Tuesday, January 23, 2024

Kaki Bengkak Besar, Obatnya Daun Pepaya Tua


Seorang rekan kerja ngajar, bercerita tentang sakit yang dialaminya. Sudah bertahun-tahun diidap. Pengobatan medis dan non medis sudah dijalankan di berbagai tempat. Namun, belum ada perkembangan. Malah kelihatan semakin membesar bengkak di kaki kanannya.

Saya menyarankan ke Mbah To. Teman itu langsung inisiatif berangkat sendiri ke alamat yang saya berikan. Berdasarkan petunjuk GPS, beliau sampai ne ndalem Mbah To.

Tiba di ndalem Mbah To, bapak itu hanya diplirik. Beberapa menit kemudian, Mbah To memberikan resep;

Cari beberapa lembar daun pepaya agak tua. Direbus, hingga airnya habis sebagiannya. Tunggu hingga agak panas menghangat. Pakai air itu untuk merendam kaki yang bengkak. Insya Allah, perlahan-lahan akan mengempis.

Baru, minggu berikutnya disuruh kembali ke ndalem Mbah To untuk terapi.

Menurut Mbah To, penyebab kaki bengkak itu adalah virus yang diakibatkan nyamuk. Si nyamuk, sebelumnya menggigit tahi kucing. Kebetulan ada virus dalam tahi tersebut. Lalu si nyamuk menggigit bapak itu, dan menularkan virusnya.

Dengan direndam air hangat, harapannya pori-pori jadi terbuka dan membuat virusnya keluar satu persatu.

Beri Kepercayaan Anak Muda


• Beri Kepercayaan Anak Muda • 


Beberapa minggu lalu, di rapat guru. Saya mendapat masukan dari tim pembina Pramuka untuk mengirimkan Regu pramuka ke lomba di MA Sains Roudlotul Quran Lamongan.


Saya lihat list nama yang hendak dikirimkan. Ternyata, banyak anak yang sudah kelas 9. Karena memang kemampuan anak-anak pramuka kelas 9 ini sudah di atas rata-rata adik-adiknya.


"Coba direvisi. Ganti kirimkan peserta dari adik-adik kelasnya; kelas 8 atau kelas 7 saja. Untuk regenerasi. Lagian, yang kelas 9 ini sedang fokus untuk ujian munaqosyah tahfidz, Al-Miftah, dan ujian akhir," saya mengambil keputusan di rapat tersebut. 


Terlihat agak berat, bagi kakak pembina.

Kalau yang dikirim anak-anak baru, pasti melatihnya butuh kerja keras berlebih. Butuh menggali potensi mereka lebih intensif.


"Ya, nggak apa-apa, jika tidak menang kali ini," ujar saya mencoba memahami kegalauan itu, "Buat tambahan pengalaman, barangkali jadi bekal di masa depan untuk menang."


"Nggeh, Ustadz..." kami menyepakati.


Ternyata,

Dengan tenaga-tenaga muda yang dibekali antusiasme-semangat besar, kami berhasil meraih prestasi hari itu. Ada 11 piala yang mereka (tim putra dan putri) bawa ke rumah. 


Bahkan,

Anggota regu putra putri, 75% berasal dari kelas 7 SMP. 25% dari kelas 8.

Sementara, kakak kelas 8 dan 9, dilibatkan sebagai pembina dan motivator di event tersebut.


Selamat untuk adik-adik pramuka 

SMP CAHAYA QURAN 

Islamic Boarding School Babat Lamongan 

Atas prestasinya di MASA Scout Competition 2024

Monday, January 8, 2024

Apakah Ketua NU (struktural) Harus Kiai dari Pondok Besar?

Apakah Ketua NU (struktural) Harus Kiai dari Pondok Besar?

Maksudnya, pondok yang santrinya banyak. Yang santrinya ribuan--bahkan puluhan ribu? 

Menurut saya kok tidak. 

Malah, dari pengamatan saya. Kiai-kiai yang ketiban sampur ngurusi "pondok besar" (baca: jumlah santri banyak) justru lebih banyak sibuk ngurusi santri. Sibuk mengisi jadwal ngaji santri di pondok--dengan berbagai macam kitab babonnya. 


Imbasnya, waktu beliau untuk ngurusi organisasi jadi tidak banyak. Sehingga, lebih sering cukup duduk di jajaran Syuriah, mustasyar, atau a'wan.


Kedua,

Kecenderungan kiai itu berbeda-beda. 

Ada yang nyaman ndeprok, madep dipan. Baca Kitab, mbalagh di hadapan santri.


Sebaliknya,

Ada kiai yang kecenderungannya tidak bisa diam. Biasanya, tipe beliau inilah yang aktif di organisasi--baik NU ataupun urusan praktis kebangsaan (baca: termasuk partai).


Ada juga kiai yang tipe penceramah. 

Ahli dan jago ngisi pengajian. Audiens dan masyarakat merasa nyaman, seneng, dan cocok saat menyimak ceramah beliau. Tidak mbosen-in. Fisiknya kuat untuk berpindah-pindah lokasi pengajian. Bahkan, sehari 3-4 tempat pun sanggup.


Ada pula, kiai tipe sembur. 

Ahli nyuwuk. 

Cukup air putih yang disebul bacaan doanya, hasilnya manjur.


Jadi,

Silakan disimpulkan sendiri-sendiri.


PP Cahaya Quran, 

8 Januari 2024


#1Day1Note 

#CatatanKholid

Saturday, January 6, 2024

S2 Ngajar TPQ

 


• Yo Olahraga, Yo Kerjo •

Suatu ketika, saya silaturrahim ke Bekasi. Ke perusahaan tempat saya dulu bekerja--sebelum balik kampung. Di kantor, saya bertemu Pak Dirut.

Iseng, beliau bertanya,

"Kamu di kampung ngapain, Lid?" 

"Ngajar TPQ, Pak," jawab saya tersenyum kecil.

"Masak S2 kok pulang ngajar TPQ?" beliau membercandai saya. "Gak balik ke Bekasi aja Lid?" Kata beliau lagi sambil tertawa.

Saya hanya menjawab dengan senyum kecut.

"Niki sampun perintah orangtua, Pak," Jawab saya, "Repot nanti kalau saya tidak manut."

Kejadian itu sekitar 9 atau 10 tahun silam. Belum ada PPCQ, belum ada SMP CQ. Hanya TPQ Daarul Musthofa--namanya kala itu.

Hingga hari ini, saya ta masih tetap begini. Kalau gak ada jadwal ngajar, ya belanja. Sering belanja sayuran dan bumbu di pasar Agrobis Babat. Belanja aneka snack dan minuman di toko Babat. Seringpula belanja dan usung-usung air minum puluhan kardus begini.

Dinikmati saja, lakonnya. Wayahe ngaji, ya mulang ngaji. Wayahe kerjo, ya lakoni kerjaannya.

Siapa pun capres-cawapres yang jadi, sama saja bagi saya sejak dulu. Begini-begini saja. Mergawe-mergawe dewe.

Zaman SBY, 2X saya gak pilih SBY. Saya tetap baik-baik saja. SBY juga tetap baik-baik saja toh. Indonesia, malah semakin baik. Jadi, gak harus ikut preferensi politik saya. Ini hanya bagian dari upaya pribadi untuk menjaga otak saya tetap waras. 🤣

Kampung Cahaya Quran, 

PP CAHAYA QURAN Babat Lamongan CahayaQu Babat 

6 Januari 2024 

#1Day1Note 

#CatatanKholid 


IG : @ms.kholid 

X : @mskholid



Amplop Kiai


Amplop Kiai

Di acara "Hormat Sang Guru", Rabu (3/1) Gus Kautsar bercerita; suatu ketika beliau ditelpon KH Marzuqi Mustamar.

Rupanya, malam itu Kiai Marzuqi punya jadwal ngisi ceramah di Trenggalek. Dua tempat pula. Karena ada uzur, Kiai Marzuqi berharap Gus Kautsar bisa menggantikan ngisi pengajian di 2 tempat itu.

"Gus Reza (Lirboyo) mawon, Yai..." cerita Gus Kautsar mengelak di awal telpon.

Namun, pada akhirnya tetap Gus Kautsar yang berangkat. Lokasi beliau yg di Ploso Kediri, memang cukup dekat ke Trenggalek--dibandingkan Kiai Marzuqi yang dari Malang.

Ceramah 1: berjalan normal. 

Pindah ceramah ke tempat ke-2. Beliau disambut meriah, dinaikkan kuda, dan dipayungi pula. Jamaah ramai menandungkan sroqolan.

"Ketika perjalanan pulang, saya mau buka amplop. Penasaran aja, berapa sih 'amplop' Kiai Marzuqi saat ceramah," ujar Gus Kautsar.

Amplop pertama, isinya 250 ribu.

Amplop kedua, isinya 500 ribu.

"Saya kaget. Satu PWNU itu tahu isi amplop tersebut. Ternyata, Kiai Marzuqi ini memang Kiai tenanan."

Coba bayangkan,

Kiai Marzuqi perjalanan dari Malang ke Trenggalek. Itu sekitar 138 km (3.5 jam). Ngisi ceramah, bawa mobil sendiri. Bawa sopir. Dikasih uang saku hanya Rp.250.000. 😅

Opo yo cukup?!

Tapi, itu dilakoni Yai Marzuqi.

"Kiai temenan beliau ini!"

===

Saya beberapa kali nyopir-i mertua ngisi ceramah. Pernah suatu ketika, saya nyopir ke Surabaya. 

Selesai acara, kami pulang. Di dalam mobil beliau membuka amplop pemberian tuan rumah. Saat dibuka, isinya 300 ribu.

===

PP Cahaya Quran, 6 Januari 2024

IG : @ms.kholid 

X : @mskholid 

#1Day1Note 

#KiaiJugaManusia 

#CatatanKholid

Adv.

IKLAN Hubungi: 0896-2077-5166 (WA) 0852-1871-5073 (Telegram)