JAKARTA, KOMPAS.com – Menyimak cerita para alumni yang berhasil meraih beasiswa studi di luar negeri, selalu terselip hal yang menarik dan memotivasi. Misalnya, bagaimana usaha mereka saat berburu universitas, jurusan yang akan diambil, hingga cerita saat menjalani studi di negeri orang.
Salah satunya cerita yang dibagi Muhammad Robi, alumni Columbia University, Amerika Serikat saat melanjutkan S-3 di Negeri Paman Sam tersebut. Menurutnya, yang menarik dari studi di Amerika salah satunya adalah terformatnya aplikasi beasiswa sehingga memungkinkan siapa saja dapat mendaftar beasiswa melalui internet dan langsung pada universitas yang akan dipilih.
Lulusan S-1 bisa langsung studi S-3
Selain itu, yang perlu diketahui adalah, ternyata semua lulusan S-1 dapat langsung melanjutkan studi ke jenjang S-3 tanpa harus menyelesaikan S-2 terlebih dahulu. Ketika mendaftar, setiap mahasiswa S-1 dapat langsung mengajukan aplikasi untuk melanjutkan jenjang S-3. Jika diterima, selain bebas biaya dan mendapatkan uang saku, setiap mahasiswa S-3 juga akan diperlakukan selayaknya mahasiswa S-2, paling tidak satu sampai dua tahun pertama.
“Studi S-3 di Amerika itu tidak perlu S-2. Setelah lulus S-1 bisa langsung apply ke S-3. Nantinya, ibarat lari gawang, semua bertahap, ada ujian, ujian proposal, sampai ujian sidang,” kata Robi, saat diskusi mengenai studi di luar negeri, Senin (10/10/2011) malam, di Jakarta.
Robi yang kini tercatat sebagai peneliti senior di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan, studi S-3 di Amerika paling cepat dapat ditempuh selama lima tahun. Tanpa S-2 terlebih dahulu membuat lamanya waktu studi S-3 di Amerika menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Meski demikian, menurutnya, hal itu dapat disikapi sebagai investasi energi dan tidak perlu dijadikan masalah.
“Saya menyelesaikan S3 dalam waktu tujuh tahun, memang lama tapi anggap saja itu investasi,” ujarnya.
Jangan terjebak ranking universitas
Ia berpesan, sebelum memutuskan untuk melanjutkan studi di Amerika hal penting yang harus diperhatikan adalah jangan terjebak pada ranking universitas yang menjadi tujuan. Di Amerika itu terdapat ribuan universitas. Yang harus diperhatikan adalah spesifikasi program studi yang akan dipilih. Selanjutnya, cobalah untuk mulai membangun komunikasi melalui e-mail dengan beberapa profesor yang Anda nilai cocok untuk mendampingi Anda melakukan penelitian.
“Membangun komunikasi dengan profesor itu baik untuk pendekatan dan mengetahui kecocokan Anda dengan profesornya. Tapi jangan memberikan pertanyaan bodoh,” kata Robi.
“Kompetisi di sana sangat kuat dan banyak orang pintar. Maka poinnya adalah kita tidak harus sangat pintar agar diterima, tetapi kita mesti jujur dan sampaikan ‘lagu’ sendiri yang membuat mereka (universitas) tertarik pada kita, jangan takut,” ujarnya.
Salah satunya cerita yang dibagi Muhammad Robi, alumni Columbia University, Amerika Serikat saat melanjutkan S-3 di Negeri Paman Sam tersebut. Menurutnya, yang menarik dari studi di Amerika salah satunya adalah terformatnya aplikasi beasiswa sehingga memungkinkan siapa saja dapat mendaftar beasiswa melalui internet dan langsung pada universitas yang akan dipilih.
Lulusan S-1 bisa langsung studi S-3
Selain itu, yang perlu diketahui adalah, ternyata semua lulusan S-1 dapat langsung melanjutkan studi ke jenjang S-3 tanpa harus menyelesaikan S-2 terlebih dahulu. Ketika mendaftar, setiap mahasiswa S-1 dapat langsung mengajukan aplikasi untuk melanjutkan jenjang S-3. Jika diterima, selain bebas biaya dan mendapatkan uang saku, setiap mahasiswa S-3 juga akan diperlakukan selayaknya mahasiswa S-2, paling tidak satu sampai dua tahun pertama.
“Studi S-3 di Amerika itu tidak perlu S-2. Setelah lulus S-1 bisa langsung apply ke S-3. Nantinya, ibarat lari gawang, semua bertahap, ada ujian, ujian proposal, sampai ujian sidang,” kata Robi, saat diskusi mengenai studi di luar negeri, Senin (10/10/2011) malam, di Jakarta.
Robi yang kini tercatat sebagai peneliti senior di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan, studi S-3 di Amerika paling cepat dapat ditempuh selama lima tahun. Tanpa S-2 terlebih dahulu membuat lamanya waktu studi S-3 di Amerika menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Meski demikian, menurutnya, hal itu dapat disikapi sebagai investasi energi dan tidak perlu dijadikan masalah.
“Saya menyelesaikan S3 dalam waktu tujuh tahun, memang lama tapi anggap saja itu investasi,” ujarnya.
Jangan terjebak ranking universitas
Ia berpesan, sebelum memutuskan untuk melanjutkan studi di Amerika hal penting yang harus diperhatikan adalah jangan terjebak pada ranking universitas yang menjadi tujuan. Di Amerika itu terdapat ribuan universitas. Yang harus diperhatikan adalah spesifikasi program studi yang akan dipilih. Selanjutnya, cobalah untuk mulai membangun komunikasi melalui e-mail dengan beberapa profesor yang Anda nilai cocok untuk mendampingi Anda melakukan penelitian.
“Membangun komunikasi dengan profesor itu baik untuk pendekatan dan mengetahui kecocokan Anda dengan profesornya. Tapi jangan memberikan pertanyaan bodoh,” kata Robi.
“Kompetisi di sana sangat kuat dan banyak orang pintar. Maka poinnya adalah kita tidak harus sangat pintar agar diterima, tetapi kita mesti jujur dan sampaikan ‘lagu’ sendiri yang membuat mereka (universitas) tertarik pada kita, jangan takut,” ujarnya.
No comments:
Write komentar