Khutbah I
الحَمْدُ للهِ الّذِي خَلَقَ الخَلْقَ لِعِبَادَتِهِ، وَأَمَرَهُمْ بِتَوْحِيْدِهِ وَطَاعَتِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَكْمَلُ الخَلْقِ عُبُودِيَّةً للهِ، وَأَعْظَمَهُمْ طَاعَةً لَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ
اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا.
Ayyuhal mukminun yarhamukumullah,
Wonten ing kesempatan meniko, izinkan khatib berwasiat; khususipun dateng pribadi khatib lan umumipun kangge sedoyo jamaah jumat meniko. Supados kitho senantiasa berupaya memperbaiki keimanan dan ningkataken kualitas ketakwaan kita dateng Allah SWT, dengan cara berusaha menjalankan perinta-perintah ipun Allah lan nebihi sedoyo larangan-larangani pun Allah SWT.
Ingkang kedua, monggo sareng-sareng kitha menunjukkan roso cinta kitho kepada Baginda Rasulullah saw dengan cara ngemalaken tuntunan lan ajarkan ingkang sampun beliau contohkan.
Ma’asyiral Muslimin ingkang dimuliakan Allah,
Wonten sebuah kisah ingkang patut kitho renungkan.
Dahulu, kira-kira lima tahun sebelum Kanjeng Rasulullah saw diutus sebagai rasul, bangunan Ka’bah dipun direnovasi. Penyebab renovasi meniko keranten bangunan Ka’bah sampun tua dan rapuh. Sejak dibangun wonten ing zaman Nabi Ibrahim saw dengan dibantu putranipun, Nabiyullah Ismail as, Ka’bah belum sekalipun dipugar.
Wonten sekian banyak riwayat ingkang jelasaken alasan pemugaran meniko. Dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah (2/339) karya Imam Ibnu Katsir, dipun sebutkan beleh kerusakan bangunan Ka’bah meniko disebabkan banjir bandang ingkang menimpa kota Mekah.
Singkat cerita,
Masyarakat bahu membahu. Bersatu membangun Ka’bah dengan bangunan baru. Ananging, terjadi pertentangan sengit di kalangan para pemuka kabilah Arab waktu sak monten. Mereka berseteru soal sinten tiyang ingkang paling berhak meletakkan kembali hajar Aswad ke tempat semula. Setiap kepala suku merasa piyambak e tiyang ingkang paaaling pantes meletakkan Hajar Aswad ke bangunan Ka’bah.
Saking kerasnya pertentangan meniko, bahkan, hampir terjadi saling bunuh membunuh.
Kangge menghindari pertumpahan darah, para pemuka kabilah bersepakat: bahwa ingkang paling berhak meletakkan Hajar Aswad inggih meniko orang yang pertama kali masuk ke area Ka’bah besok pagilah.
Tak disangka, ternyata Baginda Rasulullah saw ialah ingkang pertama ingkang masuk ke area Ka’bah. Berdasarkan kesepakatan sebelumnya, mongko ditunjuklah Baginda Nabi Muhammad saw sebagai orang yang meletakkan kembali Hajar Aswad ke dinding Ka’bah.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah…
Ingkang mengejutkan, mendapatkan kehormatan meletakkan Hajar aswad, Baginda Nabi Muhammad semestinya saget langsung meletakkan batu meniko ke tempatnya. Ananging, Beliau malah membeberkan kain lebar, lalu diletakkanlah Hajar Aswad wonten ing tengah kain meniko. Kemudian beliau mempersilakan perwakilan saking sedoyo kabilah untuk memegang tepi kain dan mengangkat Hajar Aswad secara bersama-sama.
Peristiwa meniko adalah sebuah teladan rekonsiliasi (utawi al-ishlah) ingkang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah saw. Hasilnya, perselisihan lan pertikaian ingkang sempat terjadi sengit di kalangan kabilah dan suku pun menghilang. Perseteruan ingkang sebelumnya mengancam rasa persaudaraan dan persatuan di kalangan masyarakat Arab Mekah pun seketika mereda.
Masyarakat kembali bersatu bahu-membahu meramaikan lan merawat Ka’bah.
Ma’asyiral Muslimimin rahimakumullah…
Kisah masa muda Nabi Muhammad saw meniko memberikan teladan kangge kitho sedoyo agar saget dados rekonsiliator utawi pemersatu pertikaian lan konflik ingkang terjadi wonten di sekitar. Baik pertikaian antar desa, antar kota, utawi antar anggota keluarga.
Sikap Baginda Nabi Muhammad saw meniko sejalan kaleyan pesan Al-Qur’an ingkang sangat menganjurkan jalan perdamaian dalam penyelesaian konflik. Misalnya, disebutkan wonten ing Surah al-Hujarat 9-10:
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الأخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
Ayat sak lajengipun menyebutkan;
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Ayat meniko dengan jelas memerintahkan kitha untuk membantu mewujudkan rekonsiliasi utawi perdamaian ketika wonten dua kelompok, dua suku, atau bahkan dua keluarga ingkang saling bertikai.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah….
Teladan Baginda Rasulullah saw saking kisah peletakan hajar aswad di atas menunjukkan fakta :
Bahwa Baginda Rasulullah saw merupakan sosok ingkang cerdas lan nggadahi ide cemerlang sejak usia muda. Sejarah mencatat, peristiwa peletakan hajar aswad, terjadi ketika Nabi Muhammad saw masih berusia sekitar 35 tahun. Usia ingkang terbilang cukup muda--walaupun ing waktu sak meniko beliau dereng diangkat sebagai Nabi. Lewat keputusan meniko, beliau nderek berperan besar dalam masyarakat kangge menghindari pertumpahan darah akibat pertentangan di kalangan sesama arab.
Rekonsiliasi lan perdamaian meniko hendaknya saget kita praktikkan wonten konteks zaman meniko. Betapa kita saksikan di masyarakat , urusan politik lan pemilihan presiden telah dadosaken masyarakat terpecah. Perbedaan pilihan telah menimbulkan polarisasi di kalangan masyarakat. Hal meniko bahkan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita. Keranten meniko sebagai menungso ingkang ngaku dados umate Kanjeng Nabi Muhammad saw, sudah sepatutnya kitha saget mengambil peran kangge menyatukan lan mendamaikan masyarakat. Mboten sebaliknya, malah menebar kebencian lan permusuhan.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah…
Perbedaan pandangan lan pemikiran, meniko sesungguhnya sampun dados sunnatullah. Sampun dados bagian tak terpisahkan saking kehidupan manusia. Sebagaimana sampun dipun firmankan Allah SWT wonten ing surah Hud : 118:
وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَجَـعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوۡنَ مُخۡتَلِفِيۡنَۙ
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”
Ayat meniko menunjukkan bahwa Gusti Allah sengaja menjadikan manusia berbeda-beda. Wonten ingkang iman, wonten ingkang kufur. Wonten ingkang sae, wonten ingkang buruk. Wonten ingkang beruntung, lan wonten gagal. Tugas kita sebagai umat muslim, ingkang disebut sebagai umat terbaik inggih meniko;
تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر
“amar makruf nahi munkar.”
Mengajak selalu berbuat kebaikan lan mencegah melakukan kemungkaran.
Perbedaan di kalangan masyarakat, menawi mboten dikelola dengan baik, mongko ujungipun pasti konflik. Dan, jika sampun berkonflik, yang terjadi inggih meniko kehancuran lan kemelaratan seperti ingkang banyak kita saksikan wonten ing beberapa negara ingkang dilanda peperangan akibat konflik yang tak berkesudahan.
Dalam ayat sebelumnya Allah SWT menjamin mboten bakal menghancurkan suatu bangsa jika rakyatnya utawi warganya selalu mementingkan jalan rekonsiliasi lan perdamaian:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, jika penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Hadirin jamaah jumah ingkang minulyo…
Mekaten khutbah ingkang saget kulo smapaikan, mugi-mugi memberikan tambahan manfaat kangge kita sedoyo. Lan, mugi-mugi dados pembelajaran kangge menyikapi setiap konflik utawi potensi perpecahan ingkang terjadi wonten ing masyarakat. Amin ya rabbal alamin…
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ، وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ بِماَ فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمِ. أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشيطن الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، وَالْعَصْرِ، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ . وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ
No comments:
Write komentar