Friday, April 26, 2019

Manusia yang Saling Memberi Manfaat

Manusia yang Saling Memberi Manfaat

#1 Orang Mati Memberi Manfaat pada Orang Hidup

¬
Seperti kisah Isro' dan Mi'raj Nabi Muhammad saw.
Ketika itu, jasad Nabi Musa as sudah wafat. Yang hidup hanyalah ruh beliau. Tapi, beliau masih tetap bisa memberi manfaat pada Kanjeng Nabi Muhammad saw yang masih hidup--dan umat beliau hingga saat ini.


Yakni lewat usulan supaya Nabi Muhammad meminta keringanan pada Allah swt atas kewajiban shalat. Yang awalnya 50 waktu. Dipotong menjadi 5 waktu saja. Berlaku hingga zaman ini. Dimana orang-orang hidup era milenial, masih bisa merasakan manfaat atas peran orang yang sudah mati (Nabi Musa).

¬
Ketika seorang bapak mati. Dia meninggalkan sekian banyak harta benda. Mobil, tanah, Real estate, hingga deposito bank.

Dia masih bisa memberi manfaat bagi orang yang masih hidup lewat peninggalan harta tersebut.

Lewat harta itu, bapak yang sudah meninggal, bisa menjadi sarana kesembuhan anak/keluarganya yang sakit, dengan cara membayarkan biaya pengobatan di rumah sakit.

Lewat harta tinggalannya,
Si bapak bisa membantu anak-anaknya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (termasuk untuk makan) sekalipun jasadnya telah terbujur di liang kubur.

Orang kaya yang dermawan, yang menyisihkan hartanya untuk perjuangan agama. Lewat pendirian lembaga pendidikan atau sarana ibadah, sekalipun telah mati dan tidak jadi takmir masjid lagi, ia masih tetap bisa memberi manfaat bagi jamaah yang masih hidup lewat donasi jariyah yang pernah diberikannya untuk masjid dan Madrasah.

Dan seterusnya...

#2
Orang Hidup Memberi Manfaat Bagi Orang Mati

Orang yang mati, jasadnya tidak suci. Dia butuh mandi dan shalat. Tapi, sudah tidak bisa.
Maka, orang-orang yang masih hidup bisa berperan memberi manfaat pada si mayit. Dengan memandikan dan menyalatkan.

Orang yang mati, meskipun punya baju sendiri, tapi ia tidak bisa pakai baju sendiri. Padahal, ia harus menutup auratnya.
Maka, ada orang hidup yang memberi manfaat dengan cara mengkafani.

Orang mati, laiknya orang yang tercebur di tengah lautan. Ia butuh penolong yang menyelamatkan dari tenggelam.
Bentuk penolongnya ialah lewat amal kebaikan, amal jariyah dan sedekah.

Karena sudah mati, dia tidak bisa beramal sendiri.
Maka, ada anak keturunannya yang bersedekah lalu diatasnamakan bapaknya.
Ada keluarganya yang berbuat amal kebaikan yang pahalanya disampaikan untuk si mayit.

Ada anak-anak saleh yang dulu dia didik dan diarahkan, jadi saleh. Maka setiap kebaikan dan kesalehan si anak, akan bermanfaat pula bagi almarhum bapaknya. Karena, dulu bapaknyalah yang ngajari jadi saleh.

Ada warga masyarakat, tokoh, kiai, atau ulama yang menjadi penggerak majelis taklim. Pendiri kegiatan ibadah dan aktivitas kebaikan. Lantas mati.
Setelah itu, majelis taklim atau aktivitas kebaikan itu terus berlangsung dan dijalankan oleh masyarakat yang masih hidup, maka ini juga bisa memberi manfaat bagi orang yang sudah mati.

إنا نحن نحيي الموتى ونكتب ما قدموا وآثارهم.
Sesungguhnya, Kami-lah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kami-lah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Yasin: 12

Malindo, 26 April 2019
@mskholid

- disarikan dari ngajinya KH Ali Imron Muhammad - Parengan (murid Sayyid Muhammad Al-Maliki) saat pengajian Isro' Mi'roj dan tarhib Ramadhan di PP Daarut Taqwa Tritunggal Babat Lamongan.

- sambil nunggu si kecil-kecil renang.

No comments:
Write komentar

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)