan ramah
(Liburan lalu, saya sempat berkunjung ke rumah beliau di Bekasi)

Kebiasan itu berlanjut saat sudah balik kampung

Seperti saat beli teh
Teh Dandang ini, selain enak rasanya, juga menyediakan hadiah bagi pembelinya

Dulu, ada promo beli 2 boks (kotak) isi 25 pcs teh celup, dapat 1 gelas putih transparan
Saya beberapa kali beli teh yang ada bonusnya ini

Lalu, muncul promo beli boks spesial gift
Satu paket boks berisi 3 kotak teh celup, bonus 1 gelas putih solid
Itu poto yang syaa pakai bikin kopi susu pagi ini

Kemarin, saya menemukan lagi promo baru
Satu paket boks isi 3 kotak teh celup, bonus 1 mangkuk tempat gula
Mangkuknya cantik, mirip wadah teh yang saya lihat di film mandarin
Berbahan keramik, warna putih solid
Langsung deh saya beli 2 boks

Kebutuhan teh di rumah ini tidak sedikit
Bukan untuk konsumsi sendiri--karena saya penikmat kopi
Tapi, untuk tamu-tamu yang datang ke rumah
Hampir selalu dibuatkan teh hangat untuk mereka

Selamat ngeteh atau ngopi

Babat, 22 Desember 2017
@mskholid

#SelamatHariIbu

*Pagi-pagi emak SMS, tak kira lapo. Ternyata ngajak sambang besan-e di Pati.

Thursday, December 21, 2017

Makan Warung, Gak Boleh Lebih 20.000


● Tak Lebih Rp.20.000,- ●

Depot Barokah di Jalan Kapasan ini, warung makan langganan saya kalau pas di seputaran Pasar Kapasan
Selalu ada menu istimewa bagi saya; Ikan tongkol
Kadang digoreng, kadang pula ada pepesan
Keduanya cocok bagi saya
Begitu pula dengan sayur sop-nya; bumbunya terasa

Dan yang terpenting, harganya murah

Murah ukuran saya (saat makan di warung) adalah seporsi makan plus minumnya harganya tidak melebihi 20.000--tidak bikin dompet mendadak migrain sehabis makan
Kalau harganya melebih 20.000 seporsi, hampir pasti tidak saya datangi lagi--walaupun rasanya enak
(Ada beberapa contoh di Lamongan dan Babat--biasanya saya mencoba menunya, sekadar pengen ngerti saja)

Apalagi yang rasanya amat sangat di bawah standar--semacam beberapa jenis makanan impor itu
Sudah mahal, bikin gak sehat pula (baca: junk food)
Hampir gak pernah jadi pilihan saya--kecuali sedang sangat terpaksa

Makan di warung (semacam) Depot Barokah ini, selain kenyang, juga tak bikin was-was harga kalau kita asal comot jajanan yang gemelantungan.

Kapasan, 21 Desember 2017
@mskholid

Saturday, December 16, 2017

Uang Receh 500 an yang Bikin Tenang

Uang Receh 500 an yang Bikin Tenang

Bawa mobil kalau belum ada recehan 500 an itu perasaan gimana ngono
Andaipun di dompet gak ada duit "besar" pun, kalau di dashboard sudah ada recehan 500, hati sudah tenang.

Apalagi kalau situasi perjalanan sedang ada "cegatan"--seperti dalam perjalanan Semlaran - Drajat, yang ada dua kali cegatan di wilayah Banajrmadu dan jembatan Karanggeneng.

Kalau sudah dicegat gitu, gak ngasih duit, itu rasanya gimmmaanaaa gitu
Amat gak enak.
Belum lagi saat membayangkan bagaimana perasan beliau-beliau yang merelakan waktunya kena panas terik matahari jagain lalu lintas perjalanan, lalu tidak kita kasih duit.

Walaupun recehan 500, itu amat berarti bagi mereka
Amat berarti untuk menjaga perasaan mereka
"Suwun, Pak...!"
"Suwun, Bos...!"
Itulah ungkapan mereka saat uang gopek melayang ke dalam kaleng

Sebaliknya,
Kalau gak dikasih, bisa nesu dan jengkel.
Kalau sudah jengkel, (kata Kiai Ghofur) bisa mengalirkan ion-ion negatif warna merah--dan itu bisa mempengaruhi kita yang tidak ngasih.
Tapi, ini masih lumayan.

Di beberapa lampu merah, terkadang ada gerombolan anak yang ngamen dan meminta recehan.
Kalau tidak dikasih ia lantas berulah
Didoretlah body mobil pakai uang recehan yang dia bawa
Clerettt kecil di body mobil itu, bisa menghabiskan ratusan ribu di bengkel supaya bisa mulus kembali.

Gara-gara recehan 500, rugi ratusan ribu...!
Seperti itu pulalah hidup.

Tidak mesti yang kita butuhkan itu selalu duit besar
Tidak selalu yang kita butuhkan dalam sebuah organisasi adalah kumpulan orang-orang hebat dan besar.
Kita kerapkali membutuhkan kombinasi antara uang merah, uang biru, uang hijau, dan uang gemericik recehan tersebut.

Coba perhatikan organisasi Anda.
"Dipikir-pikir, isinya orang hebat-hebat semua.
Tapi, kenapa organisasi tidak jalan dengan baik.
Ya itu...
Sebabnya adalah tidak ada "uang recehan" di organisasi itu."
Tidak ada yang mau mengambil peran recehan itu

____________
Setidaknya,
Ketenangan yang ditimbulkan uang recehan itu,
Seperti ketenangan yang diperoleh seorang pejabat saat disopiri sopirnya sendiri

Sebab,
Kalau tidak disopiri sopirnya sendiri,
Bisa-bisa nabrak #TiangListrik πŸ˜‰πŸ˜πŸ˜‚πŸ˜ƒπŸ˜ƒπŸ˜ƒπŸ˜ƒ

Bumi Mangrove Tuban, 16 Desember 2017

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)