Wednesday, June 18, 2008

Walhi: Lima Tahun Lagi Hutan di Sumatera Habis

Bulan lalu, saya membeberkan bukti - bukti bagaimana perusahaan -
perusahaan kelapa sawit Malasia membabat hutan membantai orangutan di
Kalimantan. Orangutan yang berada di luar kawasan konservasi di
propinsi Kalimantan Tengah diperkirakan punah dalam 3 tahun mendatang
karenanya.

Alih - alih bergerak meringkus para penjahat itu atau menyelesaikan
akar masalah di lapangan, NASIONALISME saya malah dipertanyakan oleh
pejabat negara.
Sungguh aneh, hukum Indonesia diinjak - injak oleh orang Malaysia di
dalam tanah air Indonesia, ..........saya yang mengungkapnya malah
dipertanyakan nasionalismenya. NASIONALISME macam apa yang dianut oleh
para pejabat yang melindungi kejahatan Malaysia di Indonesia? Mungkin
sudah saatnya Lemhanas merubah kurikulum diklat-nya.

HARDI BAKTIANTORO
and orangutan

On Jun 16, 2008, at 5:02 PM, Farid Gaban wrote:

Koran Tempo - Senin, 16 Juni 2008
Nusa
Walhi: Lima Tahun Lagi Hutan di Sumatera Habis

JAMBI -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) memprediksi, lima
tahun mendatang hutan di Pulau Sumatera akan habis akibat eksploitasi
dan alih fungsi menjadi bidang perkebunan. Hutan akan habis bila
pemerintah tidak segera mengambil langkah tepat.

Menurut Direktur Eksekutif Walhi Riau Jhoni S. Mundung, akibat
habisnya hutan, Sumatera tidak hanya kehilangan predikat sebagai
paru-paru dunia, tapi juga akan dilanda bencana kekeringan pada musim
kemarau dan banjir pada musim hujan. Dampak lanjutannya, "Akan terjadi
krisis pangan," kata Jhoni dalam pertemuan Walhi se-Sumatera di Jambi
kemarin.

Hutan di Sumatera meliputi sembilan provinsi yang membentang dari
pesisir pantai barat Nanggroe Aceh Darussalam hingga Lampung. Jhoni
mencontohkan, di Provinsi Riau saja hutan produksi, hutan lindung, dan
taman nasional nyaris punah akibat tingginya alih fungsi hutan menjadi
lahan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri.

Analisis ini, kata dia, terbukti ketika musim hujan Riau mengalami
banjir besar. Pada kurun 10 tahun terakhir, Sungai Siak dan Sungai
Kampar tidak mampu menampung luapan air, sementara daerah resapan air
nyaris habis. "Menimbulkan kerugian Rp 3,7 triliun atau lebih besar
dari APBD Riau yang Rp 3,5 triliun," katanya.

Sementara itu, pengurus Walhi Nanggroe Aceh Darussalam, Bambang
Antariksa, mengungkapkan hutan di Sumatera yang masih bagus hanya di
Aceh, lebih dari 50 persen, terutama Taman Nasional Leuser.

Menurut Direktur Walhi pusat, Berian Porkan, kerusakan hutan tak hanya
di Sumatera, tapi juga sudah merata di seluruh Indonesia, seperti
Kalimantan dan Sulawesi. Menurut dia, kerusakan hutan di Indonesia
akibat krisis multidimensi, dari tatanan ekonomi, politik, sosial,
sampai budaya.

Dia mengimbau agar pemerintah berhati-hati menerima bantuan dari luar
dengan dalih membangun hutan. "Karena di balik semua itu, ditakutkan
ada kepentingan lain," ujarnya. SYAIPUL BAKHORI

No comments:
Write komentar

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)