Showing posts with label Agama. Show all posts
Showing posts with label Agama. Show all posts

Sunday, December 31, 2023

Kiai Kudu Punya Prinsip, Termausk Pilihan Politik


• Kiai Kudu Duwe Prinsip • 

"Kiai kok pokok e milu?" 

Begitu kata Mbah Maimoen Zubeir dalam sebuah ceramah.

Angin e ngalor. Milu ngalor. 

Angin e ngidol. Milu ngidol.

Gak boleh kiai Seperti itu. Harus punya prinsip dan pandangan.

Pendapat, pandangan, dukungan atau fatwa, bisa BERBEDA. Bisa juga SAMA dengan Kiai lainnya. Tapi, yang jelas; keputusannya didasarkan atas Prinsip, argumen, dan sudut pandang yang dia yakini. 

Begitu pun dengan pilihan politik.

Kiai harus punya prinsip. Tidak boleh ikut-ikutan; pokok e milu sana. Milu sini.

Dalam bahasa fikihnya; harus punya ijtihad politik sendiri.

Nah, jika pilihan dan hasil ijtihad berbeda, harus saling menghormati. Podo alim e; podo ahlinya. Tidak boleh mencela dan menghina hasil ijtihad (pilihan).

Apalagi sampai main PECAT. 😇

Wednesday, April 29, 2020

Shalat Dhuha, Ijazah Penarik Rejeki

• Shalat Dhuha, Ijazah Penarik Rejeki •

Ini ijazah yang paling umum--dan paling dikenal banyak orang.
Ketika ekonomi keluarga sedang suuulit, gak ada pemasukan, istri ngajak rutin shalat Dhuha. Tak boleh cuma 2 rakaat seperti hari normal. Minimal 4 rakaat. Kalau bisa 6 rakaaat setiap hari.
.
Saya manut saja. Wong ibadah ini bagus.
Meski dalam hati, saya malu sama Allah.
Mosok shalat kok ditukar dengan nikmat dunia, macam sugih dunyo brono yang kita bayangkan itu.
Apalagi, masih selalu terngiang ngajinya Gus Baha'--tambah malu saya.
.
Namun, tetap saya lakukan.
Sugih, ora sugih, oleh rejeki jembar, ora oleh, yo opo jare Gusti Allah
Begitu saja, yang ada dalam pikiran saya.
Pokok-e aku wes shalat.
Pokok-e wes maksial ikhtiar dalam usaha--sebagai pembuka pintu rejeki.
.
Kala berdoa usai shalat Dhuha pun, saya kudu tersenyum.
Pengen menertawakan diri sendiri.
Mengingat nikmat-nikmat dari-Nya sudah amat buanyak.
Tapi, masih saja "maksa-maksa" minta dekatkan rejeki jika jauh.

Banyakkan rejeki, jika sedikit. Jika di langit, minta diturunkan ke bumi.
Doa yang dahsyat--tapi terkesan agak gimmmmana gitu.
Namun, syaa tetap berdoa saja. Sambil senyum-senyum.
Emmmboooh... Terserah Gusti Allah nanggapinya gimana. 😂
.
Hari berhari saya istiqomahkan Dhuha minimal 4 rakaat.
Kejadian sehari-hari, ya tetap sama.
Gak ada perubahaan yang ekstrim tentang situasi ekonomi keluarga.
Biasa-biasa saja.
.
Saya nanggepinya ya biasa saja.
Wong saya sudah kadung nyerahkan semua pada Allah.
Dikasih, ya Alhamdulillah...
Gak dikasih, ya shalat aja terus.
.
Saya tidak mau menyalahkan shalat Dhuha.
Wong kita diberi nikmat bisa shalat Dhuha itu saja sudah luar biasa.
Bahkan, bisa jadi dokumentasinya bernilai jaaaaauh lebih tinggi daripada--andaikan mendapatkan rejeki yang kita bayang-bayangkan.
.
Lalu, sambil shalat Dhuha, saya baca surah adh-Dhuha dan al-Insyirah.
Saya resapi makna ayat dalam surah tersebut.
Tiba pada ayat:
(مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ)
[Surat Adh-Dhuhaa 3]
"Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu."

Membaca ayat ini, seketika perasaan membuncah.
Kalau sekarang mengalami keadaan yang tidak mengenakkan, jangan sampai berprasangka bahwa Allah sedang meninggalkanmu, sedang membenci dirimu. Santuy saja. Tetap saja istiqomah dengan doa dan shalatmu. (saya berdoa sudah +- 9 tahun supaya punya anak, belum dikasih juga. Ya, berarti belum waktunya. 😊)

Meski ayat di atas konteksnya bagi Kanjeng Nabi, tapi bisa juga menjadi pelajaran untuk kita.
.
Rakaat kedua, baca al-Insyirah.
Tiba pada ayat kondang.
(فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ یُسۡرًا)
(إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ یُسۡرࣰا)
Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.
Ayat yang diulang 2 kali.
MANTABBB sekali.
Tambah yakin dan husnudhon pada Allah SWT.
"Nek wes wayahe, lak oleh dalane."
.
Bu Khofifah saja berkali-kali nyalon Gubernur Jatim gak jadi.
Tapi nek "Wes Wayahe" yo gak kiro ono seng iso menghadang.
وَٱللَّهُ یُؤۡتِی مُلۡكَهُۥ مَن یَشَاۤءُۚ وَٱللَّهُ وَ ٰ⁠سِعٌ عَلِیمࣱ)
[Surat Al-Baqarah 247]

Tritunggal, 29 April 2020
@mskholid

Friday, March 6, 2020

Dua Sebab Pe-De nya Pak Nur Sugik

Orang seperti Pak Sugik itu tidak akan amat percaya diri "menafsirkan" Alquran seenak udele, jika tidak ada (minimal) dua elemen pemicunya;
#1
Dia diundang ceramah.
Padahal tak layak ceramah agama. 
Tapi, amat pede--dirinya ulama (juga). Ya, karena diundang ceramah dalam forum keagamaan. Bahkan, pernah di masjid pula.
Makin sering diundang, makin tebal pedenya.
Apalagi makin banyak jumlah orang yang menghadiri ceramahnya.
Tiba-tiba, jadi GE-ER dia layak berfatwa.
Begitu seterusnya.
#2
Pendengarnya mengangguk-angguk.

Thursday, January 16, 2020

Bumi yang Dijadikan Tunduk pada Manusia

• Bumi yang Dijadikan Tunduk pada Manusia •

Siang ini naik motor dari Surabaya. Agak kencang, karena ngejar jadwal ngajar di TPQ sore ini. Sambil jalan dan memperhatikan aspal yang banyak berlubang, saya "lalaran" Surah al-Mulk.

Sampai di ayat ke 15. Saya tertegun. Tak bolan-baleni.
Ayat ini keren sekali. Menunjukkan betapa hebatnya Allah SWT dalam menciptakan karakteristik tanah dan bumi.

(هُوَ ٱلَّذِی جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولࣰا فَٱمۡشُوا۟ فِی مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزۡقِهِۦۖ وَإِلَیۡهِ ٱلنُّشُورُ)
[Surat Al-Mulk 15]

Friday, November 22, 2019

Ayat Alquran yang Bikin Janggal Orang Jawa

• Ayat Alquran yang Bikin Janggal Orang Jawa •

Ayat Alquran jumlahnya ribuan. Enam ribu sekian lah jumlahnya. Biar mudah diingat, atau jadi angka unik, ada yang menyebut 6.666 ayat.

Sekian banyak ayat itu, punya keterkaitan satu sama lainnya. Ada munasabahnya. Jadi, tidak bisa kita modal hanya satu ayat lalu dipakai untuk menyikapi segala situasi dan kondisi. Ngotot kesana kemari.

Ada ayat Alquran itu yang bisa bikin janggal orang Jawa. Tentu saja orang Jawa yang agak ngalim, dan mau mikir. Kalau gak mau mikir, ya mana pernah (atau mana berani) "protes" isi Alquran.
Kalau orang Jawa yang sudah alim, ya gak akan protes atau janggal.

Ulama Sederhana & Ulama Abal-abal

• Ulama Sederhana & Ulama Abal-abal •

"Kok gak bawa mobil, Sayang?" tanya istri saat saya pamit, dengan memakai jaket. Berkoko putih dan sarung.
Bersiap ke haul Mbah Ma'shum Sufyan - PP Ihyaul Ulum Dukun Gresik.

"Iyo, ben ora dianggap tamu VIP," jawab saya sekenanya.
"Sooopo seng meripat e merem. Ngarani VIP?" sahut istri lagi.

Tiba di lokasi, sudah full. Maklum, perjalanan sepeda motor sekitar 1 jam dari tempat tinggal saya.  Hanya tersedia beberapa kursi di baris paling belakang? Itu pun tidak kelihatan panggung utama. Terhalang bangunan gedung sekolah.

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)