Sunday, January 29, 2023

Kebohongan Ustaz Yasir Hasan atas Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari

Baru-baru ini viral seorang Ustaz bernama Yasir Hasan Al-Idis yang berkhutbah di Masjid Usman bin Affan Desa Nyalabu Laok, Kabupaten Pamekasan, Madura. Dalam khutbahnya, Ustaz Yazir menyebut bahwa pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari mengingkari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

“Ada kebenaran yang disembunyikan terhadap umat Islam di Indonesia. Bahwa KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU mengingkari dengan keras adanya perayaan Maulid Nabi Muhammad saw,” ujarnya dalam khutbah jumat.

Ustaz Yasir Hasan menyebut bahwa umat Islam Indonesia selama ini telah dibohongi supaya mau mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Menurutnya, pernyataan keras KH Hasyim Asy’ari itu dimuat dalam kitab at-Tanbihat al-Wajibat Li Man Yashna’u al-Maulid bil Munkarat.

Pernyataan ustaz berjenggot panjang ini, langsung menuai reaksi keras dari masyarakat sekitar. Bahkan, kepala desa langsung menutup masjid tersebut.

Lalu, bagaimana sebenarnya isi kitab yang dimaksud?

Ternyata sama sekali bertolak belakang dengan apa yang dikatakan pak ustaz. Sesuai judul kitab yang ditulis Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari; “Peringatan Keras Bagi Orang yang Mengadakan Maulid Nabi saw dengan Kemungkaran-kemungkaran”, bahwa beliau memang mengingkari dan melarang dengan keras pelaksanaan maulid Nabi Muhammad saw yang dibumbui dengan beragam kemungkaran dan perbuatan maksiat.

Dalam kitab At-Tanbihat tersebut, Hadratus Syaikh menyebut 10 peringatan keras bagi umat Islam dalam tata cara pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Dalam pengantar kitab, Mbah Hasyim menyebutkan awal mula beliau menuliskan kitab ini.

Suatu malam, pada tanggal 25 Rabiul Awwal 1355 H, beliau menyaksikan peringatan Maulid Nabi saw yang berisi pembacaan Ayat-ayat Al-Quran dan sejarah Nabi, akan tetapi dilanjutkan dengan kegiatan tanding pencak silat atau adu jotos, permainan alat musik, bercampurnya laki-laki dengan perempuan, joget-joget, dan bahkan teriakan-teriakan dengan suara keras. Beliau langsung melarang kegiatan tersebut, dan acara itu pun bubar.

Adapun, dalam isi kitabnya, Hadratus Syaikh mengungkapkan beragam dalil tentang sunnahnya mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Termasuk riwayat Abu Lahab yang mendapatkan keringanan siksa kubur setiap malam Senin. Hal ini diperoleh Abu Lahab, karena kegembiraannya tatkala mendengar kabar kelahiran Baginda Rasulullah saw.

Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari juga menyebutkan sejarah awal diadakannya peringatan Maulid Nabi di Irbil, Irak. Yang diawali oleh seorang yang terkenal sholeh; Syaikh Umar bin Muhammad.

Dengan menilik secara langsung isi kitab At-Tanbihat yang (katanya) jadi rujukan ustaz Yasir, dapat disimpulkan bahwa khatib Jumat di Pamekasan ini telah berbohong terhadap jamaah masjid dalam khutbahnya. Dia mengutip kalimat yang tidak lengkap dari Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari.

Ustaz Yasir laksana sedang memotong nasihat seorang kiai pada santrinya, misalnya sang kiai memberi nasihat;

“Saya benci santri yang malas ngaji, malas jamaah, dan malas berkhidmah.”

Lalu, Ustaz Yasir mengabarkan pada banyak orang bahwa ada seorang kiai yang membenci santrinya. Padahal, ucapannya tersebut adalah hasil memotong perkataan sang kiai.[KHO]


Friday, November 25, 2022

Khutbah Jumat; Barokahnya Jual Beli


اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى آله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين.

أما بعد: فيا عباد الله، أوصيكم و نفسي بتقوى الله لعلكم تفلحون، فقد قال الله تعالى في كتابه الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ. وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (29)

Hadirin sidang jumat ingkang minulyo

Wonten ing kesempatan meniko, monggo sareng2 kitho panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT ingkang sampun paring nikmat lan kesehatan sehingga kitha tergerak untuk berangkat ke masjid mengikuti kewajiban melaksanakan shalat Jumat.

Tanpa nikmat dan peparing Gus Allah, bias jadi hati kitha mboten tergerak sama sekali untuk purun berangkat ke masjid menghadiri shalat Jumat. Di luar sana, mungkin kathah tetangga-tetangga, sanak sedulur, ingkang puengen saget berangkat Jumatan, ananing karena sakit utawi uzur tertentu mboten saget sareng-sareng kempal ing meniko majelis.

Mugi-mugi amal ibadah meniko saget dadi bekal lan saksi kelak wonten ing perhitungan amal di alam akhirat. Amin ya rabbal alamin...

Ingkang nomer kaleh, monggo sareng-sareng kitha berusaha meningkatan takwa kita kepada Allah SWT. Dengan sebenar-benarnya takwa. Yakni, dengan cara menjalankan sedoyo perintah Allah SWT lan nebihi larangan-larangan Allah SWT. Amergi, hanyalah takwa bekal meniko, terbaik bagi manusia kangge menghadap dengan percaya diri di hadapan Allah SWT.

 

Hadirin Jamaah Jumah rahimakumulah….

Dewasa ini, banyak kita temukan berbagai masalah wonten ing kehidupan masyarakat. Mulai pencurian, perampokan, penipuan, hingga peminta-minta lewat berbagai macam modelnya. Sedoyo meniko terjadi wonten ing sekitar kitha, salah satu sebabnya inggih meniko karena meninggalkan cara ingkang sampun diatur oleh Baginda Rasulullah saw.

Salah satu cara Baginda Rasulullah saw menata kehidupan sosial, supados saget berjalan kanti normal, saget berjalan sesuai rel kehidupan ingkang sae, inggih meniko mendorong umatnya untuk bekerja secara mandiri lan melakukan transaksi jual beli ingkang sae.

 

Wonten ing hadis ingkang diriwayatkan Imam Ahmad disebutkan bahwa

Suatu ketika Baginda Rasulullah saw pernah ditanya:

 

قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ ؟

Ya Rasul, profesi nopo yang paling sae?

قَالَ : " عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ، وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ ".

Rasulullah saw. Menjawab, "Bekerja mandiri dan jual beli yang benar"

 

Cara pertama supados kehidupan seseorang berjalan sesuai rel agama dan kemulian, inggih meniko lewat bekerja secara mandiri. Artosipun, seseorang bisa disebut muslim ingkang baik saat dia mau bekerja kangge memenuhi kebutuhannya sendiri. Utawi mboten menggantungkan nasib lan kebutuhan sehari-hari saking belas kasihan utawi pemberian orang lain.

 

Karena itu,

Kanjeng Rasulullah saw sangat menekankan pentingnya bekerja. Apapun bentuknya. Asalkan halal, akan memberikan barokah dateng tiyang bersangkutan.

Kerangten meniko, wonten ing hadits lainnya dipun sebutkan: bahwa seseorang yang bekerja mencari kayu bakar di tengah hutan, lantas menjualnya di pasar, meniko jaaaauh lebih baik dibandingkan orang yang menengadahkan tangan meminta-minta pada orang lain.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah...

 

Suatu ketika, Rasulullah saw bersama beberapa orang sahabat di masjid. Lalu, datanglah seorang pemuda gagah melintas di depan masjid. Pemuda meniko membawa perlengkapan kangge bekerja di ladang.

 

Salah seorang sahabat berkata, “Andaikan hidup dan kekuatan pemuda itu digunakan untuk beribadah di jalan Allah, pastinya akan lebih baik baginya.”

Mendengar ucapan tersebut, baginda Rasulullah saw. Lantas bersabda, “Barangsiapa yang bekerja untuk kedua orang tuanya, maka dia dijalan Allah. Barangsiapa yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya maka ia di jalan Allah, barangsiapa bekerja hanya untuk memperbanyak harta benda, maka dia di jalan syaithan.”

 

Wontwn ing rowayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “Nafkah yang diberikan seorang kepala rumah tangga kepada keluarganya bernilai sedekah. Sungguh, seseorang akan diberikan pahala atas sesuap nasi yang dia masukkan ke dalam mulut keluarganya,’” (HR Muttafaq alaih).

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah...

 

Cara kedua, ingkang saget kita petik saking hadits di atas inggih meniko; lewat jual beli.

 

Agami kitha, Islam, menunjukkan satu metode lain supaya kehidupan sosial masyarakat berjalan kanti lancar lan sae. Inggih meniko; transaksi jual beli.

Ingkang nggadahi barang, berprofesi sebagai penjual.

Sebaliknya, ingkang nggdahi uang—menggunakan uangnya kangge belanja.

 

Keranten meniko, dalam agami Islam; tiyang kaya ingkang menahan duitnya. Utawi mboten purun belanja. Entah dengan alasan ditabung, utawi kangge jaga-jaga masa depan. Meniko dipun sebut perbuatan ingkang buruk.

Padahal, di sisi lain, wonten sekian banyak calon penjual ingkang menunggu duit si kaya diputarkan lewat transaksi jual beli.

 

Dalam kasus meniko, si kaya lebih baik sedikit "boros" daripada duitnya nganggur wonten ing rekening bank. Sebab, lewat transaksi jual beli ingkang dipun lampahi meniko, wonten sekian banyak tiyang ingkang tetap bisa makan. Ingkang tetap bisa memenuhi kebutuhan harian keluarganya, hanya gara-gara transaksi kecil yang dilakukan wonten ing pasar meniko.

 

Prinsip membelanjakan harta meniko, selaras dengan hukum ekonomi modern tentang buruknya menahan cash money di rekening.

Hadirin Jamaah jumah ingkang minulyo...

Kita ambil contoh, menawi si kaya belanja buah-buahan wonten ing pasar. Sementara, si penjual adalah seorang janda tua dengan banyak anak. Mongko saget kitha bisa bayangkan, lewat transaksi jual beli buah antara si kaya kaleyan si janda meniko, saget memberikan barokah keberlanjutan hidup lan ugi saget memenuhi kebutuhan makan sehari-hari bagi keluarga si janda meniko.

 

Islam mboten memaksa si kaya kangge memberikan uangnya cash dalam bentuk sedekah pada si janda. Cukup lewat transaksi jual beli yang normal, ingkang saling menguntungkan.

Si kaya dapat barang, si penjual dapat laba.

 

Meskipun, bisa jadi laba ingkang dipun peroleh amat minim.

Bisa jadi, laba menjual buah meniko hanya sekitar 1.000 utawi 2000 mawon, ananging penjual tetap bahagia lan terhormat daripada (andai) diberi uang cash dalam jumlah yang sama. Ateges, lewat transaksi jual beli meniko saget menjaga martabat lan kehormatan penjual ingkang miskin. Sehingga mboten wonten kepikiran untuk mencuri utawi banting setir meminta-minta pada orang lain.

Saking fakta ingkang banyak terjadi di pasar, mongko, patut disayangkan!!!

Menawi wonten tiyang kaya raya ingkang berbelanja di pasar. Berbelanja pada si janda tua. Lalu menawar harga sampai semurah-murahnya. Dengan harapan si kaya saget memperoleh selisih harga yang lebih murah.

Padahal, di sisi lain, saat beli di mall, restoran utawi minimarket, piyambak ipun mboten sekalipun dia menawar. Bahkan, dengan bangga langsung membayar.

Dalam kasus meniko, alangkah mulianya seandainya kitha saget berlaku adil—sehingga mboten melakukan penawaran harga secara berlebihan terhadap para penjual ingkang kelihatan kurang mampu secara ekonomi.

 

Hadirin jamaah jumah ingkang minulyo...

 

Contoh maleh...

Anak-anak kita ingkang sekolah TK utawi MI.

Kita berikan uang saku 2,000 rupiah

Maka, alangkah baiknya seandainya uang 2000 meniko dipun habiskan beli jajan di sekolahan.

 

Keranten, lewat transaksi jual beli anak-anak sekolah dengan para penjual di sekolah meniko, saget menjaga kehidupan sosial pihak penjual secara terhormat lan bermartabat.

Amergi, bisa jadi penjual jajanan di sekolah meniko rata-rata orang tak berpunya. Bagkan mungkin juga janda-janda tua, ingkang nggadahi tanggungan anak di rumahnya.

 

Tentu saja, dengan harga jajan ingkang rata-rata 1.000 an meniko, laba ingkang dipun peroleh hanya berkisar 200 rupiah. Akan tetapi, uang 200 rupiah meniko saangat berarti kangge si penjual dan keluarganya. Karena dipun peroleh lewat cara-cara ingkang halal lan terhormat.

 

Di sisi lain,

Lewat nukoni jualan tiyang ingkang mboten mampu meniko, secara tidak langsung kitho saget membantu si penjual dalam usahanya menghidupi anak-anak lan keluarga di rumahnya.

 

Hadirin jamaah jumah ingkang minulyo...

 

Menikolah di antara sirri-nipun; kita didorong kerja mandiri lan transaksi jual beli ingkang sae.

Sekali lagi, lewat dorongan kepada setiap orang untuk kerja mandiri utawi jual beli meniko, terjagalah kehormatan lan harga diri seorang manusia sebagai makhluk sosial.

 

Di sisi lain, Kanjeng Rasulullah saw berulang kali menekankan betapa mulianya tangan di atas dibandingkan dengan tangan di bawah.

اليد العليا خير من اليد السفلى

Ateges, tangan ingkang suka memberi dan bermanfaat lebih baik daripada tangan ingkang sukanya hanya menerima dan menikmati pemberian orang lain.

 

Mekaten, khutbah ingkang saget dipun sampaikan jumat meniko. Mugi2 saget menjadikan inspirasi lan bermanfaat kangge kehidupan kitha sehari-hari. Amin ya rabbal alamin....

 

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)

  بارك اللهُ لي ولكم في القرآن العظيم, ونفعني وإيّاكم بما فيه مِن الآيات والذكر الحكيم, وتقبّل منّي ومنكم تِلاوَتَه إنّه هو السميع العليم. وقل ربّ اغفر وارحم وأنت خير الراحمين.

 

 

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ

وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَن وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

اللهم اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين أمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.

 

Saturday, July 9, 2022

khutbah Idul Adha; Belajar Jadi Ayah Sukses dari Nabi Ibrahim

 Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ. الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضَ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَّليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ وبارك علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ.

 أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ: اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ . فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar ...

Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia...

Hari raya kurban atau biasa kita sebut dengan Idul Adha, yang kita peringati setiap tahun tak bisa lepas dari kisah Nabi Ibrahim alaihissalam. Sosok manusia pilihan ingkang patut kitho teladani dalam kehidupan sehari-hari. Julukan Nabi Ibrahim alaihissalam adalah Khalilullah (sang kekasih Allah) dan Abul Anbiya’ (bapaknya para nabi).

Sejarah mencatat; di antara 25 nabi yang diutus setelah Nabi Ibrahim, semuanya adalah anak keturunan Nabi Ibrahim as. Dari istri pertama; Sayyidah Sarah, Nabi Ibrahim dipun karuniai anak seorang Nabi yang Ishaq AS. Kemudian beliau melahirkan seorang nabi pula; inggih meniko Nabi Ya’qub As. Nabi Ya’qub As terkenal dengan nama Israel, sehingga anak keturunannya disebut dengan nama Bani Israel.

Bani Israel meniko, terkenal dengan kecerdasannya. Mayoritas nabi yang diutus setelah zaman Nabi Ibrahim berasal saking bani Israel. Beberapa nama nabi besar yang bisa kita sebut antara lain; Nabi Yusuf, Nabi Yunus, Nabi Ayyub, Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Musa, Nabi Yahya, hingga Nabi Isa alaihimus salam. Semuanya adalah di antara keturunan Nabiyyullah Ibrahim AS dari jalur istri yang pertama.

Dari istri kedua, yakni Sayyidah Hajar, Nabi Ibrahim AS dipun karuniai seorang putra yang saleh. Yakni Nabi Ismail AS, yang mana dari keturunan Nabi Ismail inilah akan lahir seorang manusia terbaik, nabi pamungkas di akhir zaman, sang Teladan; Baginda Rasulullah saw.

Maasyirol Muslimin, jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia...

Sebagai sosok seorang ayah, Nabi Ibrahim bisa dibilang sangat sukses. Terbukti dengan; Allah SWT memilih anak keturunan beliau sebagai para nabi yang berdakwah dan menyeru kepada Allah SWT. Kita sebagai orangtua, yang tentu saja bercita-cita nggadahi anak keturunan yang saleh dan salehah; perlu menyimak kembali sekilas perjalanan hidup Nabi Ibrahim AS sehingga bisa menjadi sosok khalilullah dan abul anbiya’---sosok manusia hebat yang melahirkan anak keturunan hebat pula.

Wonten beberapa pelajaran penting dari kehidupan beliau yang bisa kita petik hikmahnya;

Pertama, Hormat kepada Orangtua.

Nabiyullah Ibrahim as mempunyai seorang ayah bernama Azar. Ketika masih kecil, Ibrahim As sudah berbeda keyakinan dengan bapaknya—yang merupakan seorang pejabat negara urusan peribadatan (utawi ingkang ngurusi patung-patung berhala). Akan tetapi, ketika menasihati ayahnya yang syirik kepada Allah, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan ketinggian budipekerti dan akhlak mulia yang ditunjukkan lewat perkataan dan sikap yang baik kepada ayahnya.

Beliau menolak kebiasaan ayahnya dan kaumnya, yang menyembah berhala dengan menggunakan kalimat pertanyaan. Wonten ing surah al-Anbiya’ (52-54) disebutkan dialog Nabi Ibrahim dengan ayahnya: 

اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ وَقَوْمِهٖ مَا هٰذِهِ التَّمَاثِيْلُ الَّتِيْٓ اَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُوْنَ

“(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Patung-patung apakah ini yang kalian tekun beribadat kepadanya?”

قَالُوا۟ وَجَدۡنَاۤ ءَابَاۤءَنَا لَهَا عَـٰبِدِینَ ۝٥٣

Mereka menjawab, "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.”

قَالَ لَقَدۡ كُنتُمۡ أَنتُمۡ وَءَابَاۤؤُكُمۡ فِی ضَلَـٰلࣲ مُّبِینࣲ ۝٥٤

Dia (Ibrahim) berkata, "Sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata."

Nabi Ibrahim AS juga menunjukkan sebuah argumen ingkang masuk akal. Beliau berkata sebagaimana yang disebutkan dalam surah As-Shaffat ayat 95: قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ

"Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu?”

Dengan kata-kata yang lembut dan masuk logis itulah, Nabi Ibrahim berharap supaya orangtua dan kaumnya bisa sadar dari kesesatan dan kemuyrikan. Bahkan, beliau juga mendoakan agar ayahnya itu mendapat hidayah dan ampunan Allah Swt.

رَبَّنَا اغۡفِرۡ لِىۡ وَلـِوَالِدَىَّ وَلِلۡمُؤۡمِنِيۡنَ يَوۡمَ يَقُوۡمُ الۡحِسَابُ

Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat)."

 

Kita, sebagai anak, terkadang berbeda pendapat atau pandangan dengan orangtua tentang suatu masalah tertentu. Seringkali, kita terbawa emosi, marah, benci, bahkan mungkin menjurus kasar kepada orangtua. Padahal, sesungguhnya perbedaan pendapat tersebut bisa diselesaikan dengan hati lapang dan keterbukaan. Padahal, perbedaan tersebut hanyalah urusan kecil—yang amat tidak sebanding dengan perbedaan keyakinan antara Nabi Ibrahim dengan ayahnya.

Pepatah Arab mengatakan: كما تدين تدان "Kamu akan diperlakukan sebagaimana kamu memperlakukan"

Keranten meniko, salah satu upaya kita nggadahi anak-anak keturunan ingkang shaleh salehah, anak-anak ingkang nurut dan berakhlakul karimah kepada orangtuanya ialah: memulai saking diri kita piyambak-piyambak. Yakni dengan cara berbuat yang baik, berkata yang sopan, lan taat dateng orangtua kita masing-masing. Fa-insya Allah, perilaku kita yang baik tersebut akan dilihat dan dados teladan anak keturunan kita; bagaimana cara memperlakukan orangtuanya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd...

Maasyirol Muslimin, jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia...

Teladan Kedua saking Nabiyullah Ibrahim ialah: Beliau adalah Sosok cerdas yang menggunakan akalnya.

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَآ إِبْرَٰهِيمَ رُشْدَهُۥ مِن قَبْلُ وَكُنَّا بِهِۦ عَٰلِمِينَ . (الأنبياء - 51

Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (diutus menjadi Nabi), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya.

Dalam Tafsir Al-Wasith, Syekh Sayyid At-Thantawi menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim sudah diberikan kecerdasan dan kemampuan untuk memilah kebaikan dan kebatilan sebelum diutus sebagai Nabi—bahkan sebelum baligh. Keistimewaan inilah yang menjadikan Nabi Ibrahim alaihissalam tetap mempertahankan tauhidnya di tengah-tengah para penyembah berhala. Beliau tidak terbawa arus keyakinan mayoritas masyarakatnya. Beliau justru berupaya melakukan perubahan dan penyadaran atas kesesatan masyarakatnya. Sikap dan prinsip ingkang teguh meniko, menjadikan beliau senantiasa berpegang teguh dan bersandar hanya kepada Allah Swt.

Kita tentu masih ingat peristiwa ketika beliau sedang dibakar api yang menyala-nyala oleh Raja Namrud. Datanglah Malaikat Jibril AS menawarkan bantuan, “Wahai Nabi Ibrahim, apa yang bisa aku bantu?”

Nabi Ibrahim menjawab, “Mohon maaf, saya tidak butuh bantuan dari Engkau, wahai Jibril. Aku hanya butuh bantuan dari Allah azza wajalla.”

Allah kemudian berfirman:

قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ (69)

“Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!”

Hingga api unggun yang menyala-nyala meniko habis dan padam, Nabi Ibrahim tetap segar bugar. Tiada satu pun anggota tubuh beliau yang terbakar. Bahkan, sehelai rambut pun tidak ada yang terbakar.

Ilmu, akal cerdas, dan pendidikan tinggi meniko tentu saja bakal memberi manfaat manakala anugerah yang diberikan Allah tersebut, kita gunakan secara baik dan benar. Jangan sampai kelebihan akal dan ilmu, membuat kita skeptis dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Apalagi malah cenderung mengikuti arus yang terjadi di masyarakat. Jika orang-orang baik, orang-orang yang berilmu tidak lagi peduli dengan permasalahan yang terjadi di sekitarnya, maka tinggal menunggu saja saat-saat ketika nilai-nilai kebaikan yang sudah berjalan bertahun-tahun, akan diganti dengan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya.

Sikap peduli pada lingkungan sekitar, akan melahirkan karakter seorang pejuang. Tentu saja, sebagai orangtua, perilaku ini akan menjadi teladan bagi anak-anak kita. Keturunan kita akan manut lan mengikuti apa yang selama ini sudah kita perjuangkan; bisa dalam bentuk urip-urip agomo utawi kebaikan di lingkungan masyarakat. Bisa jadi, kebaikan dan kesuksesan yang kita perjuangkan belum tercapai di masa kita, akan tetapi baru tercapai dan diperoleh di zaman anak cucu lan keturunan kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd...

Maasyirol Muslimin, jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia...

Peristiwa ketiga dari kisah Nabi Ibrahim ialah kesabaran dan keteguhan hati beliau ketika meninggalkan anaknya Ismail kecil bersama Sayyidah Hajar di kota area Ka’bah dengan sedikit bekal. Ketika itu, Mekah tidak berpenduduk, tanahnya tandus, air pun sangat langka untuk didapat.

Ketika Ibrahim berbalik hendak pulang, Sayyidah Hajar memanggil-manggil Ibrahim—seakan mempertanyakan keputusan beliau meninggalkan anak dan istrinya di tanah Mekah tersebut. Berulang-ulang sang istri bertanya, namun Nabi Ibrahim tidak menoleh ke belakang dan tidak menjawab.

Hingga kemudian Sayyidah Hajar bertanya, “Apakah Tuhanmu yang menyuruh Engkau?”

“Iya,” jawab Ibrahim.

“Kalau memang demikian, kami tidak akan ditinggalkan (Allah).” Ujar Sayyidah Hajar.

Bagi orang yang tidak paham, mungkin akan menganggap Nabi Ibrahim sebagai raja tega yang tidak berperasaan kepada keluarganya. Anggapan ini jelas keliru! Apa yang dilakukan Nabi Ibrahim adalah atas perintah Allah SWT. Memang, ujian ini tidak ringan bagi beliau—apalagi harus meninggalkan anak satu-satunya yang sudah dinantikan sekian puluh tahun. Keengganan Ibrahim untuk berbalik, agaknya supaya tidak makin menunjukkan kepedihannya meninggalkan mereka berdua.

Teladan atas peristiwa ini bagi kita, mungkin akan kita temukan saat orangtua untuk pertama kalinya berpisah dengan sang buah hati. Manakala orangtua melepaskan anak tersayang untuk pergi ke pondok, mencari ilmu. Peristiwa tersebut, bisa jadi amat menyedihkan. Sang anak menangis, ayah dan ibunya juga menangis. Akan tetapi, kesedihan tersebut harus ditahan. Tidak boleh ditampakkan dihadapan sang anak—demi menyongsong masa depannya yang lebih baik.

Sebagaimana Nabi Ibrahim AS ketika berpisah dengan anak dan istrinya di Mekah, beliau mendokan:

رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ.

"Ya Tuhan kami, (aku tinggalkan sebahagian keturunanku di lembah yang gersang itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berikanlah rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Maka, seyogianya orangtua harus bersabar dengan berpisah dengan ankanya. Orangtua harus senantiasa berusaha meneguhkan hati anaknya ketika menjalani kondisi yang mungkin tidak mengenakkan bagi sang anak selama di pondok. Bisa soal makanan, fasilitas kamar mandi, fasilitas kamar tidur, dan lain sebagainya. Tentu saja seraya terus mendoakan supaya sang anak menjadi anak menjadi generasi penerus yang saleh dan salehah, yang senantiasa mendirikan shalat serta diberikan rejeki yang berlimpah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd...

Maasyirol Muslimin, jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia...

Pelajaran keempat dari kisah Nabi Ibrahim terjadi ketika Nabi Ismail alaihissalam beranjak remaja. Ia menjadi seorang anak yang sholeh, taat, dan patuh kepada Allah Swt dan orangtuanya. Ketika itu, Nabi Ibrahim AS bermimpi diperintah Allah untuk menyembelih anaknya, nabi Ismail AS. Terjadilah dialog antara ayah dan anak yang merupakan sebuah hubungan lan gambaran ketaatan kepada Allah Swt. Karakter seorang ayah yang membangun sebuah komunikasi dialogis-persuasif, membuat sang anak ikut meyakini apa yang diwahyukan kepada ayahnya. Firman Allah dalam Surah As-Shaffat ayat 102:

قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ  

Artinya, “Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” 

Kita melihat bagaimana sosok Nabi Ibrahim AS, sebagai orangtua yang sudah jelas saleh dan benar. Beliau tidak serta merta melakukan perintah Allah untuk menyembelih anaknya—sekalipun beliau meyakini kebenaran wahyu tersebut. Melihat anaknya yang sudah mulai dewasa, Nabiyullah Ibrahim AS mengajak dialog anaknya. Mencoba mendengar respon sang anak atas turunnya perintah tersebut.

Kisah ini adalah contoh bagi kita sebagai orangtua ketika berhadapan dengan anak yang sudah beranjak remaja. Tidak semestinya kita ujug-ujug memaksakan kehendak dan keputusan bagi anak, sekalipun apa yang kita perintahkan itu benar. Seyogianya kita meniru Nabi Ibrahim ketika berhadapan dengan sang anak. Yakni tetap menggunakan pendekatan dialogis, berkomunikasi dan bermusyawarah dengan baik—supaya anak bisa menerima apa yang mesti kita putuskan baginya.

Seringkali, seorang anak melawan dan menentang keputusan orangtuanya, bukan karena keputusan itu buruk. Akan tetapi, karena orangtua yang gagal memberikan penjelasan atau alasan-alasan logis kepada anak. Padahal, seandainya sebuah keputusan disampaikan dengan cara yang baik dan dialogis, anak akan cenderung menerima keputusan tersebut—bahkan justru menghargai dan semakin hormat kepada orangtuanya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd...

Maasyirol Muslimin, jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia...

Keteladanan kelima atau yang terakhir saking sosok Nabi Ibrahim AS ialah beliau seorang pribadi yang dermawan, loman, dan sangat memuliakan tamu. Dikisahkan; ketika tengah malam, waktu di mana umumnya orang beristirahat, rumah Nabi Ibrahim AS diketuk tamu. Beliau tetap menjawab salam dan membukakan pintu untuk tamu tidak diundang tersebut. Saat membukakan pintu, Nabi Ibrahim AS ternyata tidak mengenal sama sekali sinten ingkang berdiri di depan pintu rumah beliau. Luar biasanya akhlak Nabi Ibrahim, tanpa banyak bertanya beliau mempersilakan tamunya masuk.

Tidak sampai di situ, Nabi Ibrahim AS lantas menjamu tamu tersebut dengan menu terbaik. Beliau dan istrinya bahkan sampai menyembelih seekor anak sapi untuk diolah menjadi gulai demi menjamu tamunya. Makanan terbaik pun disuguhkan. Akan tetapi, bukannya langsung dilahap, tamu Nabi Ibrahim AS hanya memerhatikan suguhan gulai dari bapak sang Khalilullah. Barulah Nabi Ibrahim sadar, tamunya adalah para malaikat yang sedang menyamar menjadi sosok manusia.

Di kisah lainnya, Nabi Ibrahim terkenal tidak mau makan jika tidak bersama orang lain. Sehingga, kita memasak beliau akan menyediakan porsi yang sangat banyak. Dalam sebuah riwayat, porsi masakannya bisa untuk ratusan orang. Tujuan beliau ialah supaya bisa memberi makan masyarakat di sekitar beliau. Kedermawanan dan kebaikan beliau ini membuatnya sangat dicintai oleh masyarakat. Tentu saja, berefek kebaikan bagi anak keturunanya.

Maasyirol Muslimin, jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia...

Dalam sebuah ceramah pengajian, Almarhum Kiai Imam Syaerozi Babat bercerita; bahwa beliau pada waktu kecil, bukanlah anak yang pandai. Beliau anak yang biasa-biasa saja. Akan tetapi, ada satu kebiasaan yang paling beliau ingat dari ibundanya. Hampir setiap hari, ketika berangkat sekolah, ibundanya membekali Yai Imam Syaerozi kecil dengan jajan-jajanan; bisa ote-ote, godho gedang, atau sejenis lainnya. Jajanan tersebut dibawa Yai Imam Syaerozi ke sekolah untuk diberikan pada guru-gurunya di kantor. Kebiasaan seperti itu berlangsung terus menerus hingga beliau lulus sekolah.

Beliau, Imam Syaerozi menyatakan bahwa bisa jadi beliau bisa seperti saat ini, punya ilmu tinggi, mampu berdakwah kemana-mana, salah satunya ialah berkah doa dari para gurunya. Tentu saja, para bapak-ibu guru di sekolah akan sangat berterima kasih dan bersyukur terhadap pemberian jajanan tersebut. Rasa syukur dan keikhlasan yang kemudian melahirkan doa tulus bagi anak yang membawakan jajanan tersebut.

Dua contoh cerita terakhir di atas, setidaknya saget dados teladan dan pelajaran bagi kita bagaimana caranya supaya cita-cita nggadahi anak keturunan ingkang saleh dan salehah, sukses dunia hingga akhirat bisa kita wujudkan. Amin ya Rabbal alamin...

Maasyirol Muslimin, jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah...

Demikian khutbah Idul Adha yang mengangkat tentang keteladanan Nabi Ibrahim sebagai sosok yang sukses mempunyai keturunan para nabi dan orang-orang sholeh. Semoga bisa menambah pengetahuan kita sekaligus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dan semoga Allah swt senantiasa menurunkan hidayah dan rezeki-Nya kepada kita sehingga kita bisa menjalankan tugas kita untuk beribadah khususnya mampu untuk melakukan ibadah haji dan berkurban. Amin ya Rabbal alamin.

   بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم 

 

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)