Monday, September 2, 2019

Jadi Wali Gara-gara Sabar Dimarahi Istri

• Mending Banting Piring, daripada Banting Anak •

Prespektif berbeda.
Salah satu cara supaya kita bisa "menerima" (dan mensyukuri) fakta hidup ialah memandang dengan kacamata berbeda.

Misalnya, kata Gus Baha',
Bila ada istri cerewet minta duit ke kita--sebagai suami.
Ya, disyukuri saja. Alhamdulillah...
"Piro-piro gak njaluk duit dari suami tetangga. Nggak malah meriang Sampean?"

Bayangkan,
Apa jadinya jika istri gak pernah minta duit pada suaminya.
Alasannya sudah cukup punya duit sendiri.
Selidik punya selidik, ternyata dia dapat duit rutin dari lelaki tetangga.



Bila ada istri banting piring atau gelas.
Syukuri saja. Piro-piro nggak anak anda yang dibanting.
Kalau anak anda yang dibanting, bisa malah repot khan?

Menurut Gus Baha', cara paling mudah menjadi wali ialah bersabar menghadapi caci maki istri.

Jadi wali jalur alim, berat.
Jadi wali jalur ahli ibadah, berat.
Jadi wali jalur orang dermawan, berat.
Wong menuju jadi orang kayanya saja sudah berat.

Jadi wali jalur pemimpin adil, berat juga.
Wong menang dalam kontestasi pemilihan presiden, bupati, gubernur, atau kades, saja berat. Apalagi mau menuju ke sana, jadi pemimpin adil.
Yang paling mudah, dan dekat dengan keseharian kita, ya sabar dari caci maki dan "nesuné" istri. Sudah punya semua.

Umar bin Khattab ra, punya banyak jalur jadi wali. Alim. Dermawan. Pemimpin sukses yang adil. Tapi, tetap ambil jalur wali lewat "menikmati" kemarahan istrinya.
Beliau yang terkenal garang. Ditakuti lawan, disegani kawan. Tapi, ketika istrinya marah-marah, diam saja. Mendengarkan saja.
Alasannya, istrinya telah membantu merawat anaknya. Membantu menjaga rumahnya. Membantu mengurusi keluarganya. dll.

Gus Qoyyum, PP An-Nur Lasem bercerita;
Syekh Sufi Ahmad ar-Rifai, pendiri tarekat ar-Rifaiyah berasal dari Irak, seringkali dimarahi istrinya. Tapi, beliau diaaam saja. Tidak pernah membalas marah.

Beberapa santrinya mengetahui hal tersebut.
Akhirnya, mereka melakukan penyelidikan. Apa sebabnya guru mereka kok diam saja saat istrinya marah.
Ditemukan fakta bahwa syaikh mereka masih punya hutang mahar pada istrinya. Maharnya yang sebesar 500 dinar (2,125 gram emas = sekitar 1,3 miliar) dibayarkan dengan cara mencicil.

Para santri urunan. Setelah terkumpul dana, mereka menyampaikan ke gurunya uang tersebut. Sebagai bantuan membayar mahar.
Apa jawab gurunya,
"Tidak usah. Saya jadi keramat begini, justru karena sabar menghadapi istri saya."

Duenggg....!!!!

Drajat, 2 September 2019
@mskholid

- Inspirasi ngaji Gus Baha' Narukan & Gus Qoyyum Lasem

No comments:
Write komentar

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)