Ada sebuah posting media online. Sebuah rumah di penduduk dirusak warga gara2 pemilik nya tak mau tahlilan dan yasinan.
Follower status langsung banyak komentar. Rata2 menyudutkan NU. Menjelek2kan orang Lombok. Menuduh yang tidak2...
__________
Mbok ya, tolong dilihat akar masalahnya dulu. Jangan sampai kita berdebat, menyalahkan, menghina orang2 NU gara2 ada berita seperti itu.
Bisa jadi, orang yang rumahnya dirusak itu, tidak sekadar tidak ikut tahlilan. Tapi, memanas2i warga , memprovokasi warga, dan mengklaim warga itu sesat semua.
Menuduh mereka ahli bidah, pelaku syirik, kafir, penyembah kubur, dan titel2 lainnya yang buruk.
Makanya, salafi itu kalau dakwah utamakan yg tidak menimbulkan konflik.
Lha terus temanya apa?
Ya, carilah sendiri. Wong punya otak buat mikir. Tiap daerah dan wilayah itu punya ciri ssendiri punya prioritas utk dijadikan fokus dakwah. Tidak bisa lalu digebyah uyah semua harus tegakkan anti bidah, anti maulid, anti yasinan, anti tahlilan, anti...
Ya jelas saja mereka akan marah.
Wong shalat jamaah saja belum tentu istiqomah di masjid kok. Mosok mau kalian ceramahi bahwa ibadah yasinan dan tahlilannya bidah, tak bernilai ibadah. Sia-sia.
Coba saja, kalau orang NU itu trus fokus dakwah kepada kelompok salafi dengan tema; bahwa menuduh2 orang sesat dan bidah itu haram dan bidah juga.
Pasti orang2 salafi juga akan marah. Lha wong dakwah/ibadah andalannya dianggap bidah dan sia2.
Jadi orang yang arif gitu lah sama orang lain. Apalagi sesama muslim. Beda memahami teks syariah itu biasa, tapi jangan menganggap pemahaman anda yang paling tepat.
Apalagi kalau yang dirujuk (dan dikatakan salafus shalih) itu ibnu taimiyah, as syathiby, syekh utsaimin, syekh bin baz, syekh Albani, dkk.
Ya, jelas gak benar lah memahami teks agama hanya berdasar pemahaman ulama2 tersebut
Babat, 10 Juni 2015
Barra Kids Wear
Garuda Lestari Konveksi
7ED7A5A4
0856.4625.2020 WA
No comments:
Write komentar