Wednesday, January 25, 2017

Syariatnya Tetap, Caranya yang Berbeda

Syariatnya Tetap, Caranya yang Berbeda

Setiap laki-laki muslim, wajib bersunat
Zaman Nabi Ibrahim, sunatnya pakai kapak  (atau sejenis pedang)
Begitu pun zaman Kanjeng Nabi dan sahabat

Abad milenium, umat Islam tetap bersunat
Tapi, tidak pakai kapak atau pedang
Tapi pakai pisau atau silet yang amat tajam
Dan diberi obat seperlunya

Zaman berganti,
Sudah banyak yang meninggalkan calak
Dan beralih pada dokter yang memotong pakai gunting
Pakai dijahit pula pinggirannya

Zaman sekarang,
Anak-anak pada takut dengan pisau dan gunting
Muncullah inovasi pakai laser

Cling...!!!
Putus, dan (katanya) tanpa keluar darah.
Pun sembuh seketika

Syariatnya tetap, caranya yang berbeda

Syariatnya belajar Al-Quran
Dulu, orang belajar Al-Quran tak ada yang bawa mushaf
Tinggal mendengarkan guru, lalu mengulang bacaan
Setelah sekian ratus tahun, belajar Al-Quran mesti bawa mushaf satu persatu
Bahkan ada pula yang tidak bawa Al-Quran. Tapi, bawa buku yang berisi "perotolan" isi Al-Quran. Ayat-ayat yang dipisah hurufnya

Bahkan, kini, belajar Al-Quran, hanya bawa bolpoin
Tinggal tunjuk halaman dan ayatnya, anda sudah bisa belajar
Besok tinggal murajaah dengan guru

Syariatnya tetap dilakukan
Caranya Berbeda

Dulu, cara membela Islam dengan perang, pedang-pedangan, tombak-tombakan, atau panah-panahan
Sekarang, aksi bela Islam bisa dengan cara mendirikan TPQ, Madrasah, ngajar, atau bahkan (bisa jadi dengan cara) shalat jumat bersama di lapangan besar dan subuh berjamaah.
Pun berdemo juga bisa jadi termasuk cara bela Islam

Lho, pak, apa gak menyalahi aturan Kanjeng Nabi?
Kan itu urusan ibadah...

Maka dari itu,
Ulama membuat klasifikasi ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah
Ada ibadah tertentu yang caranya harus sama persis contoh
Ada pula ibadah yang caranya tidak harus sama persis

Babat, 25 Januari 2017
@mskholid
• hujan rintik-rintik



@mskholid @ruanginstalasi Blogger | Wirausaha

Tuesday, January 24, 2017

Mabadi' Ushul Fiqih

《 Mabadi' Ilmu Ushul Fiqih 》

Buku yang kami gunakan dalam pelajaran Ushul Fiqih  (MAU) ialah
مبادئ أولية
Karya Ustadz Abdul Hakim Hamid
Kitab legendaris di pondok kami, karena ia juga digunakan untuk rujukan mata pelajaran Qowaid Fiqhiyyah sejak bertahun-tahun.

Penjelasan di dalamnya cukup ringkas dan sistematis
Memudahkan siswa memahami

Namun, bagi guru, kitab ini jelas amat jauh dari kata cukup
Apalagi bagi saya yang tidak punya background akademis jurusan Ushul Fiqih
Untungnya, di MA Mts Infarul Ghoy Tritunggal,
Kami menggunakan kitab (yang isinya hampir sama) berjudul
مفتاح الوصول في علم الأصول
Kitab berbahasa Indonesia dengan tulisan pego ini, sistematikanya mirip dengan kitab pertama. Tapi, ia punya penjelasan lebih lengkap.
Sehingga menjadi modal berharga bagi saya saat bereksplorasi dalam menjelaskan kajian Ushul Fiqih dengan kitab Mabadi'.

Di sisi lain,
Saya merasa amat perlu mengkaji  (dan mengkhatamkan) kitab ayat ahkam ini
(Malu, belum khatam)
Sebagai tambahan informasi yang bisa saya sampaikan kepada murid2

Kitab karya Syaikh Ali as-Shabuni ini hebat
Tapi, anehnya, kitab Tafsir beliau pernah diboikot* lewat sebuah fatwa yang saya baca dari sebuah software fatawa.

*difatwakan haram dan berdosa bagi yang membeli atau membagikan kitab beliau;
صفوة التفاسير



@mskholid @ruanginstalasi Blogger | Wirausaha

Monday, January 23, 2017

Kenapa Sunan Kalijaga Pilih Wayang?

Sunan Kalijogo itu pendekar.
Mantan jagoan yang amat disegani dan ditakuti
Bahkan, andai dulu Sunan Bonang memberi tugas memberantas semua perampok dan penjahat se tanah Jawa, tugas itu akan amat senang dilakukannya
Mudah, malahan, melihat track record nya sebagai jagoan

Sunan Kalijogo, andai menyuruh (dan memaksa) masyarakat untuk ikut beliau dan masuk Islam semua, saya kira gak ada rakyat yang bakal berani menantangnya.

Tapi,
Kenapa justru Beliau memilih wayang sebagai media Dakwahnya
Menggunakan wayang sebagai alat mengajarkan agama ini?



@mskholid @ruanginstalasi Blogger | Wirausaha

Wayang

Wayang

Masyarakat sejak dulu, suka dengan cerita
Sarana bercerita yang dimiliki masyarakat kala itu, di Tanah Jawa, ya hanya wayang
Lewat cerita (dalam lakon wayang) itulah ideologi dan doktrin ditanamkan oleh si dalang
Masyarakat terhanyut dengan ceritanya, bahkan menjadikan lakon dan kisah wayang sebagai bahan obrolan sehari-hari.

Lalu,
Ketika muncul teknologi layar tancap,
Orang-orang mulai keranjingan dengan film-filmnya
Saat ada hajatan, sunatan atau pernikahan, hiburannya diganti dengan layar tancap ini.

Pun,
Ketika muncul teknologi VCD player
Warga yang punya hajat, nanggap video
Sebab wayang dirasa lumayan mahal
Apalagi, cerita dan gambar dari VCD lebih real

Saat layar kotak televisi menjamur,
Hampir tak ada lagi yang menanggap layar tancap, apalagi VCD
Sebagian warga masih berusaha menjaga tradisi nanggap wayang, meskipun itu butuh dana tak sedikit

Sebagai sebuah alat,
Wayang bisa berfungsi sebagaimana layaknya VCD, televisi, bioskop, sinetron, dll.

Lalu...

Begitulah kura-kura.

Terjebak hujan,
Karanggeneng, 23 Januari 2017
@mskholid



@mskholid @ruanginstalasi Blogger | Wirausaha

Jagoan yang Tugasnya "Remeh"

Jagoan yang Tugasnya "Remeh"

Bagi Sunan Kalijogo yang jagoan dan pendekar itu, pastinya amat membanggakan dan menjadi cerita keren andai Sang guru, Sunan Bonang, memberi tugas memberantas perampok dan penjahat di tanah Jawa.

Kisah kepahlawanan menghajar para perampok itu akan amat membanggakan andai diceritakan pada anak cucu.
Namun, kenapa justru tugas yang diberikan Sang Guru malah amat remeh.
Hanya menjaga tongkat  (menurut sebuah riwayat), sambil merapalkan wirid

Kisah menjaga tongkat, barang remeh temeh, yang andai ditinggal pun gak akan ada yang mencuri, pasti justru bikin malu untuk diceritakan.
Lha, mosok jagoan-pendekar kok tugasnya cuma jaga tongkat.

Itu mirip seorang tentara yang ditugaskan kiai, hanya untuk membalikkan posisi sandal kiai saat dilepas di masjid atau tempat lain.
Bikin malu aja. Bikin sang tentara ogah-ogahan cerita sama anak cucu.

Berbeda andai tugas dari sang kiai itu memberantas para koruptor yang bersembunyi dibalik gelar negarawan dan politisi, pasti cerita kepahlawanan beliau akan amat membanggakan di kalangan anak cucu.

Namun, apa rahasianya?
Apa hasil yang diperoleh Sunan Kalijaga dalam dakwahnya selanjutnya?
Seperti apa prestasi dakwah yang beliau torehkan?

Jawabannya?
Jangan tanyakan pada orang yang bilang Walisongo itu fiktif.

Begitulah, kura-kura...

Masih ngaop kudanan...

*nulis ulang dari ceramah Gus Muwafiq



@mskholid @ruanginstalasi Blogger | Wirausaha

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)