Wednesday, April 23, 2008

Hentikan Unilever

Hallo semua,

Kami memanggil untuk Aksi Kampanye Global Greenpeace untuk
menyelamatkan Hutan Indonesia!

bisa di lihat di Link ini : http://www.greenpea ce.org/seasia/ id/
Video bisa di lihat di sini : http://www.youtube. com/watch? v=odI7pQFyjso

Ini siaran press kami :

Para Pemasok Unilever Membakar Kalimantan Demi Minyak Kelapa Sawit;
Greenpeace Menuntut Moratorium Konversi Hutan

Jakarta/Singapore 21 April 2008, Indonesia — Unilever, nama dibalik
berbagai merek besar dunia, termasuk sabun Dove, menyumbang perusakan
hutan serta lahan gambut Indonesia, ekosistem terakhir di muka bumi
yang merupakan cadangan karbon yang besar serta merupakan habitat
orangutan serta satwa langka lainnya, menurut organisasi lingkungan
hidup Greenpeace.

Dalam laporan yang bernada keras, bertajuk "Membakar Kalimantan",
Greenpeace membeberkan laporan baru yang menunjukkan titik-titik
dimana para pemasok Unilever menghancurkan hutan gambut dan habitat
orangutan demi menanam kelapa sawit, salah satu bahan penting dalam
pembuatan merek sabun terkenal Unilever.

"Sungguh keterlaluan apabila hutan hujan kita terus dirusak demi
produksi minyak kelapa sawit.

Kami telah berkali-kali menyerukan pemerintah Indonesia untuk
menyatakan moratorium guna menyelamatkan hutan dan lahan gambut
tersisa dari penghancuran hanya demi sabun dan shampo," kata Hapsoro,
juru kampanye hutan Greenpeace Asia Tenggara, "Kini Greenpeace
menyerukan para industri pengguna utama minyak kelapa sawit berhenti
membeli dari perusahaan-perusaha an yang merusak hutan dan lahan
gambut," ujar Hapsoro.

Kerusakan hutan Indonesia terjadi lebih pesat dibandingkan negara
pemilik hutan lainnya di dunia. Hal ini menjadikan Indonesia
penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di muka bumi (1).

Lahan gambut yang dalam di kawasan ini ketika dikeringkan dan kemudian
dibakar dalam proses mempersiapkan lahan baru untuk perkebunan kelapa
sawit menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah yang besar. Kawasan
lahan gambut ini bertanggung jawab atas 4% dari jumlah emisi gas rumah
kaca dunia (2).

Laporan ini juga menjelaskan bagaimana pertumbuhan sektor kelapa sawit
memberikan dampak buruk terhadap keanekaragaman hayati. Jumlah
populasi orangutan merosot drastis dan terancam kepunahan(3) . Dengan
memetakan kawasan yang dikendalikan oleh perusahaan-perusaha an kunci
yang menjadi pemasok perusahaan Unilever, laporan ini menjelaskan
bagaimana perusahaan dengan hubungan langsung dengan Unilever saat ini
membabat habitat orangutan yang tersisa. Laporan ini juga mencakup
riset lapangan yang dilakukan oleh Greenpeace di bulan-bulan awal
tahun 2008.

"Kami tercengang saat mengetahui bagaimana Unilever, yang merupakan
salah satu pengguna minyak kelapa sawit terbesar di dunia dan
merupakan pemrakarsa utama Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO),
suatu organisasi industri yang dibentuk untuk memastikan produksi
minyak kelapa sawit yang ramah lingkungan, ternyata tidak melakukan
apapun untuk mengehentikan para pemasok merusak hutan serta lahan
gambut," ujar Sue Connor dari Greenpeace Internasional di Jakarta,
"Kecuali Unilever membersihkan segenap operasinya orangutan akan punah
lebih cepat, kita kehilangan kesempatan bertindak mencegah bencana iklim."

- Greenpeace menyerukan Unilever agar secara terbuka mendeklarasikan
penghentikan perluasan lahan kelapa sawit pada kawasan hutan dan lahan
gambut serta berhenti berbisnis dengan pemasok yang terus merusak
hutan hujan.

- Greenpeace menyerukan pemerintah Indonesia untuk segera
mendeklarasikan moratorium konversi lahan gambut dan hutan dengan
kriteria minimum sebagai berikut:

1. Tidak ada perkebunan baru dalam kawasan hutan yang sudah dipetakan

2. Tidak ada perkebunan baru yang dibuka dengan cara merusak lahan gambut

3. Tidak ada perkebunan atau perluasan areal perkebunan pasca-November
2005 yang dihasilkan dari deforestasi atau merusak kawasan dengan
nilai konservasi tinggi (High Conservation Value Forest, HCVF).

4. Tidak ada perkebunan atau perluasan areal perkebunan pada kawasan
masyarakat adat atau kelompok masyarakat yang menggantungkan hidup
mereka pada hutan tanpa persetujuan mereka yang diambil tanpa tekanan
(free prior informed consent, FPIC).

5. Menginformasikan secara terbuka rantai lacak pasokan serta sistem
segregasi yang dapat menandai dan mengecualikan minyak kelapa sawit
dari kelompok yang gagal memenuhi kriteria di atas.

Greenpeace adalah organisasi kampanye yang independen, yang
menggunakan konfrontasi kreatif dan tanpa kekerasan untuk mengungkap
masalah lingkungan hidup, dan mendorong solusi yang diperlukan untuk
masa depan yang hijau dan damai.

Catatan Kaki :

(1) Wetlands International, Peatland degradation fuels climate
change, November 2006

(2)Cooking the Climate, Greenpeace Report , November 2007

(3)The Last Stand of the Orangutan; State of Emergency: Illegal
Logging, Fire and Palm Oil in Indonesia's National Parks, UNEP, Feb 2007

(4) AFP (2007) `Activists: Palm oil workers killing endangered
Orang-Utans.
Catatan Redaksi

Menurut Pusat Perlindungan Orang-Utan (Centre for Orangutan
Protection), setidaknya 1.500 orangutan mati di tahun 2006 akibat
serangan yang disengaja oleh pekerja perkebunan. (4)

Sejak tahun 1900, jumlah orangutan Sumatera diperkirakan turun 91%,
dengan angka terbesar di akhir abad ke-20.

Sejak tahun 1990, 28 juta hektar hutan Indonesia – dengan ukuran sama
dengan Ekuador – telah dihancurkan, sebagian besar akibat pembukaan
lahan perkebunan kelapa sawit. Permintaan akan minyak kelapa sawit
diperkirakan akan meningkat berlipat ganda; dua kali lipat pada tahun
2030 dan tiga kali pada tahun 2050 dibandingkan dengan tahun 2000.
Informasi visi, video, foto dan laporan

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:

Hapsoro, Juru Kampe Hutan Greenpeace Asia Tenggara, +62 813 7848 9700
Sue Connor, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Internasional +62 813 1594
3404 / +64 21 2299 594
Adhityani Arga, Juru Kampanye Media Greenpeace Asia Tenggara +62 813
980 999 77

No comments:
Write komentar

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)