Showing posts with label Gus Baha'. Show all posts
Showing posts with label Gus Baha'. Show all posts

Monday, June 25, 2018

Istri, Ujian Seorang Alim

• Istri, Ujian Seorang Alim •

Ada satu hal yang kerap diungkapkan KH Hasyim Muzadi  (alm) saat ceramah.
Seorang kiai, sealim pun, berjuta umat pun, atau sebesar apapun pesantrennya, akan mendadak bodoh saat menghadapi istrinya.

Begitu pula seorang doktor profesor.
Seberapa banyak pun jurnal yang dihasilkan
Undangan seminar antre dari dalam dan luar negeri
Bisa mendadak hilang wajah doktornya saat berhadapan dengan sang istri

"Jadi, istri itu bisa lebih hebat daripada Kiai atau profesor," canda Kiai Hasyim.

Imam Sibawaih, seorang pakar tata bahasa Arab asal Persia.
Murid Imam Kholil bin Ahmad--yang juga pakarnya tata bahasa Arab

Tuesday, June 19, 2018

Sebagian Doa adalah "Kriminal"

• Sebagian Doa adalah "Kriminal" •

Ini istilah baru yg saya temukan dari ngaji bareng Gus Bahauddin Nursalim.

Saat berdoa, kita kerapkali memohon kepada Allah agar semua hajat kita dikabulkan
وتقضي لنا جميع الحاجات

Sementara, kalau nurutin hajatnya manusia itu bisa dipastikan gak ada ujungnya
Sementara, kalau nuruti hajatnya si A bisa terbentuk "kriminal" bagi orang lain
Sebab, hajat si A bisa melanggar hajat si B
Sebab itu, gak usah pakai ngatur Allah segala lewat doa-doamu
Allah, lebih mengerti permohonan mana yang pantas untukmu

Misalnya,
Sampean kang-kang pondok ini, rupanya biasa-biasa saja
Pinter juga gak amat-amat
Sugih duit malah enggak

Lha, kok doanya minta dijodohkan dengan perempuan cantik, Pinter, anak orang kaya tetangga RT sebelah
Padahal, perempuan itu punya doa yang berbeda
Kalau Anda "memaksa" Allah mengabulkan doa ini, berarti anda telah mencoba berlaku "kriminal" terhadap si perempuan

Atau minta tokonya paling laris sak kecamatan
Itu sama saja, anda mengajak kriminal terhadap tetangga anda yang juga buka toko
Bukankah kalau toko anda paling laris, sama saja mengurangi rejeki dan pelanggan toko sebelah?

Atau seorang kiai, berdoa jadi kiai paling laris undangannya
Sehari sampai ceramah 10 tempat
Kan sama saja mencoba berlaku kriminal pada kiai lainnya
Yang andaikan anda tak selaris itu, kiai lain akan dapat "jatah" undangan pula

Berdoa minta jadi bupati
Sama saja mencoba berbuat kriminal dengan orang lain yg juga berminat jadi bupati
Begitu pula dengan berdoa jadi kades, gubernur, atau presiden

Berlakulah adil terhadap diri anda dan orang lain
Berlakulah adil sejak dalam doa kepada Allah SWT.

Babat, 19 Juni 2018
@mskholid

- disarikan dari ngajinya Gus Bahauddin Nursalim

Membenci Maksiat Harus Pakai Ilmu

• Membenci Maksiat Harus Pakai Ilmu •

Misalnya, anda di jalan raya.
Lihat anak-anak jalanan sedang menghadang kendaraan atau meminta-minta agak memaksa.
Anda mungkin bergumam; "Anaknya siapa itu, ya? Kok bisa kayak gitu? Apa gak diurus orangtuanya?"

Anda marah dan membenci kelakuan mereka.
Bahkan bisa jadi, muncul sumpah serapah yang lebih buruk--jika korbannya adalah anda sendiri.

Tapi,
Begitu diberitahu bahwa yang di jalanan tadi itu salah satunya ialah keponakan anda.
Saya yakin kalimat gumam anda bakal berubah.
"Mugi-mugi Gusti Allah mengampuni. Semoga segera sadar dan bertobat."
Kalimat anda berbalik 180 derajat.

Misalnya,
Anda mendengar tetangga anda jadi korban narkoba
Kecanduan obat terlarang.
Bisa jadi, anda akan bicara buruk tentang tetangga itu
Kebablasan, ngomong yang tidak-tidak

Tapi,
Begitu menyadari bahwa tetangga itu yang suka memberi anda
Sering mengirimi sembako
Suka memberi pinjaman utang (nirbunga)
Sikap anda berbalik 180 derajat
Mendoakan semoga segera sembuh dan terhindar dari narkoba

Misal lainnya,
Anda naik bis umum
Kaki anda terinjak penumpang lain
Seketika anda bergolak mau marah dan menyentak si penginjak

Namun,
Begitu tahu si penginjak itu seorang perempuan muda yang cantik
Sikap anda bisa berubah ...
"Gak apa-apa, mbak. Gak sakit kok...!!!"

Lha,
Terus, anda marah itu karena kesalahannya,
ataukah ...
Karena dia tidak "cantik" dalam standar anda?

Sebabnya ialah:
Kasus pertama, anda menyikapi maksiat/kesalahan tanpa kepentingan
Kasus kedua, karena Anda menyikapi maksiat dengan kepentingan
Di sinilah pentingnya ilmu dalam menyikapi segala hal
Termasuk sikap tegas terhadap maksiat atau kesalahan yang diperbuat orang lain.

Di sinilah, ilmu tasawuf menunjukkan perannya
Sehingga anda bisa bersikap adil, penuh hikmah dalam menyikapi kebaikan ataupun keburukan orang lain (keluarga atau tidak, separtai atau tidak, seorganisasi atau tidak, sesuku atau tidak).

Wassalam...

Babat, 19 Juni 2018
@mskholid

*disarikan dari ngajinya Gus Bahauddin Nursalim نفعنا الله بعلومه

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)