Khutbah Jumat: Spesial Tahun Baru - Tanda-tanda Zaman Fitnah
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السّلَامِ،
وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الْكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا
الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْجَلَالِ وَالْإكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأَصْحَابِهِ
وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الْإِخْوَانِ، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي
اْلقُرْاٰنِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيْمًا. وَقَالَ تَعَالَى: وَاِنْ كَانَ ذُوْ عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ اِلٰى
مَيْسَرَةٍۗ وَاَنْ تَصَدَّقُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
(البقرة: ٢٨٠)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali
khutbah pada siang ingkang penuh keberkahan meniko, khatib wasiat
kangge kitho sedoyo. Anggen kitha senantiasa berusaha meningkatkan kualitas
imanan lan takwa dumateng Allah SWT. Dengan cara ngelampahi kewajiban-kewajiban
lan nilar utawi nebihi sedoyo perbuatan ingkang diharamkan.
Hadirin jama’ah
shalat Jumat rahimakumullah,
Seminggu
sudah kita memasuki tahun baru 2022. Sebagian orang merayakan pergantian tahun
kaleyan pesta, hura-hura, menyalakan kembang api, lan aneka macam ungkapan
kebahagian lainnya. Sedangkan kitho, umat Islam sebaliknya; mengikuti pergantian
tahun lan perjalanan waktu kaleyan kewaspadaan, lan siap-siap menghadapi berbagai
macam ujian utawi fitnah baru ingkang bakal kita hadapi.
Bagaimana tidak. Tahun berganti tahun, masa berganti
masa, merupakan tanda beleh kitho sedang memasuki zaman utawi periode ingkang
semakin buruk di bandingkan tahun sebelumnya. Hal meniko sesuai kaleyan sabda
Baginda Rasulullah saw wonten ing Kitab Shahih Bukhari:
فَإِنَّهُ لَا
يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى
تَلْقَوْا رَبَّكُمْ
“Sungguh tidak akan datang suatu zaman kepada kalian, melainkan zaman
setelahnya itu lebih buruk daripadanya, sampai kalian menjumpai Rabb kalian.”
Keranten meniko, berdasarkan hadist Nabi Muhammad saw di
atas, secara umum, kondisi tahun 2021 pasti lebih buruk dibandingkan tahun
2020. Tahun 2022 meniko mesti lebih buruk dibandingkan tahun 2021 yang lalu. Begitu
seterusnya, ngantos tiba hari Kiamat kelak.
Pertanyaannya, nopo tolok ukur ingkang digunakan kangge
menyebut “lebih buruk” dalam hadits tersebut? Padahal, zaman sekarang kita
tingali; semakin banyak bangunan tinggi lan megah, teknologi makin canggih,
kendaraaan semakin cepat dan mewah.
Hadirin jama’ah
shalat Jumat rahimakumullah,
Baik buruknya dunia, mboten diukur dengan benda-benda
yang sifatnya material utawi perkembangan teknologi lan sains. Melainkan saking
kondisi manusianya. Baik buruknya dunia, dalam pandangan Agami Islam, dipun
tingali dengan bagaimana akhlak lan perbuatan manusia wonten ing dunia meniko. Kita
sama-sama melihat di sekitar kita; kualitas manusia yang makin menurun, semakin
banyak ingkang berkelakukan buruk, makin banyak pelaku maksiat ingkang mboten
sungkan-sungkan maleh, dan sebaliknya, makin banyak orang-orang alim lan sholeh
ingkang diwafatkan oleh Allah SWT.
Keadaan meniko akan terus berlanjut, hingga tibanya zaman
FITNAH—yang terjadi menjelang Hari Kiamat kelak. Zaman Fitnah itulah ingkang ditakuti
oleh orang-orang shalih sejak ratusan tahun lampau. Para ulama mewanti-wanti
jangan sampai kita menemui zaman tersebut. Lantas, apakah tahun 2021 atau 2022
meniko sudah masuk zaman fitnah?
Monggo sareng-sareng kitha cermati tanda-tanda zaman
fitnah, sebagaimana ingkang dipun kabarkan oleh Baginda Rasulullah saw. Wonten
ing kitab Shahih Ibnu Hibban dipun sebutkan:
إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا، وَهَوًى مُتَّبَعًا، وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً،
وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ، فَعَلَيْكَ نَفْسَكَ، وَدَعْ أَمْرَ
الْعَوَامِّ، فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا، الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ
قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ، لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلاً
يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ.
“Apabila kamu melihat orang yang bakhil ditaati, hawa
nafsu diikuti, dunia yang diutamakan, dan ketakjuban seseorang terhadap pendapatnya
sendiri. Maka tetaplah pada kemandirian diri sendiri. Tinggalkanlah perkara
orang awam. Sebab sesungguhnya di balik kalian itu terdapat hari-hari
(kesabaran yang berpahala). Sabar pada hari-hari tersebut bagaikan memegang
bara api. Orang yang beramal pada hari itu mendapatkan pahala seperti pahala
lima puluh orang yang mengerjakan amalan yang serupa.”
Hadirin jama’ah
shalat Jumat rahimakumullah,
Saking hadits di atas, wonten empat perkara ingkang dados
tanda zaman fitnah utawi zaman edan.
Ingkang pertama, إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا
Ketika engkau melihat sifat kikir yang dituruti. Hal meniko menggambarkan kehidupan kapitalis. Inkang nggadahi prinsip bahwa
segalanya dihitung dengan materi atau uang. Manusia berusaha mengeruk
keuntungan sak kathah-kathahe, tanpa memedulikan nasib orang lain.
Dahulu, masyarakat suka saling weweh; saling
memberi. Punya makanan utawi nopo, pasti tetangga ikut merasakan. Sehingga dalam
masyarakat Jawa wonten unen-unen; “Pager mangkok luweh kuat timbang pager
tembok”. Sementara hari ini, di beberapa kalangan masyarakat mulai kita
lihat hampir semuanya dihitung kaleyan kalkulator ekonomi; selalu hitung-hitungan
untung berapa, hitung-hitungan dapat apa.
Ingkang nomer kaleh inggih meniko: وَهَوًى مُتَّبَعًا
Hawa Nafsu ingkang diikuti. Kondisi meniko menggambarkan gaya hidup hedonisme. Manusia menuruti apapun
kesenangan hidupnya tanpo mikir halal utawi haram. Laki-laki lan perempuan
makin berani memamerkan hal yang dilarang agama di media sosial. Bahkan semakin
viral, semakin senang dan bangga—padahal hal itu adalah larangan agama.
Dalam bentuk lain, mengikuti hawa nafsu ugi saget
kita gambarkan kaleyan tiyang ingkang memaksakan diri membeli barang ini lan
itu, membangun ini dan itu—hanya demi gengsi. Padahal, piyambak e dalam kondisi
tidak mampu.
Hadirin jama’ah
shalat Jumat rahimakumullah,
Ingkang Ketiga; وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً
Urusan dunia lebih dipun pentingkan daripada
urusan akhirat. Artosipun; manusia ketika repot
sedikit urusan dunia, sudah berani meninggalkan sholat. Bahkan, terkadang wonten
pengantin ingkang mboten sholat seharian gara-gara kuatir bedaknya hilang
terbasuh air wudhu. Atau ada yang ikut perayaan karnavalan, ngantos
meninggalkan sholat. Naudzu billah min dzalik.
Mugi-mugi kitho dijaga Allah saget terus
istiqomah menjaga sholat, jangan sampai bolong-bolong. Amergi sholat meniko
adalah ibadah ingkang pertama kali bakal dihisab wonten ing akhirat kelak.
Perkara Keempat (terakhir), وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ
Setiap orang mengagumi pendapatnya sendiri. Kondisi meniko menggambarkan hilangnya kepakaran.
Amergi, tiap orang merasa dirinya pakar atau ahli dalam bidang tertentu. Nopo
maleh sejak zaman media sosial. Wonten pemuda ingkang baru belajar agama dari
buku terjemahan, sampun berani menyebut Imam Syafii dan Imam Nawawi tidak
sesuai Al-Quran dan Sunnah. Atau pemuda ingkang sampun berani nuduh sesat
santri-santri senior ingkang puluhan tahun mondok lan mempelajari kitab kuning.
Ugi wonten orang yang seumur-umur mboten sekalipun
sekolah bidang kesehatan, ananging dengan percaya diri membantah hasil penelitian
dokter ingkang kuliah dan berpengalaman berpuluh tahun. Sarjana pendidikan
menyalahkan ahli ekonomi nasional, sarjana pertanian membid’ah-bid’ahkan
amaliyah para ulama dan kiai pesantren dan lain sebagainya.
Keadaan meniko, ibarat tukang tambal ban ingkang
merasa lebih ahli dan jago dibanding para profesor pembuat pesawat terbang.
Hadirin jama’ah
shalat Jumat rahimakumullah,
Menawi tanda-tanda di atas kita temui, nopo ingkang mesti
kita lakukan?
Pesan baginda Rasulullah saw: فَعَلَيْكَ نَفْسَكَ، وَدَعْ أَمْرَ الْعَوَامِّ،
“Jagalah dirimu dan tinggalkan urusan orang awam.”
Kanjeng Rasul saw mewasiatkan kita supaya fokus menjaga
agama kita sendiri dan keluarga. Menjaga istri, anak-anak, lan sedoyo tiyang
ingkang dados tanggung jawab kitho; supados mboten mudah ikut-ikutan arus yang
berkembang di kalangan masyarakat umum.
Wonten ing hadis lainnya, Baginda Rasul saw berwasiat:
اِلزَمْ بيتَكَ وَأَملِكْ عليكَ لسانَكَ
Berdiamlah di rumah, dalam artian fokuslah mengurus
keluarga . Jagalah lisan; mboten usah ikut-ikutan komentar dalam perkawis-perkawis
ingkang mboten kita ketahui.
Sebab, setelah zaman fitnah meniko bakal datang zaman
kesabaran. Di mana tiyang ingkang melaksanakan ajaran Agama Islam di zaman itu
pastinya sagat berat. Sulitnya bagaikan menggenggam bara api. Dipegang panas, tetapi
kalau dilepaskan akan padam.
Akan tetapi, kabar baiknya, tiyang ingkang saget
melaksanakan aturan lan ajaran agama pada zaman fitnah meniko, bakal diberikan
pahala 50 kali lipat dibanding sebelum zaman fitnah.
Pada akhirnya, monggo sareng-sareng kita saling mendoakan
semoga kitho lan sedoyo keluarga kita senantiasa diberikan nikmat iman. Senantiasa
mendapatkan petunjuk dan perlindungan saking Allah SWT. Amin ya Rabbal
alamin...
اعوذ بالله
من الشيطان الرجيم. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ ۖ لَا
يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا
فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
بارك الله
لي ولكم في القرآن العظيم ، ونفعنا فيه من الآيات والذكر الحكيم . أقوا قولي هذا
وأستغفر الله العظيم لي ولكم ولوالدينا ولجميع المسلمين. فاستغفروه إنه هو الغفور
الرحيم.