Thursday, November 21, 2019

Lagu "Lamar Aku" Wali Band & Kegalauan Itu

LAMAR AKU
...
Aku tak butuh kata I love you 
Aku tak butuh kata I need you
Yang ku mau datangi ayahku
Katakan ku kan lamar putrimu
Sudah cukup darimu I love you
Sudah cukup darimu I need you
Yang ku mau datangi ayahku
Katakan ku kan lamar putrimu
Apalagi apalagi
Apalagi alasannya apalagi
Lamar aku lamarlah diriku
Tak cuma I love you
...
by Wali Band “Lamar Aku” [https://www.youtube.com/watch?v=49ZLAzZVrT4]
Lagu ini menggambarkan kegalauan yang amat dari seorang perempuan. Dijanjikan calon suaminya.
Si lelaki berjanji akan datang bulan depan. Menghadap orangtua. Melamarmu. Sudah disiapkan jamuan di hari H-nya. Ditunggu sesuai jamnya. Ternyata si doi gak datang-datang.

Janji datang bulan depan. Disiapkan lagi jamuan untuk calon suaminya. Lagi-lagi yang datang hanyalah permohonan maaf. Diagendakan datang bulan depannya. Ternyata Bulan depan molor lagi. Hingga habis bulannya. Ganti tahunnya.
“Nunggu saya mapan ya, Sayang...! Kerjaanku masih seperti ini,” alasannya.
Si lelaki tidak memberi jawaban pasti kapan akan datang melamar.
Si perempuan mau menunggu, kok gak ada kepastian.
Mau ditinggal dan nyari calon lain, kok masih sayang dan berharap.
Galau dahhhh...
Namun, ada kegalauan yang jauh lebih besar. Yakni saat masa penantian di Padang Mahsyar. Setelah dibangkitkan dari alam kubur, semua manusia berkumpul di Padang Mahsyar (atau al-Mauqif—menurut istilah Husun Hamidiyah).
Di sana, mereka berkumpul. Menunggu kapan hari pengadilan dan perhitungan amal. Menunggu dan menunggu terus. Tanpa ada kepastian jadwal. Tanpa kepastian kapan hisab itu digelar. Bisa dibayangkan; betapa berat dan galaunya seluruh umat manusia ketika itu. Apalagi, keadaan sangat panas. Di mana, matahari didekatkan sebegitu dekatnya di atas kepala. Jarak sekitar 1 mil di atas kepala.
Setelah sekian lama, tanpa kejelasan. Sekian lama umat manusia mondar mandir.
Menghadap Nabi Adam. Meminta pertolongan.
Menghiba di hadaan Nabi Nuh. Meminta pertolongan.
Sowan Nabi Ibrahim. Sowan Nabi Musa dan Nabi Isa alaihimus salam.
Semuanya angkat tangan.
Lalu, datanglah sosok yang ditunggu-tunggu.
Sosok terbaik harapan semua umat manusia.
Dialah Baginda Sayyidina Muhammad saw.
Syafaatul Udhma beliau berikan untuk seuruh umat manusia. Hari pengadilan dan hisab pun digelar.
Ibarat seorang perempuan galau menunggu kepastian dari lelaki, si penunggang Supra.
Yang datang malah pemuda gagah membawa Pajero. hahaha....
Triunggal, 21 Nopember 2019

No comments:
Write komentar

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)