Iqro', Qiraati, Tilawati, Yanbu'a, Ummi, Al-Nahdliyah, Baghdadiyah, atau ....????
Bagi sebagian orang, pertanyaan seperti ini terkadang bisa amat sensitif.
Apalagi, jika bukan sekadar pertanyaan.
Bahkan, kadar sensitifnya terkadang bisa menyamai pertanyaan: NU, muhammadiyah, Persis, Jamiat Khoir, Al-Washliyah, Salafy, Wahabi, Jamaah Tabligh, atau ... ????
Sejenak, saya kira kita perlu menengok sejarah penciptaan leluhur kita. Sejarah misi manusia pertama dan diteruskan keturunannya.
"Wahai malaikat, Aku hendak ciptakan khalifah di bumi."
"Buat apa Engkau ciptakan makhluk yang justru bikin kerusakan dan mengalirkan darah*."
*Melempar bom, granat, ranjau, rudal dan meriam. Atau pakai senjata sederhana untuk memenggal kepala.
Tugas kita, sesungguhnya, jauh lebih besar daripada sekadar ngeyel dan ribut soal "paragraf pertama", atau paragraf berikutnya.
Kita semua adalah khalifah. Pengatur dan pemimpin. Tentu saja dengan kadar dan kapasitas masing2 kita. (baca catatan saya soal khalifah--sekitar sebulan lampau di wall facebook).
Tiap kita ingin mencapai muara yang sama. Tapi, dengan jalan dan cara yang bisa jadi berbeda. Lagi2 ini berbicara kualitas dan kapasitas masing2. Bicara pula kualitas sasaran kekhilafahan itu.
Surabaya, 18 Agustus 2015
No comments:
Write komentar