Pemblokiran Juga Menjadi Bagian dalam "Perang" di Medos
Ternyata, "perang" di dunia maya (medsos, khususnya) itu tidak hanya soal ghazwul fikri. Perang pemikiran. Saling berdebat soal pemahaman masing-masing tentang agama.
Tapi, juga perang untuk memonopoli pemahaman keagamaan. Agar yang mendominasi dan menguasai tulisan itu adalah pemahaman agama ala madzhab tertentu, atau kelompok tertentu.
Caranya,
Dengan memblokir akun-akun tertentu yang amat aktif menyebarkan pemahaman keagamaan yang berbeda dengan mereka.
Di facebook, misalnya.
Mereka secara berkelompok, berjuang bersama-sama untuk melaporkan akun tertentu yang berbeda dengan pandangan mereka. Bahkan, kabarnya sudah ada "mesin" khusus untuk secara berkala melaporkan akun tertentu agar diblokir oleh pihak admin facebook.
Itulah, cerita yang beberapa kali saya baca dari beberapa teman yang dengan aktif menulis tentang pemahaman aswaja di media sosial.
Akibatnya, teman-teman itu pun tidak bisa menulis lagi di akun facebook yang lama. Sehingga harus bikin baru.
Atau blog lama tidak bisa diakses, dan terpaksa bikin blog baru. Begitu seterurnya.
"Perang" seperti ini Amat TIDAK FAIR.
Apalagi sesama muslim yang sama-sama beriman pada Hari Akhir.
Apakah karena mereka berdalil dengan hadits:
الْحَرْبُ خَدْعَةٌ
"Perang itu tipu daya"
Sehingga, menghalalkan berbagai cara?
Padahal ini bukan perang sesungguhnya.
Hanya sebuah sharing pemahaman tentang teks agama.
Yang tentu saja bisa berbeda.
Wong sahabat yang disebut generasi paling mulia (koirul qurun) itu saja bisa berbeda memahami pernyataan Rasulullah kok. Apalagi kita yang hidupnya ratusan tahun sesudah beliau.
Lha, ngono kok ape mentang-mentang gak mau merujuk pendapatnya Imam Madzhab!!??
Jan, karepe piy Noh....
Jumat, 11 Desember 2015
twitter: @mskholid
Ternyata, "perang" di dunia maya (medsos, khususnya) itu tidak hanya soal ghazwul fikri. Perang pemikiran. Saling berdebat soal pemahaman masing-masing tentang agama.
Tapi, juga perang untuk memonopoli pemahaman keagamaan. Agar yang mendominasi dan menguasai tulisan itu adalah pemahaman agama ala madzhab tertentu, atau kelompok tertentu.
Caranya,
Dengan memblokir akun-akun tertentu yang amat aktif menyebarkan pemahaman keagamaan yang berbeda dengan mereka.
Di facebook, misalnya.
Mereka secara berkelompok, berjuang bersama-sama untuk melaporkan akun tertentu yang berbeda dengan pandangan mereka. Bahkan, kabarnya sudah ada "mesin" khusus untuk secara berkala melaporkan akun tertentu agar diblokir oleh pihak admin facebook.
Itulah, cerita yang beberapa kali saya baca dari beberapa teman yang dengan aktif menulis tentang pemahaman aswaja di media sosial.
Akibatnya, teman-teman itu pun tidak bisa menulis lagi di akun facebook yang lama. Sehingga harus bikin baru.
Atau blog lama tidak bisa diakses, dan terpaksa bikin blog baru. Begitu seterurnya.
"Perang" seperti ini Amat TIDAK FAIR.
Apalagi sesama muslim yang sama-sama beriman pada Hari Akhir.
Apakah karena mereka berdalil dengan hadits:
الْحَرْبُ خَدْعَةٌ
"Perang itu tipu daya"
Sehingga, menghalalkan berbagai cara?
Padahal ini bukan perang sesungguhnya.
Hanya sebuah sharing pemahaman tentang teks agama.
Yang tentu saja bisa berbeda.
Wong sahabat yang disebut generasi paling mulia (koirul qurun) itu saja bisa berbeda memahami pernyataan Rasulullah kok. Apalagi kita yang hidupnya ratusan tahun sesudah beliau.
Lha, ngono kok ape mentang-mentang gak mau merujuk pendapatnya Imam Madzhab!!??
Jan, karepe piy Noh....
Jumat, 11 Desember 2015
twitter: @mskholid
No comments:
Write komentar