Showing posts with label buku. Show all posts
Showing posts with label buku. Show all posts

Tuesday, September 27, 2016

Buku Menulis dari Joni Ariadinata

Saya beruntung berjodoh dengan buku ini di pasar Wage, Senin kemarin.
Maklum, melihat penulisnya, buku ini jelas buku hebat--yang tak sembarangan.

Joni Ariadinata.
Melihat reputasinya sekarang dalam dunia kesusastratraan Indonesia, orang tak akan mengira bagaimana cerita hidupnya sebelum cerpennya terpilih jadi cerpen terbaik Kompas tahun 1994. Cerpen berjudul LAMPOR mengalahkan daftar sekian nominator pemenang karya Penulis2 terkenal.

Seketika masyarakat sastra terkejut dengan pencapaian ini. Betapa tidak, Cerpen Kompas adalah parameter sebuah cerpen dinilai terbaik. Untuk bisa dimuat dalam halaman cerpen Kompas tiap minggu, Anda harus menyisihkan ratusan cerpen lain yang masuk meja redaksi.

Apalagi, sebelum terpilih jadi yang terbaik dalam Cerpen Kompas 1994, hampir tak ada karyanya yang dimuat di majalah atau koran, selain satu cerpen di Surabaya Post tahun 1993.

Sebelum jadi yang terbaik di Kompas itu, Pak Joni adalah pekerja serabutan, kuli bangunan, tukang becak, dan pengamen jalanan.

Di sela waktu bekerja itulah beliau menulis cerpennya.
Yang unik, lebih banyak cerpen yang sudah jadi lalu diremas-remas kertasnya dan masuk bak sampah. Daripada yang dikirim seadanya ke meja redaksi majalah atau koran.

Anda bisa tanya sendiri ke beliau bagaimana kira2 reaksi istri beliau ketika itu--melihat kebiasaan tersebut. Ditambah lagi hasil kayuhan becak yang berubah jadi koran minggu.

Bagi penggemar Majalah Annida (seperti masa remaja saya), pasti akrab dengan tulisan2 asyik beliau soal dunia kepenulisan dan sastra.

Pasca itu,
Beliau bergabung dengan Majalah Sastra Horison sebagai redaktur. Sebuah pencapaian hebat melihat reputasi Majalah Horison di bidang sastra.

Tuesday, June 28, 2016

Buku Nahwu Gaul, Inovasi Dekade Ini

Masih yakin Ilmu Nahwu sulit?

Coba dulu baca buku tipis ini.
Tebalnya hanya 20 halaman (termasuk prelims).
Materinya singkat, padat, tak bertele-tele.

Saya memang belum pernah gunakan untuk praktik langsung (maklum, saya bukan pengajar Nahwu).
Tapi, merujuk pelajaran Nahwu yang pernah saya pelajari, saya harus bilang:

Woooowwww...!!!
Kenapa buku seperti ini tidak ada sejak zaman sekolah saya dulu??!!!

Cukup 17 menit belajar Nahwu.
1 materi, 1 menit.
Langsung teori, penanaman ide tentang materi, dan praktik lewat latihan.

Gak harus berotak cerdas.
Gak musti yang rangking satu.
Asal bisa baca, dan mau memahami pasti langsung nyambung.

Buku ini ditulis dari hasil pergumulan penyusun dengan Ilmu Nahwu dan bahasa Arab. Baik lewat kitab ala pesantren semacam Alfiyah Syarah Ibnu Aqil, atau lewat buku Alfiyah yang dikemas secara modern dan rapi oleh kampus Lipia.

Serial Ilmu Nahwu Gaul ini ditulis dalam 3 jilid. Berarti cukup 17 menit x 3 = 41 menit saja Untuk menguasai Ilmu Nahwu lewat buku kecil ini.

Kabar gembiranya,
Sudah terbit jilid 1 untuk edisi ilmu Sharaf (Shorof).
Dengan judul "Sharaf Gaul".

Buku ini karya Ustadz Abdul Majid.

Dan, 4 buku yang saya foto ini adalah hadiah dari yang bersangkutan saat saya berkunjung ke kediaman beliau di Kedungadem Bojonegoro, sore tadi.
(Selasa, 27 Juni 2016).

Jazahumullah Khairan Katsiran...
Semoga segera sehat dan kembali mengabdi untuk umat.

Selasa, 27 Juni 2016
@mskholid
@ruanginstalasi

Sunday, January 31, 2016

Buku, Antara Salah Cetak dan Disengaja

TENTANG BUKU 
Bedakan Salah Cetak dan Salah Disengaja

Lagi-lagi heboh soal materi buku. Baik pelajaran atau buku pendukung materi ajar.

Yang harus dilakukan adalah tabayun (kroscek) pada penerbitnya. Kenapa bisa salah seperti itu. Kenapa bisa berbeda dengan materi yang semestinya.

Sebab, tidak semua kesalahan itu akibat kesengajaan. Banyak karena kelalaian tim redaksi. Dari editor, hingga penataletak (layouter).

Makanya, dulu saat kerja di penerbit buku, Pak Bambang Trim mengajarkan kami proses editing yang berjenjang. Mulai editing file di komputer, editing print out, hingga editing di dummy buku--sebelum naik cetak.

Begitu detail dan njlimet proses penggodokan hingga matang menjadi sebuah buku.
Kalau ada buku yang masih lolos salah edit, biasanya karena penerbit dikejar masa tayang. Diburu waktu.
Yang seperti ini, biasanya terjadi pada buku pelajaran (atau LKS). Mereka berkejaran dengan penerbit lain--yang juga menerbitkan buku senada.

Editor dipaksa harus lembur. Mata yang sudah perih dari pagi, masih dipaksa menatap barisan huruf semalaman.
Akhirnya, kualitas pun menurun.

~~~

Kalau buku pelajaran, maka penjaga gawangnya adalah guru.
Guru lah yang akan mengoreksi setiap kalimat atau ide yang dimuat sebuah buku. Beliau akan meluruskan kesalahan sebuah buku--langsung di depan murid-muridnya.

Ini, lagi-lagi, mengingatkan kita akan pentingnya ngaji, belajar, dan mondok ke guru. Tidak via internet atau baca sendiri (tanpa pondasi mumpuni).

Contoh,
Saya beberapa kali menemukan salah ketik buku pelajaran MAK--yang berbahasa Arab.
Apalagi, Bahasa Arab itu, salah satu titik saja, artinya bisa langsung berubah 90 derajat. Bahkan 180 derajat.

Belum lagi kalau salah huruf.

Pernah ada teks yang harusnya ada لا (tidak), tapi tertulis tanpa huruf nafi itu. Artinya kan jadi bertentangan.

Bagaimana andai buku yang salah ketik itu dipelajari oleh individu secara pribadi, tanpa basic agama mumpuni. Jadi kebolak-balik dia memahami agama, khan?!

Padahal, itu buku resmi terbitan Departemen Agama.
Solusinya? Apa langusng ditarik?
Ya, repot. Bisa timbul masalah baru. Ada proyek baru. Dan, tentu saja potensi korupsi baru. Hehehe .... lebih madharat.

Maka, kuncinya ada di guru sebagai penjaga gawang terakhir sebelum materi itu tersampaikan pada anak didik.

Biar gak ada salah2 lagi, departemen yang menerbitkan buku, atau penerbit2 swasta buku pelajaran, hendaknya tetap memberlakukan standard editing buku laiknya penerbit buku-buku umum, seperti Gramedia, Mizan, dkk.--yang hampir tak pernah kita temukan salah, walau berupa tanda titik atau koma.

Ahad, 31 Januari 2016
Mantan editor
@mskholid

Monday, August 17, 2015

Tanpa Kapten Kolor Lagi

Begini nih gak enaknya bepergian tanpa buku.
Ngaplo di atas bis, cuma berteman mp3 dari handphone.

Padahal, sejak sebelum berangkat sudah mengingat-ingat buku serial Captain Underpants "Kapten Kolor" Dav Pilkey yang belum selesai saya baca semalam.

Pengen segera tiba di rumah dan menyambar si buku.

Saya langsung terpesona dengan kekonyolan tokoh dalam cerita. Yang katanya, terinspirasi dari penulisnya yang juga konyol dan suka bikin ulah saat sekolah.

Sudah amat lama rasanya, saya tidak merasakan terbahak2 saat membaca buku. Terang saja, tema bacaan saya beberapa tahun ini terbilang serius.

Dan, Kisah Kapten Kolor ini telah membuka kembali memory saat saya banyak melahap buku2 cerita lucu dan konyol...

~~~

@TamanBacaSukaBuku

Sunday, August 16, 2015

Kapten Kolor, Buku Lucu

Saya "menemukan" buku ini tak sengaja di Giant Margorejo dua hari lalu. Ada obral beberapa buku terbitan Gramedia.

Saya terprovokasi oleh judulnya; "Kapten Kolor", juga oleh tiga kata memikat di covernya:
- Penuh Aksi
- Tegang
- Konyol

Langsung saya ubek2 seri buku ini. Ternyata, cuma ada 2 judul serinya. Tanpa pikir panjang, langsung saya comot dari jejeran buku.

Sampai di rumah, malam, istri saya Farah Zaenal nyeletuk:
"Endi, kok gak lucu blass??" Katanya mempertanyakan, mungkin habis baca dari tengah buku.

Saya ambil buku itu.
Baru baca halaman pertama, saya sudah terbayang dalam otak saya, betapa lucu kisah imajinasi dalam buku ini.

Dan benar, siang ini sepulang sekolah, saya baca buku ini. Saya bahkan tergelak-gelak sendirian di rumah. Berkat kisah di dalam buku ini.

Sayang sekali, saya tak beli cukup banyak eksemplar, bisa untuk hadiah sewaktu-waktu.

~~ Buku Jendela Dunia

16 Agustus 2015

Khaled

Thursday, January 29, 2015

Ini dia covernya Elegi Surtini dan Ayunda

Ini dia covernya Elegi Surtini dan Ayunda

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)