|
Penikmat novel dan novel "The Reason is You" |
Hei kamu, pemilik rambut jabrik..
Hei kamu, penggemar celana-tiga-perempat..
Hei kamu, yang selalu jutek padaku..
Hei kamu, yang sering diam2 memotretku..
Hei kamu, yang menjadikanku sebagai edelweis-mu..
Hei kamu, Heiji Hattoriku, jadikan aku sebagai Kazuha-mu..
Gawat nih, dibikin semaleman ber-melting ria gara2 "The Reason is You" sahabat saya, Ana Fauziyah. I'm so proud of you, Dear.. :)
**Waktu baca novelet-nya dulu, aku blm begitu tertarik pada Aris, tapi skrg, aku dah memutuskan untuk jatuh cinta padanya, jgn jealous ya.. :D
Buku KH. BISRI SYANSURI, Pecinta Hukum Fiqh Sepanjang Hayat yang ditulis
oleh K.H. Abdurrahman Wahid ini diterbitkan atas kerja sama antara keluarga
besar Almarhum K.H. Bisri Syansuri dengan Majalah AMANAH.
Penerbitan buku
ini diselenggarakan dalam rangka peringatan wafat almarhum Kiai Bisri Syansuri.
Maka keluarga besar Majalah AMANAH dengan tulus hati ikut berdoa bagi kesejahteraan
arwah almarhum di sisi Allah Subhanahu Wata'ala, serta berharap kiranya
ilmu yang diwasiatkan oleh almarhum senantiasa dipelihara dan dikembangkan
bagi kemaslahatan umat.
PCINU Mesir lalu menerbitkannya dalam format html, yang kemudian diupload di internet. Adapun yang dibagikan oleh sukabuku.co.cc adalah versi pdf dengan perubahan cover dan layout isi--tanpa mengubah apapun isi kandungan buku.
Saya tak menyangka, ternyata Prie GS juga pintar nulis novel. Salah satu buktinya, ya serial Ipung ini. Ada tiga buku yang berkisah tentang Ipung dan kehidupannya. Saya sudah membaca #1 dan #2. Edisi #3 dengan judul "Kisah Surtini dan Ayunda" belum saya baca. Kebetulan, buku ini cukup susah didapatkan di toko2 buku. Bahkan, dalam beberapa pameran buku di Jakarta, stok buku ini kosong.
Kisah Ipung ini, dugaan saya, adalah kisah pribadi seorang Prie GS kecil. Tentu saja dengan bumbu-bumbu lainnya sebagai penyedap sebuah kisah fiksi. Apalagi jika melihat profil dan gaya Prie GS saat menjadi MC acara di televisi maupun saat menjadi bintang tamu.
Saya mengenal buku ini sebenarnya dari kakak ipar saya. Dia bilang punya buku bagus. Kebetulan ia punya koleksinya #1 dan #2. Langsung saya pinjam keduanya. Saat menyimak isi cerita dan membaca karakter sosok Ipung dalam buku tersebut,
|
Cover Lama |
|
Cover Baru |
Saya tidak tahu, buku ini diterbitkan oleh penerbit mana sekarang. Buku ini saya baca saat masih diterbitkan oleh Penerbit Serambi. Di even Book Fair, sedang ada buku obral di stand Serambi. Salah satu buku yang diobral ternyata buku berjudul "Kisah Sang Penandai" ini. Judulnya tak menarik bagi saya. Yang membuat saya tertarik mengambilnya saat itu hanyalah nama penulisnya. Tere Liye. Sepertinya, buku ini juga diterbitkan saat Tere Liye masih belum seterkenal dan semenarik sekarang.
Saya menghabiskan buku ini tanpa jeda, kecuali untuk makan dan shalat. Kebetulan, saya membacanya di hari libur. Membaca buku ini saya seperti diingatkan pada kisah yang ditulis Amin Maalouf dalam kisah "Balthasar's Odyssey - Nama Tuhan Yang Keseratus". Bersama buku ini, saya seakan diajak ikut bertualang oleh Tere Liye mengarungi samudera.Petualangan di tengah lautan, dengan badai dan hantaman ombak seakan menjadi sangat nyata saya alami. Tere Liye benar-benar hebat menggambarkan kisah perjalanan sang tokoh mengarungi samudera. Hampir sama dengan yang dilakukan Amin Maalouf.
Dulu, saya bekerja sebagai editor di sebuah penerbit baru yang punya ambisi besar. Awal-awal masuk sebagai editor, kami ditugaskan mencari buku yang berkualitas untuk mendongkrak pamor penerbit.
Saya kebetulan saat itu sangat menggemari buku-buku tulisan Tere Liye. Kupikir, buku karya Tere Liye bisa menjadi alat mendongkrak pamor penerbit tempat saya bekerja, sekaligus menjadikannya masuk di jajaran atas penerbit Indonesia--minimal diperhitungkan.
Atas inisiatif pribadi, sebagai editor saya langsung menghubungi Tere Liye. Saat itu, betapa bahagianya saya bisa berkontak langsung dengan penulis favorit (meskipun tidak bertatap muka langsung).
Saya membeli buku ini di Islamic Book Fair Jakarta 2011 yang lalu. Bersamaan dengan 2 buku serial anak-anak mamak yang lain (selain Eliana--yang belum terbit). Buku ini yang pertama kali saya khatamkan.
Kisah dalam buku ini seakan begitu dekat dengan saya, sebagai anak desa yang hidup di kota. Kisah tentang keindahan dan kenyamanan desa, membuat saya selalu terpikir untuk kembali ke desa dan mendidik anak2 saya kelak lewat kearifan alam dan desa.
Istri saya punya adik laki-laki. Masih kecil, sekolahnya juga masih TK. Dia mulai belajar membaca. Saat pulang kampung, istri saya seringkali menceritakan kisah tentang Burlian; keberanian, keceriaan, kepolosan, dan kepandaian si anak. Sosok Burlian itu lalu tertanam begitu kuat dalam diri adik ipar saya itu. Dia seperti sangat mengidolakannya. Padahal, ia tak membaca buku Burlian itu sendiri.