Friday, January 7, 2022

Khutbah Jumat: Spesial Tahun Baru - Tanda-tanda Zaman Fitnah

 Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السّلَامِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الْكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْجَلَالِ وَالْإكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الْإِخْوَانِ، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْاٰنِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. وَقَالَ تَعَالَى: وَاِنْ كَانَ ذُوْ عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ اِلٰى مَيْسَرَةٍۗ وَاَنْ تَصَدَّقُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ (البقرة: ٢٨٠)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang ingkang penuh keberkahan meniko, khatib wasiat kangge kitho sedoyo. Anggen kitha senantiasa berusaha meningkatkan kualitas imanan lan takwa dumateng Allah SWT. Dengan cara ngelampahi kewajiban-kewajiban lan nilar utawi nebihi sedoyo perbuatan ingkang diharamkan.  

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Seminggu sudah kita memasuki tahun baru 2022. Sebagian orang merayakan pergantian tahun kaleyan pesta, hura-hura, menyalakan kembang api, lan aneka macam ungkapan kebahagian lainnya. Sedangkan kitho, umat Islam sebaliknya; mengikuti pergantian tahun lan perjalanan waktu kaleyan kewaspadaan, lan siap-siap menghadapi berbagai macam ujian utawi fitnah baru ingkang bakal kita hadapi.

Bagaimana tidak. Tahun berganti tahun, masa berganti masa, merupakan tanda beleh kitho sedang memasuki zaman utawi periode ingkang semakin buruk di bandingkan tahun sebelumnya. Hal meniko sesuai kaleyan sabda Baginda Rasulullah saw wonten ing Kitab Shahih Bukhari:

فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ

“Sungguh tidak akan datang suatu zaman kepada kalian, melainkan zaman setelahnya itu lebih buruk daripadanya, sampai kalian menjumpai Rabb kalian.”

Keranten meniko, berdasarkan hadist Nabi Muhammad saw di atas, secara umum, kondisi tahun 2021 pasti lebih buruk dibandingkan tahun 2020. Tahun 2022 meniko mesti lebih buruk dibandingkan tahun 2021 yang lalu. Begitu seterusnya, ngantos tiba hari Kiamat kelak.

Pertanyaannya, nopo tolok ukur ingkang digunakan kangge menyebut “lebih buruk” dalam hadits tersebut? Padahal, zaman sekarang kita tingali; semakin banyak bangunan tinggi lan megah, teknologi makin canggih, kendaraaan semakin cepat dan mewah.

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Baik buruknya dunia, mboten diukur dengan benda-benda yang sifatnya material utawi perkembangan teknologi lan sains. Melainkan saking kondisi manusianya. Baik buruknya dunia, dalam pandangan Agami Islam, dipun tingali dengan bagaimana akhlak lan perbuatan manusia wonten ing dunia meniko. Kita sama-sama melihat di sekitar kita; kualitas manusia yang makin menurun, semakin banyak ingkang berkelakukan buruk, makin banyak pelaku maksiat ingkang mboten sungkan-sungkan maleh, dan sebaliknya, makin banyak orang-orang alim lan sholeh ingkang diwafatkan oleh Allah SWT.

Keadaan meniko akan terus berlanjut, hingga tibanya zaman FITNAH—yang terjadi menjelang Hari Kiamat kelak. Zaman Fitnah itulah ingkang ditakuti oleh orang-orang shalih sejak ratusan tahun lampau. Para ulama mewanti-wanti jangan sampai kita menemui zaman tersebut. Lantas, apakah tahun 2021 atau 2022 meniko sudah masuk zaman fitnah?

Monggo sareng-sareng kitha cermati tanda-tanda zaman fitnah, sebagaimana ingkang dipun kabarkan oleh Baginda Rasulullah saw. Wonten ing kitab Shahih Ibnu Hibban dipun sebutkan:

إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا، وَهَوًى مُتَّبَعًا، وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً، وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ، فَعَلَيْكَ نَفْسَكَ، وَدَعْ أَمْرَ الْعَوَامِّ، فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا، الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ، لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلاً يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ.

“Apabila kamu melihat orang yang bakhil ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia yang diutamakan, dan ketakjuban seseorang terhadap pendapatnya sendiri. Maka tetaplah pada kemandirian diri sendiri. Tinggalkanlah perkara orang awam. Sebab sesungguhnya di balik kalian itu terdapat hari-hari (kesabaran yang berpahala). Sabar pada hari-hari tersebut bagaikan memegang bara api. Orang yang beramal pada hari itu mendapatkan pahala seperti pahala lima puluh orang yang mengerjakan amalan yang serupa.”

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Saking hadits di atas, wonten empat perkara ingkang dados tanda zaman fitnah utawi zaman edan.

Ingkang pertama, إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا

Ketika engkau melihat sifat kikir yang dituruti. Hal meniko menggambarkan kehidupan kapitalis. Inkang nggadahi prinsip bahwa segalanya dihitung dengan materi atau uang. Manusia berusaha mengeruk keuntungan sak kathah-kathahe, tanpa memedulikan nasib orang lain.

Dahulu, masyarakat suka saling weweh; saling memberi. Punya makanan utawi nopo, pasti tetangga ikut merasakan. Sehingga dalam masyarakat Jawa wonten unen-unen; “Pager mangkok luweh kuat timbang pager tembok”. Sementara hari ini, di beberapa kalangan masyarakat mulai kita lihat hampir semuanya dihitung kaleyan kalkulator ekonomi; selalu hitung-hitungan untung berapa, hitung-hitungan dapat apa.

Ingkang nomer kaleh inggih meniko: وَهَوًى مُتَّبَعًا

Hawa Nafsu ingkang diikuti. Kondisi meniko menggambarkan gaya hidup hedonisme. Manusia menuruti apapun kesenangan hidupnya tanpo mikir halal utawi haram. Laki-laki lan perempuan makin berani memamerkan hal yang dilarang agama di media sosial. Bahkan semakin viral, semakin senang dan bangga—padahal hal itu adalah larangan agama.

Dalam bentuk lain, mengikuti hawa nafsu ugi saget kita gambarkan kaleyan tiyang ingkang memaksakan diri membeli barang ini lan itu, membangun ini dan itu—hanya demi gengsi. Padahal, piyambak e dalam kondisi tidak mampu.

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Ingkang Ketiga; وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً

Urusan dunia lebih dipun pentingkan daripada urusan akhirat. Artosipun; manusia ketika repot sedikit urusan dunia, sudah berani meninggalkan sholat. Bahkan, terkadang wonten pengantin ingkang mboten sholat seharian gara-gara kuatir bedaknya hilang terbasuh air wudhu. Atau ada yang ikut perayaan karnavalan, ngantos meninggalkan sholat. Naudzu billah min dzalik.

Mugi-mugi kitho dijaga Allah saget terus istiqomah menjaga sholat, jangan sampai bolong-bolong. Amergi sholat meniko adalah ibadah ingkang pertama kali bakal dihisab wonten ing akhirat kelak.

Perkara Keempat (terakhir), وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ

Setiap orang mengagumi pendapatnya sendiri. Kondisi meniko menggambarkan hilangnya kepakaran. Amergi, tiap orang merasa dirinya pakar atau ahli dalam bidang tertentu. Nopo maleh sejak zaman media sosial. Wonten pemuda ingkang baru belajar agama dari buku terjemahan, sampun berani menyebut Imam Syafii dan Imam Nawawi tidak sesuai Al-Quran dan Sunnah. Atau pemuda ingkang sampun berani nuduh sesat santri-santri senior ingkang puluhan tahun mondok lan mempelajari kitab kuning.

Ugi wonten orang yang seumur-umur mboten sekalipun sekolah bidang kesehatan, ananging dengan percaya diri membantah hasil penelitian dokter ingkang kuliah dan berpengalaman berpuluh tahun. Sarjana pendidikan menyalahkan ahli ekonomi nasional, sarjana pertanian membid’ah-bid’ahkan amaliyah para ulama dan kiai pesantren dan lain sebagainya.

Keadaan meniko, ibarat tukang tambal ban ingkang merasa lebih ahli dan jago dibanding para profesor pembuat pesawat terbang.  

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Menawi tanda-tanda di atas kita temui, nopo ingkang mesti kita lakukan?

Pesan baginda Rasulullah saw: فَعَلَيْكَ نَفْسَكَ، وَدَعْ أَمْرَ الْعَوَامِّ،

“Jagalah dirimu dan tinggalkan urusan orang awam.”

Kanjeng Rasul saw mewasiatkan kita supaya fokus menjaga agama kita sendiri dan keluarga. Menjaga istri, anak-anak, lan sedoyo tiyang ingkang dados tanggung jawab kitho; supados mboten mudah ikut-ikutan arus yang berkembang di kalangan masyarakat umum.

Wonten ing hadis lainnya, Baginda Rasul saw berwasiat:

اِلزَمْ بيتَكَ وَأَملِكْ عليكَ لسانَكَ

Berdiamlah di rumah, dalam artian fokuslah mengurus keluarga . Jagalah lisan; mboten usah ikut-ikutan komentar dalam perkawis-perkawis ingkang mboten kita ketahui.

Sebab, setelah zaman fitnah meniko bakal datang zaman kesabaran. Di mana tiyang ingkang melaksanakan ajaran Agama Islam di zaman itu pastinya sagat berat. Sulitnya bagaikan menggenggam bara api. Dipegang panas, tetapi kalau dilepaskan akan padam.

Akan tetapi, kabar baiknya, tiyang ingkang saget melaksanakan aturan lan ajaran agama pada zaman fitnah meniko, bakal diberikan pahala 50 kali lipat dibanding sebelum zaman fitnah.

Pada akhirnya, monggo sareng-sareng kita saling mendoakan semoga kitho lan sedoyo keluarga kita senantiasa diberikan nikmat iman. Senantiasa mendapatkan petunjuk dan perlindungan saking Allah SWT. Amin ya Rabbal alamin...

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ، ونفعنا فيه من الآيات والذكر الحكيم . أقوا قولي هذا وأستغفر الله العظيم لي ولكم ولوالدينا ولجميع المسلمين. فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

Friday, December 10, 2021

Khutbah Jumat Bahasa Jawa Campuran: Mengurai Kesulitan Orang Lain

 

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السّلَامِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الْكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْجَلَالِ وَالْإكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الْإِخْوَانِ، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْاٰنِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. وَقَالَ تَعَالَى: وَاِنْ كَانَ ذُوْ عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ اِلٰى مَيْسَرَةٍۗ وَاَنْ تَصَدَّقُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ (البقرة: ٢٨٠)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang ingkang penuh keberkahan meniko, khatib wasiat kangge kitho sedoyo. Anggen kitha senantiasa berusaha meningkatkan kualitas imanan lan takwa dumateng Allah SWT. Dengan cara ngelampahi kewajiban-kewajiban lan nilar utawi nebihi sedoyo perbuatan ingkang diharamkan.  

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Musibah akibat gunung berapi lan banyaknya bantuan ingkang datang kangge para korban yang terdampak, mengingatkan kitha akan sabda Baginda Rasulullah saw.:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ (رواه مسلم)  

Ingkang artosipun: “Barang siapa meringankan suatu kesulitan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan merringankan baginya kesulitan di antara kesulitan-kesulitan di hari kiamat. Barang siapa memudahkan bagi orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan baginya urusan di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)  

Hadits di atas menunjukkan beleh balasan kebaikan ingkang diberikan Allah SWT kepada seorang hamba akan berlipat ganda nilainya kelak di alam akhirat. Betapa tidak, bantuan wonten ing dunia tersebut bakal dibalas Allah SWT dengan bantuan-bantuan manakala kitho mengalami kesulitan-kesulitan besar wonten ing alam akhirat.

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Wonten nash-nash ingkang nggadah makna dengan dengan hadits di atas. Di antaranya ialah hadits riwayat Imam al-Bukhari:

إنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ (رواه البخاري)  

Artosipun: “Sesungguhnya Allah menyayangi di antara hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR. al Bukhari)

Begitu pula hadits ingkang dipun riwayatkan Imam Muslim:   إنَّ اللهَ يُعَذِّبُ الَّذِيْنَ يُعَذِّبُوْنَ النَّاسَ فِي الدُّنْيَا (رواه مسلم)  

Artosipun: “Sesungguhnya Allah akan menyiksa orang-orang yang menyiksa orang lain di dunia.” (HR. Muslim)

Kurbah ingkang disebutkan wonten ing hadits di atas artinya adalah kesulitan besar yang menyebabkan seseorang dirundung kebingungan dan kesedihan. Sementara Tanfiis (saking kata naffasa-yunaffisu-tanfisan) maksudnya inggih meniko meringankan beban seseorang dari kesulitan tersebut. Sedangkan tafriij (farraja-yufarriju-tafrijan) maksudnya lebih besar dari itu; yakni menghilangkan kesulitan dari seseorang sehingga sirna kegundahan lan kesedihannya. Jadi, balasan dari tanfiis adalah tanfiis wonten ing akhirat dan balasan dari tafriij adalah tafriij pula di akhirat. Semakin besar manfaat bantuan ingkang kita berikan dateng orang lain, mongko semakin besar pula pertolongaan Allah dateng kitho kelak wonten ing alam akhirat.

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dari hadits saking sahabat Anas ra. : Dipun ceritakan bahwa suatu salah seorang penghuni surga di hari kiamat melihat-lihat ke arah penduduk neraka. Lalu salah setunggal penghuni neraka berseru memanggilnya: “Wahai fulan, apakah engkau mengenaliku?” Penghuni surga pun menjawab: “Tidak, aku tidak mengenalimu, siapa engkau?”

Penghuni neraka itu lalu berkata: “Aku orang yang pernah bertemu denganmu di dunia. Ketika itu, engkau meminta seteguk air dariku. Lalu, aku memberikan air kepadamu.”

Penghuni surga itu kemudian menjawab: “Ya, aku kenal.”

Lalu penghuni neraka itu pun meminta: “(Jika begitu) mohonkanlah pertolongan dari Allah untukku.”

Si penghunisurga lantas memohon kepada Allah: “Ya Allah, jadikanlah aku pemberi syafaat untuknya.” Allah  SWT mengabulkan permintaan tersebut. Sehingga tiyang penghuni neraka meniko dikeluarkan saking neraka.”  

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Tentu saja, buanyak sekali kesulitan ingkang bakal kitha hadapi semenjak dibangkitkan dari alam kubur. Dimulai dengan berkumpul wonten ing padang mahsyar, menghadapi sengatan panas karena matahari didekatkan hingga di atas kepala, penimbangan amal, hingga ketika harus melewati jembatan shiratal mustaqim. Sedoyo meniko beberapa contoh kesulitan ingkang bakal kita hadapi kelak.

Wonten ing kitab Shahih al-Bukhari: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

   يَعْرَقُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُم فِي الْأَرْضِ سَبْعِيْنَ ذراعًا، وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ (رواه البخاري)  

Maknanya: “Banyak orang yang bercucuran keringat di hari kiamat hingga menetes di tanah setinggi 70 hasta dan bahkan ada keringat yang menenggelamkan seseorang hingga tingginya mencapai telinga-telinga mereka” (HR. al-Bukhari)  

Wonten ing Kitab Shahih Muslim ugi disebutkan Kanjeng Rasulullah bersabda:

   تُدْنِي الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ فَيَكُوْن النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا (رواه مسلم)  

Artosipun: “Pada hari kiamat, matahari akan mendekat kepada para hamba sehingga jaraknya dari mereka sekitar satu mil, maka orang-orang akan bercucuran keringat sesuai dengan amal mereka, di antara mereka ada yang keringatnya mencapai kedua mata kaki, ada yang mencapai dua lutut, ada yang mencapai dada dan ada yang terkekang mulutnya dengan keringatnya.” (HR. Muslim)

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Alquran dan Hadits memberikan contoh sikap memudahkan orang yang sedang kesulitan di dunia dalam hal urusan harta.

Ingkang Pertama, dipun sebutkan dalam surat Albaqoroh ayat 280. وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إلَىَ مَيْسَرَةٍ (البقرة: ٢٨٠)  

Artosipun: “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan.” (QS. Al-Baqarah: 280). Kita disebut sedang memberikan kemudahan para orang yang berhutang, dengan cara memberikan waktu penundaan hingga piyambak e mempunyai kemampuan membayar hutangnya.

Utawi sikap yang kedua, yang lebih ekstrim lagi; yakni dengan cara membebaskannya dari tanggungannya.

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Membantu, menolong, lan mengatasi kesulitan-kesulitan orang lain, bukanlah hal yang mudah. Bahkan bisa disebut saangat berat. Nopo maleh jika kita mboten nggadahi kepentingan utawi urusan terhadap orang tersebut. Tetapi, sebelum kami akhiri khutbah meniko. Monggo kita cermati sebuah kaidah yang berbunyi: الأجر بقدر الطاقة

“Nilai balasan utawi pahala itu sebanding dengan kesulitan yang perlukan.” Semakin berat amalnya, semakin berat pula balasan utawi pahala yang bakal diberikan Allah kepada kita semua.

Mekaten khutbah singkat pada siang hari ingkang penuh keberkahan ini. Mugi-mugi bermanfaat lan dados pengiling kangge kita sedoyo. Laaaan, kita doakan mudah-mudahan saudara-saudara kita ingkang terkena dan terdampak musibah gunung Semeru, diberi ketabahan dan kesabaran serta jalan keluar dan kemudahan. Amin ya Rabbal alamin....    أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.  

 

Khutbah II

 اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا  .

أَمَّا بَعْدُ فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وقال النبي ص.م. : مَنْ أَرَادَ أَنْ تُسْتَجَابَ دَعْوَتُهُ وَأَنْ تكُشَفَ كُرْبَتُهُ فَلْيُفَرِّجْ عَنْ مُعْسِرٍ. (رواه أحمد)

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ  

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر 

Tuesday, December 7, 2021

Hadits 2: Keutamaan Kalimat Tauhid: Lubabul Hadits

 Hadits 2:

Keutamaan Kalimat Tauhid:
مَنْ قَالَ كُلَّ يَوْمٍ لاَ اِلَهَ إلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ مِائَةَ مَرَّة جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ.
“Siapa yang setiap hari membaca laa ilaaha illa Allah Muhammad rasulullah seratus kali, maka di hari Kiamat wajahnya seperti rembulan di malam purnama.”
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menyebutkan; seandainya orang-orang yang sudah mati dikubur itu dihidupkan.
Lalu ditanya, "Sampean pengen apa?"
Jawab mereka hanya satu, "Saya ingin mengucapkan La ilāha illallāh secara ikhlas dari lubuk hati terdalam."
Kenapa begitu,
Karena kalimat Tauhid yang diucapkan dengan ikhlas inilah yang abadi. Bisa menjadi penolong dan pelindung kita di alam kubur--hingga akhirat.
Kalimat Tauhid ini harus menjadi dasar hidup dan mati kita. Kalimatu haqqin alaiha nahya wa alaiha namut.
Bahkan, kalimat yang nampak sederhana ini menjadi tembok pemisah antara kufur dan iman. Menjadi pengalih status seseorang haram darahnya, haram hartanya, dan haram kehormatannya.
Tepatlah kemudian ketika di sebuah syair disebutkan bahwa:
مفتاح الجنة لا إله إلا الله
Kuncinya surga adalah Lailaha illallah...
Ini jelas sekali disebutkan dalam hadits lainnya:
: {مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَالِصًا مُخْلِصًا دَخَلَ الجَنَّةَ}.
"Siapa yang mengucapkan La Ilaha Illallah secara ikhlas dan memurnikan (dari faktor lain) maka ia (berhak) masuk surga."
Sebagian orang protes.
Kok enteng bener orang bisa masuk surga hanya dengan kalimat tauhid itu.
Jawabannya:
Kalimat itu adalah kenyataan yang haq, yang menunjukkan bahwa orang yang menyatakan kalimat ini bisa diakui sebagai orang normal. Nah, surga itu saya kira hanya berhak dimiliki orang-orang normal itu.
Ibarat orang mau masuk ke stadion, nonton sepak bola. Asalkan dia bawa tiketnya, dan dia mengakui bahwa stadion itu adalah tempat pertandingan bola (bukan sabung ayam), milik klub Persela (misalnya), maka ia akan diterima masuk ke stadion.
Yang tidak boleh masuk stadion itu tentu saja, dia yang gak punya tiket.
Sudah gitu nggak ngakuin kalau itu stadion bola. Malahan nyebut itu tempat judi sabung ayam. Parahnya, ngatain stadion itu tidak nyata. Hanya ilusi dunia maya--mirip metaverse saja.
Orang model begini jelas tidak diperbolehkan masuk stadion.
Nah,
Seperti halnya masuk stadion, ada yang masuk duluan ada yang masuk terlambat. Begitu pula tiap orang yang sudah mengikrarkan kalimat Tauhid. Ada yang berhasil masuk surga lebih cepat, ada pula yang telat masuk. Bahkan bisa bertahun-tahun baru bisa masuk.
Kenapa?
Karena dia mampir dulu ke neraka.
Kan surga itu tempat yang suci, bersih, wangi. Hanya boleh dimasuki orang-orang yang seperti itu pula.
Sayangnya, gegara dosa yang dilakuin di dunia, orang menjadi kurang bersih di akhirat. Sehingga dia perlu dicuci dulu. Disterilkan dari kuman dan virus. Nah, tempat sterilisasinya itu ada di neraka.
Setelah bersih, suci, dan steril, barulah orang itu boleh masuk surga.
Telat sekali.
Tapi, tetap boleh. Karena dia sudah bawa tiketnya. 😃
Wallahu a'lam
*Lubabul Hadits (hadits ke-2)

#1 Keutamaan Orang Berilmu > Lubabul Hadits

فضل العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب
Gambaran ini menunjukkan betapa bernilainya seorang yang berilmu dibanding orang ahli ibadah.
"Laksana bulan purnama dibandingkan bintang-bintang di angkasa"
Lha, bagaimana jika dibandingkan dengan orang biasa. Sudah tidak alim, tidak pula ahli ibadah. Tentu saja, jaaaaaauh lebih tidak sebanding.
Lihat bagaimana manfaat bulan purnama bagi penerangan dunia?
Amat besar sekali.
Terutama jika hadits ini disesuaikan dengan konteks zaman dahulu. Zaman ketika Rasulullah saw mengatakan hal ini.
Zaman yang masih gelap gulita. Belum ada listrik atau lampu pijar. Alat penerangan andalan hanyalah menggunakan obor atau lilin yang diambilkan dari sarang lebah.
Kok zaman Nabi.
Zamannya Bapak² atau Kakek² Sampean semua (tahun 80-an atau 90-an) bisa jadi listrik belum masuk ke desanya.
Lampu andalannya hanyalah lampu uplik (berbahan bakar minyak tanah) atau lampu petromax (bahan spertus).
Kenapa orang alim (yang sholeh) bisa diibaratkan bulan purnama?
Sebab, dia bisa menjadi contoh bagi orang-orang awam lainnya. Sebagai orang berilmu, maka setiap tindak tanduk dan lelakunya akan selalu didasarkan pada ilmu. Tidak asal-asalan, tidak pula berdasarkan angan-angan dan asumsi pikiran sendiri.
Dengan demikian, perilaku itu layak diikuti. Karena berdasarkan ilmu.
Laksana bulan purnama.
Ia mudah dijadikan sumber petunjuk bagi orang awam. Adanya cahaya purnama menjadikan setiap orang (baik yang mengerti ilmu astronomi atau tidak) mengerti arah utara dan selatan. Kegelapan yang menyelimutinya menjadi terbuka dan terang benderang.
Sementara abid (ahli ibadah) berbeda.
Ibadah yang dilakukan (sekalipun terkadang buanyak) tidak selalu berdasarkan ilmu yang dimiliki. Sehingga, kadang hanya berdasarkan asumsi dan angan-angan pribadi. Berdasarkan cocokmologi untuk dirinya sendiri. Model ibadah yang seperti ini tidak bisa asal diikuti oleh sembarang orang. Yang bisa mengikuti dan menilai ibadah itu ya orang alim--yang mengerti ilmunya.
Sama dengan bintang-bintang di langit. Dia buanyak dan bertebaran di angkasa. Tapi, belum tentu bisa menjadi petunjuk bagi sembarang orang.
Dia hanya bisa diikuti oleh orang-orang tertentu yang mengerti ilmu perbintangan (astronomi).
الأحاديث المختارة
لطلبة المدرسة المتوسطة الحكومية
إسلاميك بورديغ سخول
Sumber:
- Lubabul Hadits (hadits No 1)

Thursday, October 14, 2021

Jurus Sakti untuk Bis ARMADA SAKTI


Bis Armada Sakti ini bisa dibilang satu-satunya angkutan umum masyarakat untuk jalur Paciran - Surabaya (Terminal Osowilangun). Namun, sayangnya, di kalangan penggemarnya, yang dikenang dari bis ini hanyalah soal leletnya jalan. Dia bak kura-kura saat perjalanan arah Surabaya.

Itu belum terpotong jam "ngetem". Di setiap pertigaan besar jalan raya mesti ngetem. Yang itu bisa memakan waktu 2 jam. Karena masalah ini, banyak warga yang memilih menggunakan kendaraan pribadi, daripada naik Armada Sakti.
Sekalipun sebenarnya yang bersangkutan lebih senang pakai kendaraan umum. Karena lebih murah, aman, dan bisa istirahat selama perjalanan (khususnya bagi karyawan).
Bis Armada Sakti itu sebenarnya tetap bisa menunjukkan kesaktiannya jika dia mau menjawab kebutuhan zaman.
Masih banyak mahasiswa/i, karyawan, dkk yang masih sangat membutuhkan angkutan umum jalur Paciran-Surabaya.
Sayangnya,
Jadwal Armada (tidak) Sakti ini gak jelas. Perjalanan ke Sby normalnya hanya 2 jam namun menunggu penumpangnya saja butuh 2 jam--bahkan lebih. Itu pun penumpang masih sedikit.
Ya, karena gak ada lagi yang bisa diharapkan dari sebuah jasa angkutan yang jadwal keberangkatan dan kedatangan tidak jelas. Sementara, zaman sekarang waktu adalah barang yang mahal.
Solusinya,
Armada Sakti harus memanfaatkan teknologi.
Entah bikin aplikasi atau sekadar media sosial, yang akan selalu update dimana posiisinya bis. Jam berapa tiba di Banjaranyar, jam berapa di Sidayu, di Manyar, Gresik, dan Wilangun.
Insya Allah, perlahan akan membaik dibanding sekarang.
Kalau tidak, ya siap2 saja tutup atau digeser pemain baru.

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)