#SekadarCerita
#SemogaBukanKeluhan
Perjalanan Lima Hari "Boyok'en"
Yang Ternyata "Cuma" Infeksi Usus
Lima hari saya berjalan hampir terseyok.
Hari pertama penyakit itu datang, pas final Liga Pantura 2015 yang digelar IKBAL TABAH. Saya harus tetap berangkat, meski istri nggandoli. Perjalanan sekitar 1 jam pun saya tempuh bersepeda motor.
Hari berikutnya, sakit di bagian pinggang (atas pinggul) semakin menjadi. Saya harus tetap menyempatkan kebutuhan surat-menyurat untuk kegiatan Pra Haul Ikbal Tabah. Maka, hari itu saya berangkat ke Kranji dan duduk nyaman di kursi satpam gerbang Pondok. Sambil melipat tumpukan kertas. SK panitia dan Juklak & Juknis IKbal Tabah Cup 2015 Futsal Competition.
Hari itu pula, saya bermaksud memastikan lapangan untuk Futsal Ikbal Cup di aula baru. Menurut perkiraan seorang tukang, aula baru (Sarana Olahraga) belum bisa digunakan menjelang haul.
Maka, siangnya, sambil menahan nyeri di pinggang, saya bersama koordinator kegiatan Futsal, Kak Ilham Fauzin, ke persewaan lapangan futsal di Tunggul, KSU.
Bertemu dengan salah satu pengelolanya di rumahnya, desa Kranji. Kebetulan tak disengaja, ortunya si pengelola ini seorang tukang pijat. Jadilah, saya pun mapan sekalian untuk pijat di bagian pinggang.
Alhamdulillah...
Ada perkembangan besar usai dipijat. Tak lagi senyeri sebelumnya. Badan sudah jauh lebih enak.
Sorenya saya bisa kembali pulang ke Babat. Perjalanan 1 jam lagi. Namun, tiap kali melewati jalan bergelombang, khususnya di tiga jembatan yang sedang proses perbaikan (Banjaranyar - Semlaran) sakit pinggang itu kembali terasa.
Dua hari di rumah kondisi pinggang saya kumat-kumatan. Kadang nyeri sedikit, kadang biasa serasa tertusuk tajam.
Hari kamisnya, sambil menahan nyeri dan berjalan agak membungkuk, saya masuk di MTs - MA Infarul Ghoy Babat.
Masuk kelas, lalu dilanjut mengawasi proses Pemilihan Ketua OMIM (OSIS) di sekolah ini.
Sorenya, teman-teman pondok sini, sudah punya agenda masing-masing.
Ada yang hendak ke alun-alun Tuban. Bershalawat bersama Habib Syekh.
Ada pula yang berangkat ke Pondok Kwagean - Kediri. Mengikuti ijazah kubro.
Untuk yang kedua ini, bahkan sudah saya niatkan jauh-jauh hari.
Sayang, pinggang saya kembali kumat. Terpaksa tak bisa berangkat.
Jumat pagi, adalah puncak rasa sakit itu. Terlentang, sakit menusuk-nusuk. Tengkurap apalagi. Posisi yang paling nyaman, itu pun masih ada sakit-sakitnya, adalah miring bertumpu pada bagian tubuh sebelah kanan. Untuk pindah posisi saja sudah amat berat. Gerak sedikit, langsung seperti ditusuk. Harus pelaaaan-pelaaan... Tiap kali terasa nyeri, saya bikin tertawa. Makin sering nyeri, makin keras tawa saya. Tak ingin saya menyusahkan istri andai melihatku merintih.
Saya sampai berulang-kali bilang ke istri,
"Bersyukurlah banyak-banyak....
Berterima kasihlah banyak-banyak, masih bisa merebah dengan terlentang. Itu nikmat luar biasa."
Sambil menahan nyeri di pinggang sebelah kiri. Saya browsing. Ternyata, salah satu gejala sakit ginjal itu nyeri di pinggang bagian kiri.
Wah...
Sudah kuatir saja.
Mosok lemu-lemu ngene kok loro ginjal, Rek. Batin saya.
Akhirnya, saya putuskan untuk periksa ke dokter terbaik yang selama ini saya tahu. Dokter spesialis radiologi dengan "badean" yang tepat. Beralamat di Banyu Urip Surabaya.
Dokter yang kepada beliau, saya bawa Bapak saya, Adek saya, juga paman saya.
Sebab, ginjal itu penyakit berat. Saya gak berani ambil risiko dengan memeriksakan diri di rumah sakit terdekat. Kuatir salah "badean" (tebakan) sakit. Seperti yang dialami oleh almarhum Bapak Saya (lahul Fatihah).
Bila sudah salah tebakan, akibatnya, ya salah obat.
Kalau sudah salah obat, ya entahlah...
Penyakit kadang sudah terlanjur parah, tindakan baru diberikan saat sudah terlambat.
Setelah antre panjang, dari jam 15.30 - 19.00
Alhamdulillah, hasilnya baik-baik saja.
Organ tubuh sya baik-baik saja. Juga tulang belakang.
Tak ada sakit ginjal atau tulang retak. Atau tulang kejentit.
"Hanya" infeksi usus, kata dokter.
Dalam perjalanan pulang malam itu, saya bisa tersenyum lebar.
Pun, sudah bisa makan banyak lagi.
Cuma, tak boleh makan pedas-pedas sementara.
Padahal, yang paling saya idamkan itu makan rujak pedas.
hehehe....
Tapi, mohon maaf untuk murid-murid, saya belum bisa masuk kelas hari ini. Pun untuk besok (belum bisa memastikan). Masih belum berani naik motor terlalu jauh.
Babat, 21 Nopember 2015
twitter: @mskholid
IG: Shorih Ahmad
- Ditulis disela menyusun soal untuk UAS mata pelajaran Fathul Qorib dan Ushul Fikih. Mata pelajaran Akidah Akhlak sudah selesai lho Kak Amin. Insya Allah siang atau sore ini dikirim semua.
- Catatan ini agak panjang. Maklum, ditulis pakai 11 jari. Biasanya kan nulis cuma pakai 2 jempol saja. hehehe...
#SemogaBukanKeluhan
Perjalanan Lima Hari "Boyok'en"
Yang Ternyata "Cuma" Infeksi Usus
Lima hari saya berjalan hampir terseyok.
Hari pertama penyakit itu datang, pas final Liga Pantura 2015 yang digelar IKBAL TABAH. Saya harus tetap berangkat, meski istri nggandoli. Perjalanan sekitar 1 jam pun saya tempuh bersepeda motor.
Hari berikutnya, sakit di bagian pinggang (atas pinggul) semakin menjadi. Saya harus tetap menyempatkan kebutuhan surat-menyurat untuk kegiatan Pra Haul Ikbal Tabah. Maka, hari itu saya berangkat ke Kranji dan duduk nyaman di kursi satpam gerbang Pondok. Sambil melipat tumpukan kertas. SK panitia dan Juklak & Juknis IKbal Tabah Cup 2015 Futsal Competition.
Hari itu pula, saya bermaksud memastikan lapangan untuk Futsal Ikbal Cup di aula baru. Menurut perkiraan seorang tukang, aula baru (Sarana Olahraga) belum bisa digunakan menjelang haul.
Maka, siangnya, sambil menahan nyeri di pinggang, saya bersama koordinator kegiatan Futsal, Kak Ilham Fauzin, ke persewaan lapangan futsal di Tunggul, KSU.
Bertemu dengan salah satu pengelolanya di rumahnya, desa Kranji. Kebetulan tak disengaja, ortunya si pengelola ini seorang tukang pijat. Jadilah, saya pun mapan sekalian untuk pijat di bagian pinggang.
Alhamdulillah...
Ada perkembangan besar usai dipijat. Tak lagi senyeri sebelumnya. Badan sudah jauh lebih enak.
Sorenya saya bisa kembali pulang ke Babat. Perjalanan 1 jam lagi. Namun, tiap kali melewati jalan bergelombang, khususnya di tiga jembatan yang sedang proses perbaikan (Banjaranyar - Semlaran) sakit pinggang itu kembali terasa.
Dua hari di rumah kondisi pinggang saya kumat-kumatan. Kadang nyeri sedikit, kadang biasa serasa tertusuk tajam.
Hari kamisnya, sambil menahan nyeri dan berjalan agak membungkuk, saya masuk di MTs - MA Infarul Ghoy Babat.
Masuk kelas, lalu dilanjut mengawasi proses Pemilihan Ketua OMIM (OSIS) di sekolah ini.
Sorenya, teman-teman pondok sini, sudah punya agenda masing-masing.
Ada yang hendak ke alun-alun Tuban. Bershalawat bersama Habib Syekh.
Ada pula yang berangkat ke Pondok Kwagean - Kediri. Mengikuti ijazah kubro.
Untuk yang kedua ini, bahkan sudah saya niatkan jauh-jauh hari.
Sayang, pinggang saya kembali kumat. Terpaksa tak bisa berangkat.
Jumat pagi, adalah puncak rasa sakit itu. Terlentang, sakit menusuk-nusuk. Tengkurap apalagi. Posisi yang paling nyaman, itu pun masih ada sakit-sakitnya, adalah miring bertumpu pada bagian tubuh sebelah kanan. Untuk pindah posisi saja sudah amat berat. Gerak sedikit, langsung seperti ditusuk. Harus pelaaaan-pelaaan... Tiap kali terasa nyeri, saya bikin tertawa. Makin sering nyeri, makin keras tawa saya. Tak ingin saya menyusahkan istri andai melihatku merintih.
Saya sampai berulang-kali bilang ke istri,
"Bersyukurlah banyak-banyak....
Berterima kasihlah banyak-banyak, masih bisa merebah dengan terlentang. Itu nikmat luar biasa."
Sambil menahan nyeri di pinggang sebelah kiri. Saya browsing. Ternyata, salah satu gejala sakit ginjal itu nyeri di pinggang bagian kiri.
Wah...
Sudah kuatir saja.
Mosok lemu-lemu ngene kok loro ginjal, Rek. Batin saya.
Akhirnya, saya putuskan untuk periksa ke dokter terbaik yang selama ini saya tahu. Dokter spesialis radiologi dengan "badean" yang tepat. Beralamat di Banyu Urip Surabaya.
Dokter yang kepada beliau, saya bawa Bapak saya, Adek saya, juga paman saya.
Sebab, ginjal itu penyakit berat. Saya gak berani ambil risiko dengan memeriksakan diri di rumah sakit terdekat. Kuatir salah "badean" (tebakan) sakit. Seperti yang dialami oleh almarhum Bapak Saya (lahul Fatihah).
Bila sudah salah tebakan, akibatnya, ya salah obat.
Kalau sudah salah obat, ya entahlah...
Penyakit kadang sudah terlanjur parah, tindakan baru diberikan saat sudah terlambat.
Setelah antre panjang, dari jam 15.30 - 19.00
Alhamdulillah, hasilnya baik-baik saja.
Organ tubuh sya baik-baik saja. Juga tulang belakang.
Tak ada sakit ginjal atau tulang retak. Atau tulang kejentit.
"Hanya" infeksi usus, kata dokter.
Dalam perjalanan pulang malam itu, saya bisa tersenyum lebar.
Pun, sudah bisa makan banyak lagi.
Cuma, tak boleh makan pedas-pedas sementara.
Padahal, yang paling saya idamkan itu makan rujak pedas.
hehehe....
Tapi, mohon maaf untuk murid-murid, saya belum bisa masuk kelas hari ini. Pun untuk besok (belum bisa memastikan). Masih belum berani naik motor terlalu jauh.
Babat, 21 Nopember 2015
twitter: @mskholid
IG: Shorih Ahmad
- Ditulis disela menyusun soal untuk UAS mata pelajaran Fathul Qorib dan Ushul Fikih. Mata pelajaran Akidah Akhlak sudah selesai lho Kak Amin. Insya Allah siang atau sore ini dikirim semua.
- Catatan ini agak panjang. Maklum, ditulis pakai 11 jari. Biasanya kan nulis cuma pakai 2 jempol saja. hehehe...
No comments:
Write komentar