Wednesday, January 31, 2018

Kitab Asmaul Husna - Kiai Baqir Adelan (1)

بسم الله الرحمن الرحيم
ولله اﻷسماء الحسنى فادعوه بها
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّة

 _"Hanya milik Allah asmaul husna. Maka, berdoalah dengan (menyebut) asmaul husna itu."_ *(QS. Al-A'raf : 180)*

Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw. bahwa Rasulullah saw bersabda,
*"Allah punya 99 nama. Barangsiapa yang menghafalnya maka akan masuk surga."*

-----
Dua dalil dari Al-Quran dan Hadits di atas menjadi pembuka dari karya Almaghfurlah KH Moh. Baqir Adelan yang berjudul اﻷسماء الحسنى

Karya ini sudah terbit beberapa tahun lalu, lewat ketikan manual oleh KH Sjafi' Ali. Kini, keberadaan kitab tersebut sudah tidak ditemui lagi di kalangan santri--apalagi menjadi buku kajian di pondok.

Gus Sahul sendiri baru-baru ini secara tak sengaja menemukan kopiannya di sela tumpukan buku di ndalem.

*Tambahan Mufrodat:*

Pengertian أحصى - إحصاء :

Makna asalnya adalah menghafal. Tapi, penggunaannya berbeda dengan kata حفظ - يحفظ yang punya arti menghafal pula. إحصاء  mengandung arti : hafal nama-nama-Nya dan juga mengamalkannya. [Fath al-Bāri]

Kenapa?

Karena kalau sekadar kemampuan hafal saja, bisa juga dimiliki oleh seorang munafiq atau Khawarij. Sementara, orang Khawarij sendiri sudah dicirikan sebagai orang-orang yang membaca Al-Quran tetapi tidak sampai pada kerongkongan.
يقرءون القرآن لا يجاوز حناجرهم
_"Mereka membaca Al-Quran namun tidak sampai pada kerongkongannya."_

Menurut Ibnu Batthal, untuk mengamalkan Asmaul Husna, harus dipilah-pilah dulu.

Yang pertama,
Ada nama-nama Allah yang hanya khusus berlaku untuk-Nya. Seperti: al-Ahad, al-Muta'āl, al-Qadīr, dan sebagainya, kita wajib mengimani dan tunduk terhadap nama-nama tersebut.

Yang kedua,
Nama-nama yang menunjukkan arti sesuatu yang hendaknya kita contoh. Misalnya, al-Karīm, al-Afuwwu, dan lain sebagainya.

Babat, 31 Januari 2018
*@mskholid*

Rejeki Tak Pernah Lari

• Rejeki Tak Pernah Lari •

Sebulan terakhir, saya "bertekad" untuk beli kacang goreng yang dijual pedagang di lampu merah.
Ya, kacang goreng adalah camilan favorit saya dan si dia di dashboard
Begitu pun si kecil Oyan, kalau sudah ngemil kacang, pasti jadi pelit
(Sama juga saat mimik es krim. Pelitnya gak ketulungan).

Ternyata, berulangkali saya melintasi lampu merah, tetap pula gak kapat kacang goreng
Kadang stoknya habis
Kadang penjualnya yang gak ada
Kadang pula,ada penjualnya tapi pas kebetulan gak lampu merah
Gagallah misi pembelian

Hari ini saya perjalanan ke Surabaya
Sendirian. Tak ada camilan apapun di dashbord mobil
Air botol pun terselip di bawah kursi. Garing.
Saya pun berniat melanjutkan misi beli kacang goreng

Uang 5 ribuan 3 lembar sudah saya siapkan di kotak samping setir
Sewaktu-waktu kalau ada penjual, bisa langsung dipindahtangankan

Di lampu merah Semlaran, dari kejauhan saya lihat penjual kacang menjajakan di samping mobil-mobil
Wah, dapet nich... saya membatin.
Ternyata, pas mendekati lampu merah, isyarat nyala sudah berganti hijau
Gagal.

Saat pulang dari Surabaya,
Keluar tol Kebomas arah Gresik, saya biasanya langsung bablas ambil kiri
Nanti muter balik di depan kantor Bupati Gresik
Tujuannya, biar terhindar dari antrean panjang lampu merah

Namun, sore ini saya merasa harus lewat lampu merah ini
Harus antre di sini. Sebab, di sinilah biasanya penjual kacang goreng mangkal
Sejak jalan Duduk Sampean diperlebar dan tak macet lagi, para penjual asongan di wilayah ini juga ikut menghilang

Saya berjalan merayap pelan di belakang truk besar
Berharap akan ketemu penjual kacang goreng
Ternyata, pas ketika saya melihat si bapak di pinggir jalan dan saya baru hendak memanggil, lampu sudah menyala hijau
Klakson di belakang sudah mengerang kencang.
Saya pun berlalu, tanpa beli kacang goreng.

----

Keluar tol, saya membatin; enak nich hujan-hujan nanti makan nasi boran khas Lamongan
Saya pun niatkan makan malam di #nasiboran langganan saya
Namun ternyata, hujan amat deras mengguyur
Sesekali diselingi kilatan dan petir

"Wah... terancam gak jadi mampir makan sego boranan, nich...!" Batin saya.
Maklum, penjual nasi boranan hanya menempati lokasi di trotoar atau emperan
Kalau hujan deras begini, pasti gak bisa jualan
Akhirnya, saya putuskan (nanti) untuk nyari makan di tempat lain

Namun...
Ternyata, menjelang masuk kota Lamongan
(Jelang tiba di lokasi para penjual nasi boran)
Hujan perlahan-lahan mengecil
Hingga akhirnya hanya menyisakan sisa-sisa genangan air

Dan,
Tiba di lokasi para penjual nasi boran (sekitar Plasa Lamongan), hujan telah benar-benar berhenti
Saya pun putuskan mengubah jadwal makan malam lagi;
Yakni kembali ke rencana awal

Begitulah rejeki ...

---

Nasi Boran favorit saya, mangkalnya biasanya di depan halaman Plasa Lamongan
Sebelah utara KFC--agak ke barat dikit. Pas di trotoar lokasi pemberhentian bus kota saat menaik-turunkan penumpang.
Jika sedang gerimis, ia pindah ke baratnya Plasa Lamongan.
Di stand emperan paling kidul (penjual nomor dua dari kidul)

Namanya Mbak Sulis
Cirinya berkerudung biru benhur 😀

Babat, 30 Januari 2018
@mskholid
- WJL Konveksi
- #PlanetKaos

*gambar-gambar hanya ilustrasi.
Hasil pencarian di Google.
Bukan jepretan saya sendiri.

Friday, January 5, 2018

Merk Berbeda dan Strategi Pemasaran Palstik Kemasan

● Plastik Murah dan Strategi Pemasaran Perusahaan ●

"Kok beli di sana lebih murah, yo?"
Barangkali ada yang pernah komentar begitu saat beli plastik kiloan kemasan seperti ini.

Bagi yang belum tahu, dan gak terbiasa bergelut dengan plastik-plastik, mungkin tidak mengerti perbedaan antara plastik yang merk A, B, C...
Kok yang satu bisa lebih mahal, yang lain lebih murah
Kok di toko ini lebih murah, di toko lainnya lebih mahal

Eittt...
Tenang dulu
Coba lihat merk di kemasannya

Biasanya, plastik jenis kiloan ini (bening) di pasaran ada 3 jenis merk:
1. Logo Ikan dengan tulisan DK
2. Logo gentong dengan tulisan DK, dan
3. Logo tulisan DK (saja)

Saya curiga, ketiga merk ini memang diterbitkan oleh satu perusahaan yang sama (DK)
Pertimbangan marketing dan penyesuaian kebutuhan konsumen, mungkin jadi alasan perusahaan DK untuk membuat 3 merk berbeda

Hasil pemerhatian sekilas, kayaknya jenis plastiknya sama
Ukurannya (panjang lebarnya) juga sama
Tapi, harganya berbeda

Yang membedakan hanyalah (ini saya juga dikasih ngerti bakul plastiknya):
JUMLAH ISI PLASTIK di dalamnya

Logo ikan DK 》isinya 70 pcs
Logo Gentong DK 》isinya 80 pcs
Logo DK (saja) 》isinya 100 pcs

Orang "baru" pasti tidak mengerti ini
Sebab, di kemasannya tidak tertulis jumlah berapa pcs plastik dalam 1 bungkus itu
Yang ada tulisan jumlahnya, hanya pada kemasan merk DK
Di sana tertulis : 100 lembar

Sementara,
Pada dua merk lainnya, tidak tertulis jumlah pcs plastik
(Kebetulan, saya cuma punya gambar merk ikan dan gentong DK)

Soal harga bagaimana?
Jika dihitung-hitung, harga ketiga merk itu hampir sama kok
Selisihnya gak jauh beda
Paling sekitar 5 - 8 rupiah per lembar

Mau tau yang paling murah?
Berdasarkan pengalaman saya beli langsung di grosiran plastik,
Yang paling murah itu kemasan merk Gentong DK (isi 80 lembar).

Demikian cerita sore
Biar gak bahas Air Kencing Onta dan Sorban Bersanad mulu....
hehheehe....

-----

Tritunggal, 5 Januari 2018
@mskholid
@ruanginstalasi
http://wjlkonveksi.blogspot.com

Friday, December 29, 2017

Kolaborasi Ala Tupperware

 ● KOLABORASI ●

Sulit sekali menemukan (kalau tidak mau mengatakan tidak ada) orang yang menguasai seluruh bidang pekerjaan--termasuk dalam bisnis, dengan sama baiknya.
Kalaupun ada, waktu dan pikirannya yang tak kuat menjalankannya bersamaan.
Ini yang terjadi dalam proses berkembang dan mendunianya merk #Tupperware.

Pendiri Tupperware, Earl Silas Tupper, adalah seorang hebat yang telah menemukan wadah makanan plastik yang revolusioner. Ia sosok perfeksionis, yang tak mau mengeluarkan produk asal-asalan.
Hanya saja, ia lemah dalam hal marketing.
Ia tak tau bagaimana cara menjual produk hebatnya itu.

Bagaimana tidak?
Pak Silas Tupper yang gemar menyendiri ini, mengaku bisa berkeringat dingin dan gemetaran jika mendapati dirinya berada di tengah kerumunan para wanita. Mana mungkin bisa laku, khan?
Lha wong produk macam tupperware ini konsumennya mayoritas perempuan.

Sejak berdiri tahun 1946, produk Tupperware tidak mampu meraih penjualan yang bagus. Bahkan cenderung tak laku. Pak Silas Tupper menjualnya dengan menitipkan di toko-toko ritel tradisional.

Lalu, bertemulah Pak Silas dengan seorang ibu muda yang energik, Brownie Wise. Wanita periang dengan senyum manis asal Georgia. Dia terkesima dengan produk Tupperware. Lalu, membuat terobosan untuk menjualnya lewat pesta rumah Tupperware.
Menurut Bu Wise, kehebatan wadah-wadah manis nan brilian dari Tupperware harus dijelaskan dan ditunjukkan langsung kepada para wanita.
Ia pun lebih sering mendemonstrasikan si "brup" (bunyi khas tupperware saat ditutup) ke rumah-rumah.

Wise menjadi kepala bagian penjualan penjualan rumahan sejak 1951.
Ia mulai membangun armada wanita penjual tupperware.

Hasil adalah jawabannya.
Tahun 1954, penjualan tahunan Tupperware sudah bisa menembus 25 juta dolas AS.
Dan, Brownie Wise menjadi wanita pertama yang wajahnya terpampang di cover Majalah Business Week. Pak Silas Tupper memberinya hadiah sebuah Cadillac merah jambu dan sebuah mansion mewah di Florida.

Kini,
Dengan strategi armada wanitanya, Tupperware sudah menembus penjualan senilai 1,7 miliar dolar AS per tahun.

Jadi,
Temukan bakatmu dan kolaborasikan dengan teman, pacar, dan istri/suamimu...

Babat, 29 Desember 2017
@mskholid

*disadur dari "100 Great Business Ideas"

Friday, December 22, 2017

Beli yang Ada Bonus Piring atau Gelasnya



● Cari yang Ada Bonus Piringnya ●

Add caption
Sejak masih bujangan, tiap kali beli sabun dan kebutuhan harian lain, saya memilih produk yang memberi bonus alat rumah tangga. Misal piring, gelas, mangkuk, atau sendok. Waktu itu, pikir saya, lumayalah untuk nyicil nanti kalau sudah berumahtangga.
Alhamdulillah, di kontrakan saya di Bekasi dulu, banyak piring, mangkuk, dan gelas, rata-rata diperoleh dari bonus beli sabun.

Tapi, saat boyongan ke kampung
Semua barang itu saya tinggal di kontrakan
Dan saya hibahkan ke pemilik kontrakan--seorang kristen taat yang baik dan ramah
(Liburan lalu, saya sempat berkunjung ke rumah beliau di Bekasi)

Kebiasan itu berlanjut saat sudah balik kampung

Seperti saat beli teh
Teh Dandang ini, selain enak rasanya, juga menyediakan hadiah bagi pembelinya

Dulu, ada promo beli 2 boks (kotak) isi 25 pcs teh celup, dapat 1 gelas putih transparan
Saya beberapa kali beli teh yang ada bonusnya ini

Lalu, muncul promo beli boks spesial gift
Satu paket boks berisi 3 kotak teh celup, bonus 1 gelas putih solid
Itu poto yang syaa pakai bikin kopi susu pagi ini

Kemarin, saya menemukan lagi promo baru
Satu paket boks isi 3 kotak teh celup, bonus 1 mangkuk tempat gula
Mangkuknya cantik, mirip wadah teh yang saya lihat di film mandarin
Berbahan keramik, warna putih solid
Langsung deh saya beli 2 boks

Kebutuhan teh di rumah ini tidak sedikit
Bukan untuk konsumsi sendiri--karena saya penikmat kopi
Tapi, untuk tamu-tamu yang datang ke rumah
Hampir selalu dibuatkan teh hangat untuk mereka

Selamat ngeteh atau ngopi

Babat, 22 Desember 2017
@mskholid

#SelamatHariIbu

*Pagi-pagi emak SMS, tak kira lapo. Ternyata ngajak sambang besan-e di Pati.

Thursday, December 21, 2017

Makan Warung, Gak Boleh Lebih 20.000


● Tak Lebih Rp.20.000,- ●

Depot Barokah di Jalan Kapasan ini, warung makan langganan saya kalau pas di seputaran Pasar Kapasan
Selalu ada menu istimewa bagi saya; Ikan tongkol
Kadang digoreng, kadang pula ada pepesan
Keduanya cocok bagi saya
Begitu pula dengan sayur sop-nya; bumbunya terasa

Dan yang terpenting, harganya murah

Murah ukuran saya (saat makan di warung) adalah seporsi makan plus minumnya harganya tidak melebihi 20.000--tidak bikin dompet mendadak migrain sehabis makan
Kalau harganya melebih 20.000 seporsi, hampir pasti tidak saya datangi lagi--walaupun rasanya enak
(Ada beberapa contoh di Lamongan dan Babat--biasanya saya mencoba menunya, sekadar pengen ngerti saja)

Apalagi yang rasanya amat sangat di bawah standar--semacam beberapa jenis makanan impor itu
Sudah mahal, bikin gak sehat pula (baca: junk food)
Hampir gak pernah jadi pilihan saya--kecuali sedang sangat terpaksa

Makan di warung (semacam) Depot Barokah ini, selain kenyang, juga tak bikin was-was harga kalau kita asal comot jajanan yang gemelantungan.

Kapasan, 21 Desember 2017
@mskholid

Saturday, December 16, 2017

Uang Receh 500 an yang Bikin Tenang

Uang Receh 500 an yang Bikin Tenang

Bawa mobil kalau belum ada recehan 500 an itu perasaan gimana ngono
Andaipun di dompet gak ada duit "besar" pun, kalau di dashboard sudah ada recehan 500, hati sudah tenang.

Apalagi kalau situasi perjalanan sedang ada "cegatan"--seperti dalam perjalanan Semlaran - Drajat, yang ada dua kali cegatan di wilayah Banajrmadu dan jembatan Karanggeneng.

Kalau sudah dicegat gitu, gak ngasih duit, itu rasanya gimmmaanaaa gitu
Amat gak enak.
Belum lagi saat membayangkan bagaimana perasan beliau-beliau yang merelakan waktunya kena panas terik matahari jagain lalu lintas perjalanan, lalu tidak kita kasih duit.

Walaupun recehan 500, itu amat berarti bagi mereka
Amat berarti untuk menjaga perasaan mereka
"Suwun, Pak...!"
"Suwun, Bos...!"
Itulah ungkapan mereka saat uang gopek melayang ke dalam kaleng

Sebaliknya,
Kalau gak dikasih, bisa nesu dan jengkel.
Kalau sudah jengkel, (kata Kiai Ghofur) bisa mengalirkan ion-ion negatif warna merah--dan itu bisa mempengaruhi kita yang tidak ngasih.
Tapi, ini masih lumayan.

Di beberapa lampu merah, terkadang ada gerombolan anak yang ngamen dan meminta recehan.
Kalau tidak dikasih ia lantas berulah
Didoretlah body mobil pakai uang recehan yang dia bawa
Clerettt kecil di body mobil itu, bisa menghabiskan ratusan ribu di bengkel supaya bisa mulus kembali.

Gara-gara recehan 500, rugi ratusan ribu...!
Seperti itu pulalah hidup.

Tidak mesti yang kita butuhkan itu selalu duit besar
Tidak selalu yang kita butuhkan dalam sebuah organisasi adalah kumpulan orang-orang hebat dan besar.
Kita kerapkali membutuhkan kombinasi antara uang merah, uang biru, uang hijau, dan uang gemericik recehan tersebut.

Coba perhatikan organisasi Anda.
"Dipikir-pikir, isinya orang hebat-hebat semua.
Tapi, kenapa organisasi tidak jalan dengan baik.
Ya itu...
Sebabnya adalah tidak ada "uang recehan" di organisasi itu."
Tidak ada yang mau mengambil peran recehan itu

____________
Setidaknya,
Ketenangan yang ditimbulkan uang recehan itu,
Seperti ketenangan yang diperoleh seorang pejabat saat disopiri sopirnya sendiri

Sebab,
Kalau tidak disopiri sopirnya sendiri,
Bisa-bisa nabrak #TiangListrik 😉😁😂😃😃😃😃

Bumi Mangrove Tuban, 16 Desember 2017

Sunday, October 1, 2017

Bapak Miskin yang Melahirkan Al-Ghazali

● Bapak Miskin yang Melahirkan Seorang Al-Ghazali ●

Sang Hujjatul Islam, yang karya-karyanya menghiasi keilmuan umat hingga zaman ini, ternyata bukan anak seorang ulama besar. Bukan anak seorang kiai dengan pondok besar--santri membludak.

Beliau "hanya" anak seorang lelaki fakir yang shalih
Pekerjaan bapaknya adalah tukang tenun
Itulah sebabnya, banyak yang mengira bahwa nama الغزالي dibaca dengan tasydid pada huruf "ز" yang dinisbatkan pada bapaknya ghazzal (tukang tenun)
Penisbatan yang dibantah sendiri oleh sang Hujjatul Islam, bahwa namanya yang benar ialah Al-Ghazali (tanpa tasydid pada huruf ز ). __assiyar__

Lalu, apa istimewanya si bapak sehingga melahirkan anak sekaliber Imam Al-Ghazali?

Pertama,
لا يأكل إلا من كسب يده
Sang bapak tidak makan (dan memberi makan keluarganya) selain hasil dari jerih payahnya sendiri.
Jadi, rejeki yang dikonsumsi, tidak seladar halalan thoyyiban
Tapi juga hadil keringat sendiri
Sehingga ia pun tahu hartanya benar-benar bersih dari syubhat

Dalam sebuah hadits disebutkan;
Mencari kayu bakar di hutan, lalu menjualnya di pasar (dengan hasil yang tak seberapa)
Itu jaaaauh lebih baik daripada
Menengadahkan tangan pada orang lain (yang biasanya menghasilkan nominal lumayan)

Kedua,
Senang menghadiri majelis ilmu
Walau fakir (melaratnya lebih parah daripada miskin),
Pak Muhammad ini tidak lantas gila kerja, atau beralasan capek-sibuk dan tidak hadir di pengajian
Beliau rajin hadir di pengajian para alim-ulama

Seringkali beliau menangis tersedu saat mendengar pengajian
Lantas berdoa lirih, supaya kelak punya anak yang alim nan pejuang dakwah

Yang ketiga,
Tak cukup cinta pada alim ulama,
Bapaknya Imam Ghazzli juga berusaha sekuat tenaga melayani kebutuhan mereka
Bahkan, di tengah keterbatasan (dan kemiskinan) selalu berusaha mengeluarkan "sesuatu" dari hartanya untuk mereka. Memberi nafkah materi bagi para gurunya--semampu dia.

*disadur dari mukaddimah kitab yang dicapture


Tritunggal, 30 September 2017
IG-Twitter 》@mskholid
Blog 》@ruanginstalasi

Sunday, September 17, 2017

Anak Peparing Gusti Allah, Hindari Membandingkan-bandingkan

● Peparing Gusti Allah ●
Hindari Membandingkan-bandingkan

Sebagaimana anak, dulur (saudara) adalah peparing Gusti Allah
Sebagaimana kita tak bisa memilih jadi anak siapa
Kita juga gak bisa memilih jadi saudaranya siapa
Pun (bagi orangtua), tak bisa memilih punya anak yang seperti apa

Orangtua hanya bisa berharap (dan berdoa)
Tapi, jelas tidak bisa menentukan
Karena itu, orangtua dituntut untuk bisa selalu  menerima

Apapun kondisi anak yang dilahirkannya
Tak elok baginya selalu memuji-muji anak yang satu
Sementara anak yang lain justru dijelek-jelekkan
Apalagi membanding-bandingkan
Apalagi membandingkannya di depan semua anaknya

Rukun dan tenteramnya keluarga (anak-anak atau dulur dengan dulur)
Amat tergantung pada bagaimana sikap orangtua memperlakukan mereka
Acapkali anak gak akur, bukan karena rebutan harta warisan,
Tapi, karena sikap orangtua yang tidak adil

Anak yang jelek (meski memang jelek kelakuan & akhlaknya), dijelek-jelekkan
Sebaliknya, anak yang baik (meski memang baik kelakuan & akhlaknya) selalu dipuji-puji
Kalaupun ingin memuji, cukup puji di hadapan yang bersangkutan
Kalaupun ingin menasehati, cukup nasehati di hadapan yang bersangkutan

Tidak usah ada kalimat banding membandingkan
Sebab, pada dasarnya tak ada orang yang rela dibandingkan
Apalagi dengan sesama saudara sendiri
Sikap membandingkan seperti itu kerap membuat hubungan antar saudara retak

Coba saja,
Andai seorang suami membanding-bandingkan istrinya dengan saudara perempuannya si istri
Walaupun pembandingan itu benar, bisa terjadi kiamat kecil di rumah tangga mereka

----

Memang tidak mudah jadi orangtua
Ibarat kuburan, ia bisa kelihatan tenang dan nyaman
Karena si kuburan mau dengan legowo menerima siapa pun yang datang
Orang baik diterima, orang kelakuan buruk juga diterima

Kuburan tidak pernah (dan tidak perlu berisik) tiap menerima "anak-anaknya"
Toh, tiap anak-anak itu akan menerima balasan amalnya sendiri-sendiri
Kuburan hanya perlu selalu mengingatkan dan menasihati
Cukup dengan kalimat lirih dan tanda-tanda, tanpa berisik-tanpa bikin heboh

Kranji, 17 September 2017
Disarikan daei ceramah #KH Ahmad #Syaerozi - Babat

Friday, September 15, 2017

Tiru Cara Pinternya Dokter Mengobati

● Tiru Cara Pinternya Dokter Mengobati ●

Tugasnya orang pinter itu menyembuhkan (dan mengobati)
Seperti halnya dokter yang mengobati penyakit fisik,
Orang pinter agama punya tugas mengobati penyakit spiritual
Penyakit hati dan akhlak

Namun, orang mengobati juga tidak asal benar obatnya
Caranya mengobati juga harus benar dan tepat
Tirulah cara pak dokter yang mengobati pasiennya

Saat mau menyuntik, dokter mesti "melorot" celana pasiennya
Nah, sebelum celana pasien "diplorot", dokter akan menyuruh pasien masuk ruangan
Lalu pintu atau korden jendela ditutup
Barulah si pasien "diplorot" dan disuntik

Usai disuntik, dokter tidak serta merta menyuruh pasien keluar ruangan
Ia disuruh merapikam diri dan pakaiannya
Diminta sedikit berdandan, supaya nampak rapi
Supaya tidak kelihatan bekas habis "diplorot"

Itulah contoh cara yang cerdas dan pinter dalam mengobati

Coba bayangkan,
Andai si doker itu mengobatinya rame-rame
Bayangkan dia langsung "melorot" pasien2nya di ruang tunggu
Semua pasien disuruh melorot celananya, lalu si dokter bergiliran menyuntik pasien satu persatu. Apa yang terjadi?
Ya, meskipun niatnya baik (mengobati), tak akan ada orang yang mau berobat padanya

》》》
Begitu pula dengan orang alim, seorang ulama
Dia tidak cukup sekadar pinter keilmuannya
Tapi juga harus pinter & cerdas soal cara mengobati pasien (orang yang sakit)
Seperti halnya cara dokter memperlakukan pasiennya

Kalau niat ngobati orang, jangan pakai rame-rame
Jangan diomong-omongkan di depan khalayak ramai
Jangan dengan suara keras yang bisa didengar orang lain
Meskipun si sakit mengakui kesalahannya, secara naluriah dia tidak akan terima "diobati" dengan cara seperti itu

Drajat, 15 September 2017
@mskholid
@ruanginstalasi

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)