Akal Waras
• Akal Waras •
Kitab Al-Hikam adalah salah satu contoh karya yang dihasilkan dari akal yang benar-benar waras. Isinya, mestinya biasa dan normal-normal saja, bagi orang yang akalnya waras.
Tapi, menjadi sulit dimengerti bagi yang akalnya tidak waras.
Misalnya,
Pada Hikmah ke 126:
منعك أن تدعي ما ليس لك -- مما للمخلوقين. أفيبيح لك أن تدعي وصفة ، وهو رب العالمين؟؟!
...
Allah SWT melarang kita mengambil uang orang lain, padahal sama-sama makhluknya.
Allah SWT melarang kita mengklaim barang yang dimiliki orang lain, padahal dia itu statusnya sama-sama makhluknya dengan kita.
Maka, pastinya Allah lebih melarang kita mengambil sesuatu yang menjadi hak Allah.
Contoh,
Yang berhak menentukan nasib seseorang itu husnul khotimah atau suul khotimah, hanyalah Allah.
Maka, jangan sok-sok an mengambil hak Allah dengan mengatakan orang lain (yang fasiq) pasti suul khotimah.
Contoh lagi.
Yang berhak menentukan nasib seseorang ahli surga atau ahli neraka itu Allah SWT.
Maka, jangan sok-sok an kita menyebut si A itu ahli neraka atau si B ahli surga. Sebab, itu sama saja kita telah melewatkan akal waras kita dengan cara mengambil hak Allah.
Padahal, mengambil hak orang lain--yang sesama makhluk saja gak boleh. Apalagi mengambil hak Dzat yang menciptakan makhluk. Dzat yang menguasai jagat raya.
Demikian pula contoh-contoh hikmah lainnya dalam kitab al-Hikam.
Semuanya menunjukkan karakter akal waras.
Babat, 3 Pebruari 2019
@mskholid
~ disarikan dari ngaji bareng Gus Baha' #qashas_1-10
Kitab Al-Hikam adalah salah satu contoh karya yang dihasilkan dari akal yang benar-benar waras. Isinya, mestinya biasa dan normal-normal saja, bagi orang yang akalnya waras.
Tapi, menjadi sulit dimengerti bagi yang akalnya tidak waras.
Misalnya,
Pada Hikmah ke 126:
منعك أن تدعي ما ليس لك -- مما للمخلوقين. أفيبيح لك أن تدعي وصفة ، وهو رب العالمين؟؟!
...
Allah SWT melarang kita mengambil uang orang lain, padahal sama-sama makhluknya.
Allah SWT melarang kita mengklaim barang yang dimiliki orang lain, padahal dia itu statusnya sama-sama makhluknya dengan kita.
Maka, pastinya Allah lebih melarang kita mengambil sesuatu yang menjadi hak Allah.
Contoh,
Yang berhak menentukan nasib seseorang itu husnul khotimah atau suul khotimah, hanyalah Allah.
Maka, jangan sok-sok an mengambil hak Allah dengan mengatakan orang lain (yang fasiq) pasti suul khotimah.
Contoh lagi.
Yang berhak menentukan nasib seseorang ahli surga atau ahli neraka itu Allah SWT.
Maka, jangan sok-sok an kita menyebut si A itu ahli neraka atau si B ahli surga. Sebab, itu sama saja kita telah melewatkan akal waras kita dengan cara mengambil hak Allah.
Padahal, mengambil hak orang lain--yang sesama makhluk saja gak boleh. Apalagi mengambil hak Dzat yang menciptakan makhluk. Dzat yang menguasai jagat raya.
Demikian pula contoh-contoh hikmah lainnya dalam kitab al-Hikam.
Semuanya menunjukkan karakter akal waras.
Babat, 3 Pebruari 2019
@mskholid
~ disarikan dari ngaji bareng Gus Baha' #qashas_1-10