Sampai sekarang saya masih belum bisa membayangkan perjalanan hijrah sahabat Ali bin Abi Thalib, dari Mekah ke Madinah.
Malam itu, usai penggerebekan yang gagal di ndalem Baginda Rasulullah saw, Ali yang berperan sebagai pengganti di tempat tidur Rasulullah segera bertindak.
Beliau segera mengembalikan barang2 (amanah) orang Quraisy yang dititipkan kepada Baginda Rasulullah.
Beliau segera mengembalikan barang2 (amanah) orang Quraisy yang dititipkan kepada Baginda Rasulullah.
Setelah semua beres, Ali segera bergerak menyusul Rasulullah. Hijrah menuju Madinah.
Sendirian. Tanpa teman.
Jarak Mekah - Madinah itu sekitar 490 km. Itu setara dengan perjalanan Lamongan ke Cirebon. Atau lebih ke barat sedikit.
Tidak naik kuda atau unta.
Jarak Mekah - Madinah itu sekitar 490 km. Itu setara dengan perjalanan Lamongan ke Cirebon. Atau lebih ke barat sedikit.
Tidak naik kuda atau unta.
Tapi, jalan kaki.
Beratnya,
Jalanan akses menuju Madinah tak seperti zaman sekarang. Banyak jalan aspal atau cor-coran.
Jalanan akses menuju Madinah tak seperti zaman sekarang. Banyak jalan aspal atau cor-coran.
Sendirian,
Melintasi jalan berbatu, mendaki bukit, menuruni lembah, melewati padang pasir. Sendirian.
Siang hari, beliau sembunyi.
Malam hari, lanjutkan perjalanan.
Ingat pula, tak ada senter. Ali juga tak punya hape Nokia yang bisa nyala lampunya. Tak punya petromaks.
Malam hari, lanjutkan perjalanan.
Ingat pula, tak ada senter. Ali juga tak punya hape Nokia yang bisa nyala lampunya. Tak punya petromaks.
Entah berapa minggu beliau tiba di Madinah.
Entah dan entah apa lagi yang terjadi selama menempuh perjalanan itu.
Entah dan entah apa lagi yang terjadi selama menempuh perjalanan itu.
Bisa jadi, ada banyak keajaiban dan karomah yang diberikan Allah bagi walinya itu. Namun, cerita itu tak pernah sampai pada kita.
Atau, karena memang Imam Ali tak pernah menceritakannya pada siapa pun.
Wallahu A'lam...
Aula Tabah, 26 September 2015
No comments:
Write komentar