• Islam Anyaran, Mbok ya Komentar Itu Standard Saja •
"Artis Insaf, tapi Nyinyir"
Ini judul tulisan yang baru saya baca dari Ustadz Ahmad Syarwat, Lc., MA.
Alhamdulillah,,,
Masih ada ustadz yang "berani" menyatakan sikap terbuka seperti itu.
Bagi saya, pandangan seperti itu, adalah pandangan yang natural. Murni. Tanpa kepentingan.
Dan memang harus ada ustadz yang berani bersikap seperti ini.
Kalau dalam bahasanya Gus Baha';
"Islam lagi anyaran wae tingkahnya ngalahi ulama."
Atau lewat pernyataan lain beliau (yang sering diulang-ulang) dalam ngajinya:
"Kesalehan yang Melahirkan Tragedi".*
Judul kedua* ini, sebenarnya sudah sebulan terakhir saya niatkan untuk menuliskannya. Tapi, sulit memulai. Selain itu, saya merasa sulit menyusun kalimat agar tidak terlalu nyelekit. Atau hustru nampak nyinyir pula. 😁
(Meskipun harus diakui; kalimat Gus Baha' mesti nyelekit bagi yang gak sepakat).
Saya coba berikan beberapa ilustrasi kesalehan yang melahirkan tragedi.
Modal penampakan saleh beberapa bulan; jenggot dan celana cingkrang, lantas nyinyir dengan muslim lain yang belum bisa memelihara jenggotnya atau celana cingkrang.
Lalu, menimbulkan tragedi ancaman neraka pada temannya.
Atau,
Baru aktif ikut pengajian dua bulan. Lalu melihat seorang santri yang punya kitab kuning buanyak, tapi gak pernah terlihat ikut ngaji.
Lantas muncul komentar:
كمثل الحمار يحمل أسفارا
Temannya dinyinyiri; ibarat keledai bawa tumpukan kitab. Tragedi.
Atau,
Baru istiqomah baca wirid beberapa bulan, lantas komentar pada temannya yang terlihat tidak baca wirid.
من ليس له ورد، فهو قرد
"Orang yang tidak punya wirid, mirip monyet."
Lhaaaaa...
Ini kan tragedi.
Jelas sekali, profil orang pertama itu saleh. Kita sepakat. Kita bersyukur atas perkembangan kebaikan yang dilakukannya.
Tapi, jangan sampai perasaan saleh itu lantas menimbul tragedi komentar yang tidak baik.
Bisa jadi; pahala kesalehannya itu tak setara dengan dosa atas sikap nyinyir (komentar) pada orang lain.
Wallahu a'lam...
Drajat, 22 Januari 2019
@mskholid
@ruanginstalasi
~ terinspirasi dari ngaji dengan Gus Baha'; (via MP3).