Wednesday, January 31, 2018

Rejeki Tak Pernah Lari

• Rejeki Tak Pernah Lari •

Sebulan terakhir, saya "bertekad" untuk beli kacang goreng yang dijual pedagang di lampu merah.
Ya, kacang goreng adalah camilan favorit saya dan si dia di dashboard
Begitu pun si kecil Oyan, kalau sudah ngemil kacang, pasti jadi pelit
(Sama juga saat mimik es krim. Pelitnya gak ketulungan).

Ternyata, berulangkali saya melintasi lampu merah, tetap pula gak kapat kacang goreng
Kadang stoknya habis
Kadang penjualnya yang gak ada
Kadang pula,ada penjualnya tapi pas kebetulan gak lampu merah
Gagallah misi pembelian

Hari ini saya perjalanan ke Surabaya
Sendirian. Tak ada camilan apapun di dashbord mobil
Air botol pun terselip di bawah kursi. Garing.
Saya pun berniat melanjutkan misi beli kacang goreng

Uang 5 ribuan 3 lembar sudah saya siapkan di kotak samping setir
Sewaktu-waktu kalau ada penjual, bisa langsung dipindahtangankan

Di lampu merah Semlaran, dari kejauhan saya lihat penjual kacang menjajakan di samping mobil-mobil
Wah, dapet nich... saya membatin.
Ternyata, pas mendekati lampu merah, isyarat nyala sudah berganti hijau
Gagal.

Saat pulang dari Surabaya,
Keluar tol Kebomas arah Gresik, saya biasanya langsung bablas ambil kiri
Nanti muter balik di depan kantor Bupati Gresik
Tujuannya, biar terhindar dari antrean panjang lampu merah

Namun, sore ini saya merasa harus lewat lampu merah ini
Harus antre di sini. Sebab, di sinilah biasanya penjual kacang goreng mangkal
Sejak jalan Duduk Sampean diperlebar dan tak macet lagi, para penjual asongan di wilayah ini juga ikut menghilang

Saya berjalan merayap pelan di belakang truk besar
Berharap akan ketemu penjual kacang goreng
Ternyata, pas ketika saya melihat si bapak di pinggir jalan dan saya baru hendak memanggil, lampu sudah menyala hijau
Klakson di belakang sudah mengerang kencang.
Saya pun berlalu, tanpa beli kacang goreng.

----

Keluar tol, saya membatin; enak nich hujan-hujan nanti makan nasi boran khas Lamongan
Saya pun niatkan makan malam di #nasiboran langganan saya
Namun ternyata, hujan amat deras mengguyur
Sesekali diselingi kilatan dan petir

"Wah... terancam gak jadi mampir makan sego boranan, nich...!" Batin saya.
Maklum, penjual nasi boranan hanya menempati lokasi di trotoar atau emperan
Kalau hujan deras begini, pasti gak bisa jualan
Akhirnya, saya putuskan (nanti) untuk nyari makan di tempat lain

Namun...
Ternyata, menjelang masuk kota Lamongan
(Jelang tiba di lokasi para penjual nasi boran)
Hujan perlahan-lahan mengecil
Hingga akhirnya hanya menyisakan sisa-sisa genangan air

Dan,
Tiba di lokasi para penjual nasi boran (sekitar Plasa Lamongan), hujan telah benar-benar berhenti
Saya pun putuskan mengubah jadwal makan malam lagi;
Yakni kembali ke rencana awal

Begitulah rejeki ...

---

Nasi Boran favorit saya, mangkalnya biasanya di depan halaman Plasa Lamongan
Sebelah utara KFC--agak ke barat dikit. Pas di trotoar lokasi pemberhentian bus kota saat menaik-turunkan penumpang.
Jika sedang gerimis, ia pindah ke baratnya Plasa Lamongan.
Di stand emperan paling kidul (penjual nomor dua dari kidul)

Namanya Mbak Sulis
Cirinya berkerudung biru benhur 😀

Babat, 30 Januari 2018
@mskholid
- WJL Konveksi
- #PlanetKaos

*gambar-gambar hanya ilustrasi.
Hasil pencarian di Google.
Bukan jepretan saya sendiri.

No comments:
Write komentar

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)