Thursday, November 7, 2019

• Kenapa Tuhan Tidak Beristri? •

Salah satu ciri Tuhan ialah tidak punya istri.
Gus Ghofur Maimoen, dalam salah satu ngajinya menjelaskan bahwa Tuhan itu tidak beristri karena jika dia beristri, berarti dia akan mengalami "kekalahan" dari orang lain. Padahal, seorang Tuhan harus punya kekuasaan absolut. Kekuasaan yang tidak bisa dinego atau dibantah pihak lain.

Seorang lelaki, sehebat apapun, akan "tunduk" saat berhadapan dengan istrinya. Kalau kata Almarhum KH Hasyim Muzadi; profesor doktor saja bisa mendadak goblok saat dimarahi istrinya. Begitu pun kiai terkenal, mendadak diam ketika disemprot Bu Nyai. 😁


Raja Firaun, misalnya. Ketika ia mendaku sebagai tuhan. Allah justru menunjukkan ketidakberdayaan dirinya dihadapan istrinya. Menunjukkan pada khalayak umum, bahwa dia amat lemah.

Ketika ia menetapkan undang-undang bahwa setiap bayi lelaki Bani Israil harus dibunuh mati, ia justru mengurungkan membunuh seorang bayi lelaki Bani Israil. Gara-gara pengaruh istrinya; Asiyah.

Alasan Asiyah di hadapan Firaun:
(وَقَالَتِ ٱمۡرَأَتُ فِرۡعَوۡنَ قُرَّتُ عَیۡنࣲ لِّی وَلَكَۖ لَا تَقۡتُلُوهُ عَسَىٰۤ أَن یَنفَعَنَاۤ أَوۡ نَتَّخِذَهُۥ وَلَدࣰا وَهُمۡ لَا یَشۡعُرُونَ)
[Surat Al-Qashash 9]

"Dan istri Fir‘aun berkata, “(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak,” sedang mereka tidak menyadari."

Padahal, andai yang menemukan bayi Musa itu Firaun sendiri, pastilah bayi itu langsung saja dicemplungkan ke sungai yang airnya mengalir deras.

Ketika usia balita, Musa berbuat "nakal" dengan menjambak jenggot panjang Firaun. Sontak, Firaun murka. Amarahnya meledak. Muncul kembali keinginannya untuk membunuh si bayi Musa.
Namun, lagi-lagi Allah menunjukkan batapa lemahnya sang pendaku "tuhan". Ketika istrinya melakukan rayuan kembali.

Musa hanyalah anak kecil yang tidak mengerti apa-apa. Sehingga dibuatlah tes untuk menguji Musa kecil. Dengan disediakan bara api dan apel. Yang ternyata, Musa kecil memilih bara api.

Di sisi lain, ada seorang shalih yang jadi wali gara-gara takut istri.
Abu Muslim al-Khaulani, seorang shalih yang hidup sezaman Nabi saw. Sudah masuk Islam, namun belum pernah bertemu Baginda Nabi saw. Itulah sebab beliua tidak mendapat gelar Sahabat Nabi saw.

Setelah sekian lama menahan keinginan berjumpa Nabi, suatu hari, beliau berkharipatan berkunjung ke Madinah. Hendak menemui Nabi saw. Namun, ketika tiba di Madinah, Baginda Rasul sudah wafat.

Ia kembali ke negerinya. Tiba di rumah, istrinya menyambut. Bukannya nanya kabar suaminya, atau nanya suasana Kota Madinah, dan bagaimana sosdanBaginda Rasulullah saw., sang istri malah tanya apa suaminya punya roti.

"Gak punya," jawab Abu Muslim. "Tapi ada uang 1 dirham."
"Kalau gitu, beli tepung saja. Nanti gak cukup banyak kalau untuk beli roti matang," pinta istrinya.

Abu Muslim berangkat ke pasar.
Berhenti di sebuah toko, hendak beli tepung. Datanglah seorang pengemis meminta-minta.
Abu Muslim galau. Hendak menolak memberikan sedekah, kok bukan akhlaknya. Mau diberikan uang 1 dirham, ia takut istrinya. Kuatir tidak bisa beli tepung untuk istrinya.

Abu Muslim memilih lari menghindar si pengemis. Pindah ke toko lain. Ndilalah, kok ada pengemis lain yang meminta-minta padanya (atau pengemis itu mengejarnya). Abu Muslim lantas berkeyakinan bahwa peristiwa ini adalah teguran dari Allah--sebab, ia menolak bersedekah pada si pengemis.
Direlakan saja uang 1 dirmah itu sebagai sedekah bagi pengemis.

Dia bingung hendak pulang. Mau beli tepung, tak ada uang tersisa. Mau pulang, kok gak bawa apapun untuk istrinya.
Akhirnya, dia punya ide. Kantong wadah tepung yang dibawanya, dia isi dengan pasir. Lantas dibawa pulang. Dengan mengendap-endap, Abu Muslim masuk rumah. Dia letakkan kantong tepung (berisi pasir) di meja rumahnya. Lantas berlari keluar dari rumahnya.

Abu Muslim bersembunyi. Menghindar dari istrinya. Hingga tiba waktu malam. Dia pikir, kalau sudah malam istrinya tidak akan marah lagi. Minimal tidak akan menanyakan perihal tepung pesanannya.

Tiba di rumah. Abu Muslim mencium aroma roti yang lezat. Istrinya menghidangkan roti tersebut padanya. Heran sekali dia. Kok bisa istrinya memasak roti, padahal dia tidak membelikannya tepung.

"Hai istriku, aku belum pernah merasakan roti selezat ini. Darimana Kau mendapatkan tepung untuk roti ini?" tanya Abu Muslim.
"Lho, apa Jenengan lupa Kang? Ya, dari tepung yang Engkau belikan tadi pagi." jawab istrinya.

Setengah tak percaya, Abu Muslim mendengar jawaban istrinya.
Berarti pasir yang dimasukkan ke kantong tadi, diubah Allah menjadi tepung. Gumamnya.
Tau begitu, saya masukkan pasir sebanyak-banyaknya. 😁

*cerita Abu Muslim al-Khaulani ini pernah diceritakan oleh Gus Baha' dan Gus Ghofur dalam pengajian mereka--dengan versi detil yang berbeda.

Tritunggal, 8 Nopember 2019
@mskholid

No comments:
Write komentar

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)