Friday, May 2, 2008

Teknik Membuat Resensi Buku

Oleh
Yon’s Revolta

~dan...kebahagiaan akan berlipat ganda
jika dibagi dengan orang lain~

(Paulo Coelho dalam novel “Di Tepi Sungai Piedra”)

Beruntung orang yang suka membaca buku. Mereka yang gemar membaca buku akan
erbuka wawasannya, tidak kuper dan cupet pandangan. Mereka juga akan mengerti
informasi selain yang dipikirkannya selama ini, referensi dan pengetahuannya
akan bertambah luas. Dan inilah sebenarnya investasi berharga sebagai modal
untuk mengarungi kehidupannya. Orang yang menyukai aktivitas membaca, hasilnya,
mereka tidak akan berpikir sempit ketika menghadapi problem-problem penting yang
terjadi di dunia. Serta punya potensi dan kecenderungan yang bijak dalam
mensikapi kejadian-kejadian keseharian di sekitarnya.

Tapi, bagi orang yang ingin berbuat lebih dan mau berbagi ilmu kepada orang
lain, membaca saja tak cukup. Mereka perlu memiliki keterampilan lagi yaitu
ketrampilan meresensi buku. Sebelum melangkah kepada teknik ringkas meresensi
buku, ada beberapa hal penting mengapa resensi perlu dibuat. Tujuannya,
diantaranya sebagai berikut,

Membantu pembaca (publik) yang belum berkesempatan membaca buku yang
dimaksud atau membantu mereka yang memang tidak punya waktu membaca buku.
Dengan adanya resensi, pembaca setidaknya bisa mengetahui gambaran dan
penilaian umum terhadap buku tertentu. Setidaknya, bisa dijadikan bahan
obrolan yang bermanfaat dari pada menggosip yang tidak jelas juntrungnya.

Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan begitu,
pembaca bisa belajar bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu.
Memang, peresensi bisa saja sangat subjektif dalam menilai buku. Tapi,
bagaimanapun juga tetap akan punya manfaat (terutama kalau dipublikasikan
di media cetak, karena telah melewati seleksi redaktur).

Mengetahui latarbelakang dan alasan buku tersebut diterbitkan. Sisi
Undercovernya. Kalaupun tidak bisa mendapkan informasi yang demikian,
peresensi juga tetap bisa mengandalkan misalnya mengacu pada halaman
pengantar atau prolog yang biasanya terdapat dalam sebuah buku. Kalau
tidak, informasi dari pemberitaan media tak jadi soal.

Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama
atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam
terbang” tinggi, biasanya tidak melulu melulu mengulas isi buku apa adanya.
Biasanya, mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah
ditulis oleh pengarang buku tersebut, kalau tidak, biasanya juga
menghadirkan buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan
lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.

Bagi penulis buku yang diresensi, bisa sebagai masukan berharga bagi
proses kreatif kepenulisan selanjutnya karena tak jarang peresensi
memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara dan gaya
kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya. Sedangkan, bagi penerbit bisa
dijadikan wahana koreksi karena biasanya peresensi juga menyoroti soal font
(jenis huruf) mutu cetakan dsb.

Nah, untuk bisa meresensi buku, sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan
sebagian orang. Ada beberapa langkah umum yang bisa dilakukan siapa saja yang
akan membuat resensi buku. Diantaranya;

Tahap Persiapan

Memilih jenis buku : Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat
tertentu pada sebuah buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau
kita fokus untuk meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau
sesuai dengan latarbelakang pendidikan kita. (hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang
sekaligus). Ini terkait dengan ” otoritas ilmiah”. Hal ini tidak
berarti membatasi tau melarang-larang orang untuk meresensi buku. Tapi,
hanya soal siapa berbicara apa. Seorang guru tentu lebih paham bagaimana
cara mengajar siswa dibandingkan seorang tukang sayur.

Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media
cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat
karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak yang membacanya
sehingga tidak mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama (yang
diniatkan sekedar untuk berbagi ilmu) tetap bisa diresensi dan
dipublikasikan misalnya lewat blog (jurnal personal).

Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan
diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;

Judul Karya Resensi

Judul Buku :
Penulis :
Penerbit :
Harga :
Tebal :

Tahap Pengerjaan

Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan
antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa
sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi,
mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku
secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa
penting yang terdapat dalam buku tersebut.

Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud.
Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;

Informasi awal buku (seperti format diatas).
Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”
Membuat ulasan singkat buku. Diskripsi garis besar isi buku.
Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan
cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya
fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa
membantu publik menilai sebuah buku.
Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan
buku lainnya.
Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
Mengkoreksi karya resensi. Mengkoreksi kelengkapan karya, EYD dan
sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting
tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap penilaian peresensi terhadap
buku tersebut.

Tahap Publikasi

Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi.
Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah
halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman bagi
peresensi.
Menyertakan cover halaman depan buku.
Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah
diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis
apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk
menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.

Demikian ulasan sekilas mengenai teknik sederhana meresensi buku. Pada
intinya, persoalan meresensi buku adalah soal berbagi (ilmu). Setelah membaca
buku, biasanya kita bahagia karena memperoleh wawasan baru. Dengan begitu urusan
meresensi buku juga bisa berarti kita berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
Sungguh mulia bukan!

No comments:
Write komentar

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)