Saturday, June 13, 2015

Jangan Sampai Jadi Orang Muflis

Kalau umat butuh teladan dan panutan, saya kira umat sudah tau kepada siapa harus mengambil teladan.

Dan, sayangnya, tak banyak masyayikh, guru2 kita, yang menempati maqam panutan itu rutin menulis dan berbagi untuk kita semua.

Kalau saya belum layak bermaqam sebagai panutan dan teladan. Makanya, saya ambil peran di sini.

Peran penyeimbang informasi keagamaan yang beredar di dunia maya, khususnya. Kebetulan mampunya juga baru disini. Mau ceramah di tv atau kajian-kajian rutin juga gak ada yang ngundang. Hehehe...

Dalam hati yang paling dalam, saya kasihan dengan saudara2 kita yang sibuk dengan aneka tuduhan bidah dan sesat. Saya kuatir beliau2 yang amal shalihnya banyak itu jadi muflis gara2 dituntut kelak di akhirat.

----------

Sabda Rasulullah saw:
"Tahukah kalian siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?"
Para sahabat menjawab, "Orang yang merugi dalam perdagangannya."
"Bukan," sabda Rasulullah.
"Orang muflis itu, orang yang dunia amal shalihnya amat banyak.
Tapi, kelak di akhirat, kala proses penimbangan amal, seorang temannya datang.
Meminta keadilan pada Allah.
- Wahai Allah, si M ini dulu di dunia sering ngatakan saya sesat Gusti. Saya minta keadilan sekarang Gusti
- Lha, terus maumu apa?
- Saya minta bagian pahalanya 1 tahun.
- Oke. Ambillah...
Lalu datang lagi temannya yang lain
- Gusti, saya minta keadilan. Si M ini dulu sering ceramah di masjid nya bahwa baca Yasin malam jumat itu bidah dan sesat.
- Maumu apa?
- Saya minta pahalanya si M dua tahun.
- Oke. Ambillah...

Begitu seterusnya. Sampai pahala Pak M habis tak tersisa.
Ternyata, masih ada pula tetangganya yang datang menuntut keadilan.
- Gusti, Pak M ini dulu sering ngajak teman2nya bubarkan majelis istighotsah kami. Sekarang saya minta keadilan.
- Maumu apa?
- Saya minta pahalanya 5 tahun gusti.
- Lha, gimana. Pahalanya sudah habis.
- Kalau gitu, biar dosa saya 5 tahun dikasih aja ke dia Gusti.
- Oke. Gak apa2.

Seperti itulah orang muflis. Berbekal amal shalih berjibun, tapi kemudian malah peroleh dosa.

Muflis.
Semoga kita tak temasuk orang2 yang seperti itu.

Kalen Modo, 13 Juni 2015

Khaled
Ruang Instalasi
Barra Wear Kids

Tidak Bergantung pada Amal shalih

Tidak Bergantung pada Amal shalih

Muslim yang lurus itu tidak bergantung pada amal shalihnya. Sebab, Allah tidak memasukkan siapa pun ke surga karena amalnya.

Muslim yang lurus itu beramal shalih sebanyak2nya dengan kualitas terbaiknya, agar Allah berkenan memberikan fadhal dan rahmat-Nya.

Rasulullah sendiri menegaskan tak ada seorang pun yang bisa masuk surga karena amalnya.
Sahabat heran, "Lha Engkau gimana Rasul?"
"Ya, termasuk aku. Andai tidak diselimuti oleh fadhal dan rahmat Allah."
(Aw kama qaala Rasulullah).

---------

Dalam sebuah kitab diceritakan:
Ada seorang lelaki, sebut saja Pak Sholeh, hidup di atas gunung. Ia ber uzlah, menyendiri di sana. Kebutuhan sehari2nya telah tercukupi di atas gunung. Tak pernah ia turun untuk berinteraksi dengan orang lain.

Kesibukan hariannya hanyalah ibadah dan ibadah. Tanpa sekalipun maksiat dan berbuat dosa. Full ikhlas pula.

Seperti itu kesehariannya hingga ajal menjemput.
Saat penimbangan amal, Allah memerintahkan Pak Sholeh ini masuk surga atas Rahmat Allah.

Pak Sholeh protes.
"Tak mau Gusti. Saya mau masuk surga karena amal shalih saya!"

"Kalau begitu, masuk lah ke neraka."

Tambah bingung tuh Pak Sholeh.
Kok malah dimasukkan neraka ya...
Akhirnya dia menuntut untuk dilakukan penghitungan (audit) amal shalihnya.

Dilakukan lah penimbangan.

Nikmat Allah berupa mata, ditimbang dengan semua amal shalihnya seumur hidup. Tak ada banding.

Nikmat Allah pada Pak Sholeh berupa mulut, ditimbang lagi. Tak ada banding pun.

Nikmat Allah berupa tangan, telinga, hidung, alis, kaki, dll, apalagi. Sama sekali tak sebanding dengan amalnya yang sedikit itu.

Akhirnya, Pak Sholeh menyerah.
"Baiklah, perkenankan hamba masuk surga dengan rahmat-Mu, ya Allah..."
Pak Sholeh pun masuk surga.

----------

Itu Pak Sholeh yang amalnya sebanyak itu. Apalagi kita, yang masih suka beribadah karena dilihat masyarakat.

Apalagi yang rajin ibadah, ikhlas, dan mutabaah, tapi rajin pula menjadikan orang lain sakit hati?

Bisa-bisa muflis, bangkrut, kelak.

Babat, 13 Juni 2015

Tentang Kajian-kajian Rutin yang Tak Ada di Zaman Nabi

Kajian Ahad Pagi
Kajian Dhuha
Kajian Malam Ahad
Kajian Bulanan Akidah Lurus
Kajian Rutin Manhaj Salaf
Harusnya bidah dan haram juga, bila menganut analogi dalil mereka.
Samporoso di Silsilatul Ahadits as Shahihah gak ada deh rutinan kajian begitu2.
Jadi, kalau gak ada dan gak pernah dilakukan salafus shalih terus disebut apa?

---------
Amal shalih, kebaikan, gampang sekali terkena virus. Virusnya bahaya pula. Bisa melebur amalan itu seketika. Habis tak tersisa.
Salah satunya ujub "merasa amalnya lebih baik dari orang lain" atau merasa "ibadahnya lebih nyunnah dari yang lain".
Eman kan, sudah banyak2 ibadah, fursanun nahar wa ruhbanul lail" tapi terkena virus ujub, takabur.
Wes... ewes... ewes.... bablassss
Bagai debu di atas batu licin yang terguyur hujan deras.
Babat, 12 Juni 2015

Friday, June 12, 2015

Jangan Cari Istri Cantik

Jangan cari istri karena cantik
Ia akan merasa lebih mulia darimu

Kau akan disibukkan memenuhi kebutuhannya
Bedak, gincu, maskara, eye shadow, pedicure, menicure
Juga aneka pakaian yang tak cukup dibeli di pasar Wage
Minimal ke TePe

Jika kamu jelek
Bisa jadi ia tak mau jalan beriringan denganmu
Lebih suka nembuntut di belakang, seakan ratu yang dikawal
Atau berjalan di
depan, seakan majikan

----------

Jangan cari istri karena kekayaannya
Prinsipmu,
"Walau agak tua, gak apaalah... Yang penting kaya."
Akan sangat merugikanmu

Wanita kaya dengan banyak usaha
Akan menjadikanmu kirim barang ke sana dan kesono
Akan menyuruhmu angkat sono dan sini

Tak akan bisa kau nikmati yang kau bilang kekayaan itu
Jadilah engkau seakan babu

-------

Carilah istri itu karena agamanya
Lebih spesifik, Mbah Kiai Faqih, menyebut:
"Wanita yang bisa membantu lakone agomo. Membantu perjuangan agama."

Bila yang kau suka tidak bisa seperti itu, tinggalkan
Bila kau mencari2, tak juga kau temukan
Maka, hidup membujang itu lebih baik bagimu

Tesan, 12 Juni 2015

Ngopi sambil mengingat2 dawuh (Allah yarhamhu) Mbah Kiai Faqih dalam sebuah pengajian di mp3.

*tulisan di atas disadur dari pesan2 beliau. Dengan modifikasi subyektif dari saya. :)

Tradisi Hari Raya di Arab Saudi, Bidah?

Tradisi Hari Raya di Arab Saudi, Adakah yang Bid'ah?
Bagaimanakah tradisi hari raya idul fitri di Arab Saudi?
Saya jadi pengen mengerti, apalagi membaca berbagai "fatwa" tetangga2 yang menganggap bidah dan sesat berbagai tradisi hari raya di Indonesia.

Kalau saya sebut Arab Saudi, jangan lihat di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Keduanya bukan bahasan. Pasti full ibadah dan ibadah. Semuanya berlomba beribadah dengan kedua masjid paling mulia itu sebagai sentralnya.

Tentu saja,
Yang saya harapkan adalah bagaimana tradisi orang Muslim Arab Saudi saat hari raya.
Tolong yang tinggal di sana bertahun2 bisa memberi kabar pada kami.
Agar kami tahu, apakah yang mereka lakukan juga termasuk bidah-haram, atau malah biasa-biasa saja. Seperti jari2 lainnya, seakan tak terjadi apa-apa.

Kok yang diserang itu Indonesia wae yo?
Saya jadi agak curiga.
Apa karena umat Muslim Indonesia  ini tidak mempan dihasut untuk rame seperti di Afghanistan, Irak, Syuriah, Mesir, dkk?

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)