Dua Ayah, Dua Nasihat
Almarhum Bapak meninggalkan nasihat berharga. Ketika saya masih duduk di bangku kuliah. Jauh sebelum saya (punya perut) sebesar ini. Jauh sebelum saya pulang kampung--bermasyarakat.
Bapak berpesan; "Hidup bermasyarakat itu gampang-gampang sulit. Yang terpenting itu, jangan kau "tampakkkan" kepintaranmu. Mengalir saja.
Tapi, apabila dipercaya masyarakat untuk tugas apapun, jangan pernah mundur. Jangan kau tolak."
Pesan itu memaksa saya harus menyiapkan diri untuk tugas apapun. Menata diri agar mampu mengemban amanah apapun.
Saya ingat, saat makan malam berdua sepulang dari ngantor koran Duta Masyarakat, Kak Ahmad Millah, berpesan:
"Orang yang beruntung itu, Lid. Bukan orang yang tidak ngapa-ngapain, terus mendapat durian runtuh.
Tapi, yang beruntung itu, orang yang siap ketika kesempatan itu datang. Makanya, sebelum kesempatan itu tiba, siapkan dirimu!"
Pesannya.
Dengan nada seorang kakak pada adiknya.
~~~
Abah mertua saya punya nasihat berbeda. Saya jarang ngobrol berdua secara pribadi. Kecuali ketika perjalanan gantian nyetir mobil.
Tapi, Abah menyampaikan nasihatnya lewat perilaku.
Beliau sosok pekerja keras. Hampir tak pernah ada kesempatan bermalas-malasan.
Mengurusi dua usaha berbeda tingkat menengah. Omzetnya saya yakin di atas 1 miliar.
Sering harus riwa-riwi menempuh 3-4 tempat dengan jarak berjauhan. Pulang, kerap lewat tengah malam. Seringkali kami sudah terlelap.
Beliau masih istiqomah berangkat mengajar di almamater di Kranji. Dengan perjalanan 2 jam pulang pergi. Istiqomah yang tak akan beliau tinggalkan, bila tidak sedang berbenturan dengan jadwal mendesak lainnya. Dua hari seminggu.
Pun, tiap malam tak pernah lupa shalat tahajud. Plus jamaah subuh di masjid, memenuhi jadwal imam tetap subuh.
Masih sempatnya pula beliau mengurusi masjid, sebagai ketua ta'mir. Padahal, andai beliau menolak pun, itu amat pantas sebab kesibukannya.
Di waktu senggang, kesibukannya adalah nderes hafalan Alquran atau melanjutkan hafalannya.
Lewat perilaku dan teladan itulah beliau menasihatiku.
Bekal bagiku untuk mendidik anak cucu dan keturunannya.
Babat, 12 Nopember 2015
*catatan atas sebuah amanah yang terlalu dini.
No comments:
Write komentar