Kiai Kaya & Kiai Melarat ‼️
Jadi kiai melarat, dirasani wong.
"Kiai kok melarat? Berarti gak dekat sama Allah."
Mestinya, kalau kiai sungguhan, kan dekat sama Allah. Tinggal minta Allah dijadikan kaya. Dijadikan punya banyak harta. Biar bisa bangun pondok tanpa sumbangan masyarakat. Biar bisa menggratiskan santri yang mondok.
》Begitu kira-kira pandangan orang lain.
Jadi kiai kaya juga dirasani orang.
Katanya kiai kok hidupnya mewah. Gak bisa dijadikan teladan masyarakat. Mestinya, kiai itu zuhud, hidupnya sederhana. Harusnya pakaiannya juga seadanya. Kendaraannya juga biasa aja. Bila perlu gak usah punya mobil. Gak boleh pegang HP. Kalaupun pegang HP, cukup yang jadul saja. Gak usah ada aplikasi macam-macam.
》Begitu pula kira-kira pandangan sebagian yang lain.
Padahal,
Kiai juga manusia. Nabi juga manusia.
Macam-macam kehidupannya.
Kekayaan yang dimiliki bukan tanda Keistimewaan di sisi Allah
Kelimpahan harta beliau, bukan tanda beliau lebih dekat kepada Allah.
Sebaliknya,
Hidup melarat pun bukan tanda bahwa beliau jauh dari Allah.
Keterbatasan harta juga bukan tanda beliau tidak disayang Allah.
Sebab, Nabi saw bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَا إِلَى أَجْسَادِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ.
(رواه مسلم)
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan tidak pula kepada tubuh kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian dan amal perbuatan kalian.”
(HR. Muslim)
No comments:
Write komentar