Monday, October 17, 2011

Peluang Beasiswa untuk Profesor Muda

KOMPAS.com - Tersedia peluang beasiswa di The Graduate Institute, Geneva, bagi profesor muda berprestasi dari universitas-universitas di negara kerkembang yang tengah melakukan penelitian berkelanjutan dalam berbagai bidang ilmu, seperti antropologi, sejarah, hukum, politik, ilmu politik, dan ekonomi.



Penerima beasiswa akan menghabiskan waktu satu semester di Institut untuk:
- mengembangkan dan menguatkan kurikulum yang diambil
- mempersiapkan lebih jauh proyek penelitian
- berpartisipasi dalam pelatihan mengajar
- berinteraksi dengan komunitas internasional di kawasan Geneva

Pembiayaan yang akan diterima meliputi biaya hidup dan juga akomodasi selama di Geneva. Kandidat yang akan mengajukan aplikasi harus berpendidikan doktor dan memiliki waktu penuh di sebuah institusi pendidikan di Afrika, Asia, atau Amerika Latin.

Kegiatan mengajar dan penelitian harus sesuai dengan disiplin ilmu institut dan bidang keahlian (hubungan luar negeri, studi pembangunan, pembangunan ekonomi, pengembangan sosiologi dan antropologi, ekonomi internasional, hubungan internasional, hukum internasional, sejarah dan politik internasional).

Pertimbangan khusus akan diberikan kepada individu yang memiliki minat dalam hal tata kelola internasional dan/atau melakukan penelitian pada organisasi internasional di Geneva untuk mengikuti sebuah program studi tata kelola internasional.

Mekanisme aplikasi

Batas waktu pengajuan aplikasi:
- 1 Oktober 2011, untuk mengikuti kelas pertengahan Februari-akhir Mei
- 1 Maret 2012 untuk mengikuti kelas pada pertengahan September hingga akhir Januari

Untuk persyaratan dan informasi lebih lanjut, bisa mengaksesnya melalui situs web www.graduateinstitute.ch atau mengirimkan e-mail ke: in-residence@graduateinstitute.ch

UI Tawarkan Beasiswa untuk Jurnalis

DEPOK, KOMPAS.com -- Universitas Indonesia menawarkan beasiswa bagi jurnalis untuk menempuh studi pascasarjana atau program master. Beasiswa ini akan diberikan bagi wartawan yang telah lolos seleksi masuk Universitas Indonesia, baik pada 65 program studi master regular maupun 2 program studi master internasional.

Pendaftaran untuk program pascasarjana semester genap di UI dimulai pada 10 Oktober hingga 25 November 2011. Adapun ujian masuk dilaksanakan pada 4 Desember 2011.

Tawaran beasiswa pendidikan bagi jurnalis tersebut disampaikan Rektor UI Gumilar Rusliwa Somantri di Kampus UI Depok, Senin (10/10/2011). Pada kesempatan ini, Rektor UI juga meresmikan media center UI yang bertempat di perpustakaan The Crystal Knowledge. Gumilar mengatakan media center UI itu diresmikan sebagai Pusat Informasi Indonesia.

Pusat informasi itu dapat dimanfaatkan para jurnalis untuk mengakses jaringan informasi yang tersedia di perpustakaan. Ruangan berukuran 4 x 6 meter itu terletak di kawasan perpustakaan baru UI, The Crystal Knowledge.

Menurut Kepala Kantor Sekretariat Pimpinan UI, Devie Rahmawati, perpustakaan UI memiliki 2,5 juta koleksi buku fisik (antara lain text book, referensi, majalah). Dari jumlah koleksi buku itu, 50.000 di antaranya ialah karya sivitas akademik UI, seperti karya akhir, mulai dari skripsi hingga desertasi, karya penelitian dosen, artikel dan jurnal. Setiap tahun UI menghasilkan 10.000 karya ilmiah yang dikenal dengan sebutan UI ANA.

Perpustakaan UI memiliki koleksi online database internasional terbesar di Indonesia dengan jumlah 80 judul. Untuk investasi ini, sejak tahun 2008, UI setiap tahun mengeluarkan dana Rp 6 miliar.

Dengan fasilitas ini, seluruh pengguna perpustakaan UI dapat tersambung langsung dengan data-data dari seluruh dunia, seperti Harvard Business School. Akses terhadap online database mudah dilakukan, karena UI saat ini memiliki bandwith sebesar 650 mbps, yang juga terbesar di Indonesia.

Hal ini juga ditunjang dengan infrastruktur storage data sejumlah 345 Terra, yang meningkat 690 persen sejak tahun 2007.

Dengan bermarkas di kampus UI Depok, para wartawan akan selalu memiliki akses terhadap informasi baik itu berupa aktivitas para peneliti UI, para dosen, mahasiswa, karya-karya ilmiah, seminar, dan lokakarya.

Beasiswa untuk PNS Terbuka Lebar

JAKARTA, KOMPAS.com — Kesempatan untuk melanjutkan studi di luar negeri kini terbuka lebar bagi abdi negara alias pegawai negeri sipil. Tak perlu lagi ada dilema antara memilih pekerjaan sebagai abdi negara atau melanjutkan studi!

Ariono Hadipuro (Ono), staf di Nuffic NESO Indonesia, mengungkapkan, saat ini justru kesempatan untuk melanjutkan studi di luar negeri bagi para pegawai negeri terbuka lebar. Ia mengatakan, pegawai negeri kini menjadi target utama dari pemberi beasiswa berbagai negara.

"Kenapa pegawai negeri? Pertama, pegawai negeri adalah policy maker," kata Ono, Senin (10/10/2011) malam, dalam diskusi mengenai studi luar negeri, di Jakarta.

Ia menjelaskan, banyak negara mengutamakan memberikan beasiswa kepada PNS karena fungsi PNS diharapkan bisa mengutamakan kepentingan negara setelah mereka menyelesaikan studinya.

"Istilahnya itu tidak ada makan siang yang gratis," ujarnya.

Alasan kedua mengapa PNS dianggapnya sangat beruntung adalah karena saat ini beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia jumlahnya meningkat jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Beasiswa dari Pemerintah Indonesia diberikan melalui beberapa kementerian, seperti Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).

Belum lagi saat ini ada beasiswa spirit, yaitu beasiswa dari 11 institusi yang mengelola dana pinjaman dari Bank Dunia dalam bentuk beasiswa untuk orang-orang yang bekerja di institusi pemerintahan. Ada ribuan beasiswa tersedia bagi pegawai negeri asal Indonesia dan berbagai negara.

"Saya mau bilang, teman-teman PNS harus memiliki rencana jangka panjang untuk studi di luar negeri dengan beasiswa tersebut," kata Ono.

Cerita tentang Studi di Amerika

JAKARTA, KOMPAS.com – Menyimak cerita para alumni yang berhasil meraih beasiswa studi di luar negeri, selalu terselip hal yang menarik dan memotivasi. Misalnya, bagaimana usaha mereka saat berburu universitas, jurusan yang akan diambil, hingga cerita saat menjalani studi di negeri orang.

Salah satunya cerita yang dibagi Muhammad Robi, alumni Columbia University, Amerika Serikat saat melanjutkan S-3 di Negeri Paman Sam tersebut. Menurutnya, yang menarik dari studi di Amerika salah satunya adalah terformatnya aplikasi beasiswa sehingga memungkinkan siapa saja dapat mendaftar beasiswa melalui internet dan langsung pada universitas yang akan dipilih.

Lulusan S-1 bisa langsung studi S-3

Selain itu, yang perlu diketahui adalah, ternyata semua lulusan S-1 dapat langsung melanjutkan studi ke jenjang S-3 tanpa harus menyelesaikan S-2 terlebih dahulu. Ketika mendaftar, setiap mahasiswa S-1 dapat langsung mengajukan aplikasi untuk melanjutkan jenjang S-3. Jika diterima, selain bebas biaya dan mendapatkan uang saku, setiap mahasiswa S-3 juga akan diperlakukan selayaknya mahasiswa S-2, paling tidak satu sampai dua tahun pertama.

“Studi S-3 di Amerika itu tidak perlu S-2. Setelah lulus S-1 bisa langsung apply ke S-3. Nantinya, ibarat lari gawang, semua bertahap, ada ujian, ujian proposal, sampai ujian sidang,” kata Robi, saat diskusi mengenai studi di luar negeri, Senin (10/10/2011) malam, di Jakarta.

Robi yang kini tercatat sebagai peneliti senior di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan, studi S-3 di Amerika paling cepat dapat ditempuh selama lima tahun. Tanpa S-2 terlebih dahulu membuat lamanya waktu studi S-3 di Amerika menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Meski demikian, menurutnya, hal itu dapat disikapi sebagai investasi energi dan tidak perlu dijadikan masalah.

“Saya menyelesaikan S3 dalam waktu tujuh tahun, memang lama tapi anggap saja itu investasi,” ujarnya.

Jangan terjebak ranking universitas

Ia berpesan, sebelum memutuskan untuk melanjutkan studi di Amerika hal penting yang harus diperhatikan adalah jangan terjebak pada ranking universitas yang menjadi tujuan. Di Amerika itu terdapat ribuan universitas. Yang harus diperhatikan adalah spesifikasi program studi yang akan dipilih. Selanjutnya, cobalah untuk mulai membangun komunikasi melalui e-mail dengan beberapa profesor yang Anda nilai cocok untuk mendampingi Anda melakukan penelitian.

“Membangun komunikasi dengan profesor itu baik untuk pendekatan dan mengetahui kecocokan Anda dengan profesornya. Tapi jangan memberikan pertanyaan bodoh,” kata Robi.

“Kompetisi di sana sangat kuat dan banyak orang pintar. Maka poinnya adalah kita tidak harus sangat pintar agar diterima, tetapi kita mesti jujur dan sampaikan ‘lagu’ sendiri yang membuat mereka (universitas) tertarik pada kita, jangan takut,” ujarnya.

Tuesday, October 11, 2011

Lowongan Marketing dan Layouter di Penerbit Leutika

Penerbit Buku LEUTIKA membutuhkan:

MARKETING: Wnt/Pria, S1, maks 27th, biasa online, paham event buku, kreatif, konseptor, komunikatif, bisa memimpin tim.

LAYOUTER BUKU: Wnt/Pria, min D3, maks 25th, mahir InDesign.

Lamaran langsung ke Leutika Publisher (langsung tes):

Jl Sulawesi no 7c Ring road utara Yogyakarta.

Telepon (0274) 880387

Sunday, October 9, 2011

Bank Mandiri Berikan Beasiswa Rp 960 Juta

MAKASSAR, KOMPAS.com — Bank Mandiri mengucurkan dana Rp 960 juta untuk program beasiswa Mandiri Edukasi kepada 20 mahasiswa Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Para penerima beasiswa diwajibkan menyelesaikan kuliah paling lambat selama empat tahun.

Direktur Micro and Retail Banking Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin, Jumat (7/10/2011), mengemukakan, setiap mahasiswa mendapat jatah Rp 48 juta yang akan diberikan sebesar Rp 1 juta setiap bulan selama masa kuliah empat tahun. Penerima beasiswa akan ditentukan pihak rektorat Universitas Hasanuddin.

Bank Mandiri mengalokasikan dana beasiswa sebesar Rp 18,88 miliar untuk 360 mahasiswa di 18 perguruan tinggi di Tanah Air. Program ini juga disertai dengan pelatihan tentang perbankan dan kepemimpinan sebagai bekal mahasiswa di masa yang akan datang.

Wakil Rektor III Universitas Hasanuddin Nasaruddin Salam berharap, beasiswa ini memotivasi mahasiswa untuk menyelesaikan studi tepat waktu tanpa khawatir soal biaya. "Program beasiswa seperti yang diberikan Bank Mandiri efektif membantu perguruan tinggi menghasilkan sarjana berkualitas," ujarnya.

Tersedia Pinjaman Lunak untuk Kuliah

JAKARTA, KOMPAS.com — Calon mahasiswa dari keluarga prasejahtera tak perlu berkecil hati soal peluang berkuliah. Calon mahasiswa prasejahtera yang tidak mendapat beasiswa kuliah tetap bisa melanjutkan ke perguruan tinggi dengan pinjaman lunak.

Siswa Bangsa, salah satu inisiatif Putera Sampoerna Foundation yang berbentuk koperasi dan menyediakan bantuan finansial untuk siswa-siswi berprestasi Indonesia dari keluarga prasejahtera. Lewat program Dana Siswa Bangsa, calon mahasiswa dari keluarga tidak mampu dapat memperoleh pinjaman lunak dana pendidikan berjangka panjang.

Pinjaman lunak berjangka panjang untuk pendidikan lewat program Dana Siswa Bangsa merupakan program pertama di Indonesia. Baru-baru ini, program Dana Siswa Bangsa memperoleh dukungan dana sebesar 5 juta dollar AS atau sekitar Rp 45 miliar.

Kucuran dana senilai 5 juta dollar AS tersebut berasal dari hasil kerja sama yang unik melalui kemitraan publik-swasta antara USAID, UBS AG (UBS), Raiffeisen Bank International AG (RBI), dan Putera Sampoerna.

Pinjaman lunak akan dialokasikan untuk pembiayaan sekitar 300 siswa-siswi Indonesia dari keluarga prasejahtera untuk melanjutkan pendidikan tinggi mereka. Siswa Bangsa mempunyai kapabilitas untuk menyeleksi siswa-siswi berpotensi serta memiliki prasarana untuk meminjamkan dana kepada siswa-siswi tersebut.

"Program pinjaman dana pendidikan ini merupakan bentuk komitmen kami dalam meningkatkan kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak muda Indonesia. Program ini merupakan contoh kerja sama publik-swasta antara pemerintahan Amerika Serikat dan pihak swasta di Indonesia," kata Duta Besar AS untuk Indonesia Scot Marciel, Jumat (7/10/2011).

Nenny Soemawinata, Managing Director Putera Sampoerna Foundation, mengemukakan, akses pendidikan tinggi siswa SMA/SMK/MA di Indonesia masih rendah. Dari sekitar 25 juta penduduk Indonesia berusia 19 hingga 23 tahun, hanya sekitar 4,5 juta yang terdaftar di perguruan tinggi seluruh Indonesia.

"Untuk akses pendidikan tinggi, Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lainnya," ujar Neny.

Data dari Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2010 menunjukkan terdapat 47,6 persen siswa-siswi Indonesia tidak melanjutkan pendidikan tinggi. Alasan utama yang menyebabkan siswa-siswa Indonesia tidak melanjutkan pendidikan tinggi adalah keharusan bekerja untuk membantu orangtua (53,6 persen), faktor ekonomi (35,8 persen), dan memutuskan untuk menikah (15,8 persen).

Saat ini program Dana Siswa Bangsa telah membantu 167 pelajar dari Sampoerna School of Education dan Sampoerna School of Business. Ke depannya Siswa Bangsa akan terus membangun kerja sama dengan institusi pendidikan tinggi di Indonesia dan di luar negeri dalam implementasi Dana Siswa Bangsa.

Wednesday, October 5, 2011

Enam Universitas AS "Berburu" Mahasiswa di Surabaya

SURABAYA, KOMPAS.com - Enam universitas di Amerika Serikat mencari calon mahasiswa di Surabaya, Jawa Timur, melalui "Education Fair 2011" yang digelar untuk kedua kalinya. Konsul Jenderal (Konjen) Amerika Serikat (AS) Kristen F Bauer, Rabu (5/10/2011), menjelaskan, pameran pendidikan yang digelar Konjen AS di Surabaya bekerjasama dengan "Education USA" itu digelar di Hotel Shangri-la pada 6 Oktober 2011 pukul 15.00-19.00 WIB.


Keenam universitas tersebut adalah Miami University of Oxford, Ohio; University of Oregon; Diablo Valley College California; Foothill College of California; De Anza College of California; dan Iowa State University.

"Sebelumnya, keenam universitas itu mengadakan ’Institute of International Education Fair (IIEF)’ di Jakarta pada 5 Oktober," katanya di sela-sela persiapan pameran itu.

Kedatangan enam universitas AS ke Surabaya itu diawali dengan kunjungan ke SMA Islam Al-Hikmah dan SMA Kristen Cita Hati untuk bertemu dengan para pengurus sekolah dan melakukan presentasi pendidikan kepada siswa.

Dalam Education Fair 2011, selain Education USA, AMINEF juga akan memberikan informasi beasiswa. Konjen AS di Surabaya juga akan melayani jika ada orangtua dan calon mahasiswa yang ingin bertanya seputar visa pelajar.

Jumlah visa yang diberikan kepada pelajar Indonesia ke AS telah meningkat lebih dari 20 persen pada musim panas tahun ini sehingga mencapai angka tertinggi dalam masa 10 tahun.

Sebelumnya, Education USA telah mengadakan Education Fair 2011 yang pertama pada bulan Februari 2011.

"Pameran seperti ini merupakan perwujudan Kemitraan Komprehensif dalam bidang pendidikan yang ditandatangani oleh kedua Presiden AS dan Indonesia pada tahun lalu," kata Kristen F Bauer.

36 Karya Juarai Kompetisi Ilmiah LIPI

JAKARTA, KOMPAS.com - Kompetisi karya ilmiah yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil menjaring 36 karya ilmiah terbaik dari 1.833 karya ilmiah yang mengikuti lomba. Sebanyak 36 karya ilmiah tersebut berasal dari peserta tingkat SMP, SMA, guru (SD/SMP/SMA), dan mahasiswa.


Dalam kompetisi ini, para peserta dibagi dalam empat kelompok, yaitu Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR), Lomba Karya Ilmiah Guru (LKIG), Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI), dan National Young Inventor Awards (NYIA). Masing-masing kelompok terdiri dari beberapa kategori, seperti Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK). Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan teknologi.

Kepala Biro Kerjasama dan Pemasyarakatan Iptek LIPI, Bogie Soedjatmiko Eko mengatakan, kompetisi ini digelar secara rutin dengan tujuan untuk memacu inovasi iptek yang bermanfaat dalam kemajuan bangsa.

"Tujuan utamanya adalah agar Indonesia menjadi negara maju dan mampu bersaing dikancah dunia, karena sebenarnya sumber daya manusia kita tidak kalah dengan bangsa lain," kata Bogie, Selasa (4/10/2011) malam, di Gedung Graha Widya LIPI, Jakarta.

Menurutnya, dengan banyaknya kompetisi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang difasilitasi oleh institusi penelitian dan pendidikan formal akan meningkatkan kemakmuran bangsa. Sebab, capaian negara-negara yang maju di bidang iptek dikarenakan adanya pembinaan yang dilakukan sejak dini, berkelanjutan, dengan afiliasi melalui institusi penelitian dan pendidikan formal.

Masing-masing pemenang mendapatkan hadiah sebesar Rp 12 juta untuk juara pertama. Rp 10 juta untuk juara kedua, dan Rp 8 juta untuk juara ketiga. Hadiah untuk tiga kompetisi (LKIR, LKIG, dan PPRI) mendapatkan hadiah yang sama. Khusus untuk NYIA, juara pertama mendapatkan uang tunai sebesar Rp 8 juta, juara kedua Rp 6 juta, dan juara ketiga sebesar Rp 4 juta.

"Kami bangga dengan 36 karya ilmiah yang menjadi pemenang dalam empat kompetisi yang tentunya kami harap dapat memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa," katanya.

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)